Chereads / DENDAM MEMBAWA NIKMAT / Chapter 16 - Rencana Menculik Alara Yilmaz

Chapter 16 - Rencana Menculik Alara Yilmaz

Nona Shalinaz Filiz melempar buku kecil semacam buku diary ke pangkuan Alara Yilmaz.

"Umm!"_ sudut bibir Alara Yilmaz mengerut, buku diary itu mengenai dadanya, sakit. Shalinaz Filiz kasar sekali. Namun gadis itu tersenyum ke Alara Yilmaz.

Karin menilai, perseteruan dua bersaudara itu berlangsung sudah lama. Karin melihat banyak bekas luka di tubuh Alara Yilmaz.

"Apa dia dulu selalu begitu ke Alara?"_ Alara Yilmaz marah.

"Tunggu saja! Aku akan membalas mereka!"_ Karin berjanji akan membalas kejahatan ibu tiri dan saudarinya itu nanti.

"Mungkin mereka sering menyiksa

Alara Yilmaz!"_

Shalinaz Filiz membentak ke Alara,

"Tulis di sana cepat... kamu menolak menikah dengan Zein Heflin!"

Shalinaz Filiz tidak memanggil "kakak" ke Alara Yilmaz, padahal di depan orang-orang dia selalu bersikap hormat dan memanggil kakak ke Alara dengan suara yang lembut.

Sekarang dia menunjukkan sikap yang sebaliknya.

Alara Yilmaz mengambil buku diary itu, mengamati buku itu dengan seksama.

"Buku diary Alara, nama dan tanda tangan Alara tercantum di dalamnya! Hmm. Kejahatan mereka semakin terlihat!"_ Karin memendam bara di hatinya.

Shalinaz Filiz Yilmaz menunjukkan sikap yang bermusuhan ke Alara.

"Tunggu apa lagi? tulis cepat!" bentak Shalinaz Filiz lagi.

"Jadi ini tujuan mereka?!"_

Alara Yilmaz menatap adiknya dengan wajah tak suka.

Dia menemukan motif kejahatan mereka.

Shalinaz Filiz membenci kakaknya itu. Alara Yilmaz telah mengambil kembali tunangannya.

Zein Heflin telah menjadi tunangan Shalinaz Filiz selama Alara sakit.

Shalinaz Filiz senang sekali, dia mendapat kesempatan berlibur bersama keluarga Zein Heflin ke Eropa. Tapi sekarang Alara mengambil haknya kembali. Tentu saja Shalinaz Filiz tidak terima. Ibunya, nyonya Havva Mehrunisa juga tidak terima dengan sikap sewenang-wenang tuan Akara Emir Yilmaz. Suaminya itu tidak memikirkan keadaan putri keduanya ini. Shalinaz menumpahkan kemarahannya ke Alara Yilmaz.

Alara Yilmaz tercengang, dia menatap ke Zaenab, memberi isyarat dengan mata.

Zaenab mengerti. Dia berkata ke Shalinaz Filiz, "Nona! Saya harap anda...!"

"Kapa çeneni delikanlı ( Tutup mulutmu)!"

Zaenab kaget. Shalinaz Filiz berkata kasar disertai tatapan mengancam ke Zaenab.

Shalinaz Filiz marah. Zaenab lancang, ikut campur urusannya.

Nyonya Havva Mehrunisa juga marah ke zaenab. Dia juga berkata kasar ke Zaenab,

"Müdahale etmeyin (Jangan ikut campur)!"

Wanita itu berkata dengan wajah mengancam.

Zaenab tercengang, nyonya Havva Mehrunisa mendukung tindakan putrinya.

Wajah Alara tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun.

Nyonya Havva Mehrunisa agak heran melihatnya. Alara Yilmaz tidak pernah melawan kepadanya,

"Jadi Alara berani menentang kami? Hmm. Apa dia lupa sudah lumpuh begitu? Apa karena wanita ini ada di sini?!"_ nyonya Havva Mehrunisa menatap Zaenab dengan sorot tajam. Dia mengusir Zaenab dengan matanya.

Zaenab berlagak bodoh, tak menghiraukan tatapan nyonya Havva Mehrunisa. Zaenab maju menghalangi mereka lebih dekat ke Alara Yilmaz.

"Silahkan nyonya dan nona keluar, nona Alara akan beristirahat!" Zaenab berdiri tegak di depan ibu dan anak ini.

