Zaenab hanya dapat kayu.
Dia mulai memecah kaca jendela.
Kaca itu terlalu tebal, besi-besi nya juga sangat kuat.
"Sepertinya, keluarga Yilmaz ingin Alara Yilmaz mati di tempat ini!"
Zaenab marah. Marah ke nyonya Havva Mehrunisa dan Shalinaz Filiz. Ibu dan anak itu sangat jahat ke Alara Yilmaz.
"Tidak semua jahat, ayah dan ibuku mereka baik! Mereka menyayangi Alara Yilmaz!"
Zaenab tersenyum.
Karin menyebut tuan Akara Emir Yilmaz dan nyonya Mumtaz Yilmaz sebagai orang tuanya.
"Ya mereka tidak termasuk. Tapi aku yakin nyonya Aelia Yilmaz terlibat!" Zaenab melihat nyonya Aelia Yilmaz tidak pernah menengok Alara di rumah sakit, saat di rumah pun dia tidak pernah masuk kamar Alara Yilmaz. Jangankan itu, menanyakan saja tidak.
"Nyonya Aelia Yilmaz tidak menganggap Alara Yilmaz sebagai cucunya. Dia malu punya cucu cacat seperti Alara!" Karin bersedih untuk Alara Yilmaz.
"Kita akan bantu dia membalas dendam!" Zaenab ikut sedih.
Hidung Zaenab bergerak-gerak, mencium sesuatu.
"BAU APA INI?. ASAP! API!"
Zaenab mengendus bau benda terbakar.
Api muncul dari pintu belakang. Orang di luar menyalakan api dari luar.
"Kak Zaenab... mereka mau membakar kita hidup-hidup!" Alara Yilmaz gugup.
"Ransel ku!" Zaenab ingat tasnya. Tas itu berisi harta berharga berharga bagi Zaenab, senjata gaib, batu permata dan juga surat menyurat mereka berdua.
"Mereka memang merencanakan ini. Lihat saja nanti, ku buat kacau pesta mereka!" Karin marah atas nama Alara Yilmaz. Besok kekuarga Heflin datang ke rumah keluarga Yilmaz, silaturahmi pertama mereka setelah Alara Yilmaz sembuh.
"Sudahlah! Jangan mikir itu dulu. Sekarang kita cari cara supaya bisa keluar dari klinik ini!" ujar Zaenab.
"Kak Zaenab benar. Aku akan menunggu waktu yang tepat untuk muncul. Nyonya Havva Mehrunisa dan Shalinaz tidak ku buat senang!" Karin masih marah.
Karin mendongak ke atas.
"Itu... Lantai dua... atap!"
Zaenab melihat ke atas.
"Bagus! Matamu tajam juga! Ayo kita ke atas!"
Mereka melompat ke lantai dua. Ada pintu menuju teras. Pintunya terkunci juga.
"Menjauh Dari Pintu!"
Karin. mundur. Zaenab mundur, menyiapkan jurus, lalu menerjang pintu.
"CIAAT!"
BRAAKKK!!!
Zaenab kuat sekali. Pintu hancur.
Api semakin membesar, asap hitam mengepul ke atas. Api membumbung tinggi.
Karin mengusap cincinnya.
"WUUSSH!"
burung elang biru berkepala Naga keluar dari cincin Karin.
Karin mengusap kepala Goligo.
"Ratu Mustika pasti mengamuk hewan peliharaannya ku rampas!"_
"Bawa kami pergi dari sini!" bisik Karin ke Goligo.
"KUUAKK!" Goligo menjawab.
Hewan itu senang. Dia terlalu lama berada di cincin.
Alara Karin dan Zaenab naik ke punggung burung itu, meninggalkan tempat itu.
Dari ketinggian mereka melihat mobil ambulance tersembunyi tidak jauh dari klinik tua.
"Jadi mereka yang membakar klinik itu?!" Karin kesal.
"Tiga orang itu harus di beri pelajaran!"
Karin berkata ke Goligo.
"GOLIGO... apa kamu bisa membakar mobil ambulance itu?"
"KUAAKK!" Goligo menjawab mengerti.
"BAGUS!"
Goligo terbang rendah menuju mobil ambulance, menyemburkan api dari mulutnya.
BRASSH BRUSSHH!!!
Goligo menyemburkan api biru ke mobil ambulance.
Mobil itu terbakar. Karin tertawa puas.
Zaenab geleng-geleng kepala, ternyata Karin kejam juga.
Karin mengusap kepala Galigo.
"Terima kasih Goligo!"
KUAAKK!!
"Ayo Kita Pergi!"
Karin dan Zaenab tertawa. Hari masih gelap. Dua orang ini mengambil berkesempatan berkeliling kota, melihat kota Ankara dari udara.
Goligo hewan gaib, sekalipun terbang rendah, manusia biasa tidak bisa melihatnya.
***
Matahari baru saja terbit, saat mereka tiba di apartemen Bella dan Katrina.
