Chereads / DENDAM MEMBAWA NIKMAT / Chapter 20 - Alara Yilmaz Di Buang

Chapter 20 - Alara Yilmaz Di Buang

Zaenab mengamati mereka di layar laptop nya.

"Orang-orang ini merencanakan sesuatu! Alara... harus tahu ini!"_ Zaenab membangunkan Alara Yilmaz (Karin).

Alara Yilmaz membuka mata,

"Bagaimana?!" Alara ingin tahu keadaan teman-temannya.

"Mereka sudah di apartemen!" jawab Zaenab.

Kalau berduaan dengan Zaenab, Alara baru mau bicara. Hanya Zaenab yang tahu Alara tidak bisu. Namun fisik Alara belum pulih, harus di tetapi. Sebenarnya Karin atau Zaenab bisa melakukan terapi ke tubuh Alara. Tetapi mereka memilih tidak bertindak apapun.

Karena tidak ingin menarik perhatian keluarga Yilmaz.

"Aku mau bertemu mereka!" Alara (Karin) tidak sabar.

"Sst. Jangan ribut!" Zaenab memetakan jari di bibirnya. Dia melihat pergerakan di depan pintu.

"Mereka ada di luar!"

Zaenab berbisik.

Zaenab menyelimuti Alara Yilmaz, lalu dia berpura-pura tidur di sofa.

Pintu terbuka. Nyonya Havva menggunakan kunci cadangan, masuk ke kamar Alara.

Alara memejamkan menutup wajahnya dengan selimut.

Tiga orang masuk kamar Alara. MN Mereka itu nyonya Havva Mehrunisa, Shalinaz Filiz dan Haruka, asistennya Shalinaz Filiz.

Tiga orang pria masuk membawa ambulance stretcher. Kemudian dua orang pria bertubuh masuk kama, 2 orang sekuriti.

Kamar Alara Yilmaz jadi ramai.

Alara Yilmaz membuka mata. Pura-pura terkejut melihat banyak orang di kamarnya.

Nyonya Havva bertindak cepat. Dia tidak ingin nyonya Mumtaz Yilmaz bangun dan mengacaukan rencananya.

"ANGKAT DIA!" perintah nyonya Havva Mehrunisa.

tiga pria perawat itu mengangguk. Mereka membungkus Alara dengan selimut, lalu mengangkat gadis itu ke stretcher ( Brankar) ambulance.

Alara Yilmaz (Karin) menggerak-gerakkan tangan melawan.

"Ohh!"

Karin tersadar, dia harus berperan sebagai Alara Yilmaz, gadis lumpuh dan bisu.

Shalinaz tertawa jahat, "Hahaha .. akhirnya kamu masuk petilasan suci (rumah sakit)!"

Alara Yilmaz akan di buang jauh dari keluarga Yilmaz

Shalinaz Filiz senang, akhirnya Alara Yilmaz bisa di singkirkan dari rumah besar ini. Sekarang tidak ada orang yang menghalangi pertunangan dia dengan Zein Heflin.

Zaenab bangun.

"Apa Yang Kalian Lakukan?!" Zaenab membentak nyaring..

"Diam Kau Pembantu!" bentak Shalinaz keras, dia kesal Zaenab berani membentak mereka.

Kalau sudah begitu, Shalinaz Filiz lupa dengan ajaran tata Krama yang baru dipelajarinya.

"TAHAN DIA!"

Nyonya Havva Mehrunisa memberi perintah ke sekuriti. Dua orang sekuriti menangkap Zaenab, memelintir tangan Zaenab. kebelakang. Zaenab meronta. Tapi semakin meronta, dua orang sekuriti itu semakin menyakitinya.

"ADUH!"

Zaenab meringis, tak bisa melawan.

"Baiklah. Bukankan ini bagus. Rencana kami membawa Alara Yilmaz keluar dari rumah ini jadi lebih mudah!"_ Zaenab berhenti meronta.

Zaenab berperan sebagai perawat biasa, tak bisa bela diri.

Zaenab diam, dua orang sekuriti itu melepaskan cengkraman mereka ke tangan Zaenab.

Tiga orang perawat pria itu membawa Alara Yilmaz ke ambulance.

Nyonya Havva Mehrunisa, Shalinaz Filiz dan Haruka berjalan mengiringi.

Zaenab setengah berlari menyusul,

"Nyonya Havva... Nyonya... Boleh saya ikut naik ambulance itu... please!" Zaenab memohon dengan wajah memelas.

Alara Yilmaz menggerak-gerakkan mata mengatakan sesuatu dengan matanya. Nyonya Havva Mehrunisa tak peduli.

"Kamu ikut saja!" nyonya Havva Mehrunisa melemah. Dia juga tidak mau repot. Zaenab bisa mengurus Alara Yilmaz di rumah sakit.