Tubuh Zaenab lebih rendah dari mereka, tapi Zaenab memiliki postur tubuh kekar, bertanda dia mahir bela diri.

Fitur wajahnya tidak menunjukkan rasa takut.

Nyonya Havva dan Shalinaz Filiz menatap kesal ke Zaenab.

"Beraninya Kamu!" nona Shalinaz Filiz marah, dia mengentalkan kaki beberapa kali, menahan amarah.

"Mom!" Shalinaz Filiz minta dukung ke ibunya.

Nyonya Havva Mehrunisa melotot ke Zaenab.

Zaenab tak peduli, dengan dua orang itu. Alara Yilmaz adalah pasiennya, tanggung jawabnya. Keberadaan Zaenab di rumah ini atas permintaan tuan Akara Emir Yilmaz, menjaga Alara Yilmaz.

Zaenab tak mempedulikan sikap ibu dan anak itu.

Tangannya cepat menekan bell.

Bell itu terhubung ke sekuriti di pos depan dan juga ke kantor tuan Akara Emir Yilmaz..

"Kurang ajar. Pembantu ini sudah kelewatan!"_ wajah nyonya Havva Mehrunisa merah. Marah.

"Sial!"_ nyonya Havva Mehrunisa tidak mau kena masalah.

Alara kesayangan suaminya.

"Shalinaz... kita pergi!" nyonya Havva Mehrunisa berdiri dengan wajah masam.

Ibu dan putrinya itu keluar dari kamar Alara Yilmaz.

Sebelum keluar, Shalinaz Filiz mengepalkan tangan ke Zaenab.

"AWAS KAMU!"

Zaenab tersenyum menutup pintu, menguncinya.

Setelah pintu tertutup, Zaenab tertawa nyaring. Bell itu tidak terhubung ke sekuriti, Zaenab telah mencabut saklar listriknya.

Di luar nyonya Havva Mehrunisa dan Shalinaz Filiz mendengar tertawanya Zaenab itu.

"Mom... Kita harus mencari cara mengusir perawat itu!"

"Iya. Tunggu saja. Kita tak boleh gegabah!" nyonya Havva Mehrunisa berkata dengan suara pelan.

"Dinding dan lantai di rumah ini bersuara (kamera tersembunyi)!"_ nyonya Havva Mehrunisa menghela nafas panjang. Mereka berbalik dan pergi ke kamar mereka di lantai dua.

***

Di kamar,_

Alara mengambil buku diary di pangkuannya.

"Buku diary milik Alara. Apa isinya?"_

Alara Yilmaz membuka halaman pertama, foto sekolah Alara, dan foto Alara bersama teman-temannya.

Halaman kedua,

"Nyonya Havva memasuk kan aku ke sekolah berasrama di Hacettepe Beytepe.

Aku sedih jauh dari Anne (Ibu). Di sana aku hanya sendirian. Tapi sedihku taka, aku senang di sana banyak teman, teman-temanku baik semua!"

Halaman ketiga hingga ke pertengahan buku kosong.

Di halaman terakhir ada tulisan berbeda.

"Aku tak mau menikah dengan Zein... lebih aku mati saja!!!"

Tulisan itu di tulis dengan huruf besar-besar dengan pulpen warna merah.

Tulisan itu di tulis enam bulan lalu sebelum Alara Yilmaz mencoba bunuh diri, lalo koma, dan meninggal.

"Tulisan ini palsu. Untuk apa mereka menulis begini? Apa tulisan di buku diary ini menjadi alasan Alara bunuh diri?"_

Aku harus menyelidiki masalah ini.

Karin keluar dari tubuh Alara Yilmaz.

"Kak Zaenab...bawa Alara Yilmaz keluar dari rumah ini!"

Zaenab bingung. "Bagaimana caranya?!"

Karin tersenyum, " Culik dia!"

"Menculik Alara?"

Zaenab tertegun.

"Bukan, kita yang menculiknya, biarkan mereka yang melakukannya!"

"APA?!"

Zaenab tambah bingung. Dia tidak mengerti jalan pikiran Karin.

"Apa rencana mu?!" Zaenab balik bertanya.

Karin tertawa.

"Mereka mencari kesempatan menyingkirkan Alara Yilmaz. Kita tinggal mendukung rencana mereka!"

"HAH!"

***