Dua orang bidadari mimpi itu terbangun ketika mendengar ketukan di jendela apartemen mereka.
Zaenab dan Alara Karin berdiri di balkon.
"Astaga! Kak Zaenab...!" Bella dan Katrina terkejut.
Bella membuka pintu balkon,
"Kak Zaenab! Bagaimana... kalian bisa berada di balkon ini?!" Bella keheranan..
"Kami naik balon!" kata Zaenab sambil tertawa.
"APA?! MAUU!" dua orang gadis ini berteriak heboh.
Mereka percaya dengan ucapan Zaenab.
Zaenab tertawa geli. Dua gadis ini bisa di tipu.
Tapi penjelasan apa yang bisa mereka berikan, tidak mungkin kan mereka menceritakan kalau tadi mereka naik burung Elang raksasa, lalu turun di balkon apartemen lantai 30 ini.
Bella dan Katrina benar-benar penasaran, tapi mereka tidak bertanya lebih banyak, ada seseorang bersama Zaenab.
"Maaf siapa nona cantik ini?" tanya Bella.
"Oh kenalkan... dia nona Alara Karin Yilmaz, di panggil Karin, dia bos ku!" Zaenab menambahkan nama Karin ke nama "Alara".
Karin tersenyum, melambaikan tangan kepada kedua temannya ini.
"Halo... kenalkan nama saya Alara Karin!"
Katrina dan Bella tercengang, Alara Yilmaz fasih berbahasa Indonesia. Suaranya juga mirip Karin Meydina.
"KARIN?!" Bella dan Katrina teringat Karin Meydina.
"Aku Bella!"
"Aku Katrina!" ucap kedua gadis ini dengan nata berbinar , mereka merasa sangat dekat dan familier dengan Alara Yilmaz.
"Oh... maaf... sebenarnya Alara Karin yang membiayai perjalanan kalian ke sini!" tambah Zaenab.
"Oh terima kasih banyak!"
Katrina dan Bella membungkuk hormat, Alara Karin bersedia membiayai perjalanan mereka ke Turki, padahal mereka tidak saling mengenal.
"Apa kalian punya makanan, aku sangat lapar!" Alara Karin berkata polos.
Bella dan Katrina terpana, cara bicara Alara Karin sama dengan Karin Meydina, blak-blakkan.
"Iya... kami belum makan!"
Zaenab menimpali, merema semalaman mereka berada di situasi yang menegangkan.
"Oh... ada...ada... sebentar kami siapkan!" kata Katrina.
"Kami hanya punya mie instan... apa kalian mau?"
"Mau... mau! Aku sudah lama tidak makan mie!"
"HAH!" Katrina dan Bella tercengang. Masak orang kaya Turki suka makan mie instan.
Mereka kan sukanya makan kebab, kare, roti maryam, martabak..Aneh!
Alara Karin tertawa, "Aku pernah ke Indonesia, Bali, Jogja...!"
"Ooohh!" Bella dan Katrina mengangguk-angguk.
***
Rumah keluarga Yilmaz,_
Nyonya Mumtaz Yilmaz terkejut mengetahui putrinya di kirim ke rumah sakit tanpa persetujuannya.
"Apa hak mu mengirim putri ku ke rumah sakit?" nyonya Mumtaz Yilmaz marah ke nyonya Havva Mehrunisa.
"Huh! Apa hak mu berteriak keras pada ku? Memangnya kamu siapa?" Nyonya Havva Mehrunisa tak mau kalah.
"Kamu keterlaluan. Selama ini aku selalu mengalah padamu! Kiatakan ke rumah sakit mana kamu mengirimnya?"
"Cari aja sendiri!" nyonya Havva Mehrunisa tak peduli.
"Havva...kamu jangan cari gara-gara denganku! Sebentar lagi Akara Emir datang..Dia pasti mencari Alara!"
Nyonya Havva Mehrunisa jengkel. Dia cemburu.. Madunya ini selalu mengandalkan suami mereka. Tuan Akara Emir Yilmaz terlalu mencintai Mumtaz, mengabaikan dirinya.
"Apa peduliku. Bukan kah dia putri mu? Kamu yang bertanggung jawab padanya. Sekarang dia kabur, apa kamu menyalahkan aku?!"
"APA? ALARA KABUR? TIDAK MUNGKIN!!!"
Nyonya Mumtaz Yilmaz histeris.
Untuk pertama kalinya, dua orang wanita ini bertengkar.
"Putrimu melarikan diri dari rumah sakit. Siapa yang mengira dia punya pacar gelap di luar!" nyonya Havva Mehrunisa memprovokasi madunya.
"HAVVA JAGA MULUTMU!"
Nyonya Mumtaz Yilmaz marah luar biasa. Madunya ini berani memfitnah putrinya.
"Kamu menyangkalnya!?"
"HAVVA!!" Nyonya Mumtaz Yilmaz terprovokasi.