"Bawa barang-barang mu dan keperluan Alara ke ambulance!"

"Siap nyonya!" Zaenab berlari kembali ke kamar. Satu menit kemudian, dia kembali membawa tas kecil berisi pakaian ganti dan tas ransel miliknya.

Shalinaz Filiz melirik bawaan Zaenab, lalu tertawa.

"Dua orang ini tidak pahan mau di buang!"_

Shalinaz Filiz tidak mau repot memeriksa tas bawaan Zaenab tidak penting.

Zaenab masuk ke ambulance, duduk di samping Alara Yilmaz. Dia

menggenggam tangan Alara, seolah menenangkan hati gadis itu.

Saat pintu ambulance itu di tutup, dua orang ini tertawa bersamaan..

"Hahaha... Mereka membantu kita pergi dengan mudah!" Alara Yilmaz berbisik. Zaenab tertawa geli

Satu jam lebih ambulance ini berkendara, tidak menuju rumah sakit. Ambulance ini malah bergerak ke luar kota.

Alara Yilmaz melepas selimut.

"Mereka mau membawa kita ke mana?"

"Ambulance ini palsu! Mereka pasti menyewa ambulance ini untuk menculik kita!" kata Zaenab.

"Bukan kah itu sesuai rencana kita!" jawab Alara Yilmaz.

"Sepertinya mereka akan membuang kita ke kota hantu!" jawab Zaenab asal. Dia ingat negara Turki memiliki kota berhantu.

Alara Yilmaz menarik nafas panjang.

"Sebenarnya lebih jauh dari keluarga Yilmaz maka lebih baik bagiku. Tapi aku kasihan dengan nyonya Mumtaz Yilmaz. Dia teraniaya di sana. Dia pasti menderita terpisah dari Alara Yilmaz!" Alara Yilmaz (Karin) bersedih untuk nyonya Mumtaz Yilmaz.

"Jadi bagaimana? Apa kita kembali ke sana menjemput saja nyonya Mumtaz?"

"Kita akan kembali setelah tahu kemana mereka membawa kita!"

Mereka berdua bersepakat, diam dan menikmati perjalanan. Dua orang ini tertidur cukup lama, terbangun saat mobil berhenti.

"Tempat apa ini?" Zaenab mengintip ke kaca ambulance.

Klinik tua! gumam Zaenab.

Klinik itu tidak bisa di katakan klinik lagi. Hanya tulisannya alamat klinik itupun hampir tak terbaca.

"Heh! Mereka niat banget, membuang Alara Yilmaz ke tempat yang jauh!" Karin jengkel.

Pintu ambulance terbuka. Tiga orang pria berdiri menarik Brankar pasien.

Zaenab turun lebih dulu. Sepasang suami istri menyambut Zaenab. Sepertinya mereka orang Armenia.

Tiga orang perawat pria palsu itu mengeluarkan Brankar, mendorongnya masuk klinik.

Tersedia satu kamar dengan satu ranjang dan kursi panjang.

Tiga orang pria itu pergi dengan ambulance. Pria tua memberikan minuman dalam ceret Kuningan dengan dua gelas dari kuningan pula.

Pria itu berkata sesuatu, Zaenab tidak mengerti ucapannya.

Pria tua itu berbicara bahasa Armenia.

Kemudian pasangan suami itu keluar dari klinik itu.

Alara Yilmaz bangun dari tempat tidur.

Dia tak perlu menjadi orang yang lumpuh di tempat ini.

Zaenab keluar kamar memeriksa sekelilingnya. Ada kamar lain di klinik ini. Tetapi pintunya tidak bisa di buka. Di kunci dengan gembok.

Ada ruang konsultasi dokter.

Zaenab pindah ke pintu keluar. Terkunci.

"Sialan! Mereka mengunci kami di klinik ini!"

Zaenab mencari senjata. Dia harus berhasil membongkar pintu atau jendela. Lampunya mati.

Dapur. Zaenab ke sana.

Tidak ada apa-apa di sana. Hanya ada kulkas, piring gelas kotor.

"Tempat apa ini?!"

Zaenab menuju ke belakang, pintu belakang. Di pintu itu ada banyak tumpukan barang yang mudah terbakar di sana, tumpukan kertas, buku-buku usang, kain lapuk.

Pintu belakang itu jadi gudang.

Alara Yilmaz bangkit dari tempat tidur. Dia mencium bau menyengat dari luar.

"Kak Zaenab... sepertinya mereka ingin membakar tempat ini!"

"APA?!" Zaenab marah.

"Apa yang harus kita lakukan!" Alara Yilmaz membuang selimut. Memasang sepatu.

"Tunggu di sini!" Zaenab membuka jendela.

Tidak bisa! Semua jendela di paku dari luar.