Chereads / DENDAM MEMBAWA NIKMAT / Chapter 17 - Persaingan Dua Istri

Chapter 17 - Persaingan Dua Istri

Amelie's Garden Succulent & Coffee,_

Dua orang wanita sahabat lama bertemu.

Nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz duduk dengan anggun,

"Eda, apa kamu juga ingin memutuskan pertunangan itu?" nyonya Havva Mehrunisa Yilmaz berkata langsung pada tujuan.

Nyonya Eda Heflin Khan terkesiap,

"Havva, kenapa kamu bicara begitu, seolah aku bukan temanmu. Shalinaz Filiz cantik sempurna, dia tidak kekurangan suatu apapun. Dia Sholeha dan terpelajar. Shalinaz pantas menjadi istri Zein Heflin Khan. Aku merestui hubungan keduanya. Tapi kamu harus mengerti, masalah perjodohan antara Zein Heflin dan Alara Yilmaz di luar wewenang ku. Kamu sudah tahu itu. Aku harap kamu mau bersabar, kan kita belum membicarakan pertunangan Alara dan Zein ke tingkat yang lebih serius... !" nyonya Eda Heflin berkata dengan wajah bersungguh-sungguh. Dia orangnya memang gampang trenyuh.

"Tapi...suamiku sudah memutuskan. Aku tak sanggup menerima keputusan dia. Aku kasihan ke Shalinaz... dia menderita dan malu...!"

"Havva... kamu mengerti kan,

Pertunangan Alara Yilmaz dan Zein Heflin diatur Said Hasan Heflin dan Akara Emir Yilmaz Khan. Mereka membuat perjanjian sebelum anak-anak kita lahir!" nyonya Eda Heflin Khan berkata hati-hati. Takut menyakiti sahabatnya ini.

"Maafkan aku... aku terlalu impulsif! Tapi aku mohon padamu, demi persahabatan kita, jangan batalkan pertunangan itu. Kamu bisa kan meyakinkan ibu mertuamu? Ajak mereka melihat kondisi Alara Yilmaz secara langsung. Aku yakin ibu mertuamu itu tidak mau memiliki cucu menantu yang cacat lumpuh dan bisu seperti Alara!"

Nyonya Havva Mehrunisa berkata dengan wajah sedih, air matanya berlinang. Nyonya Havva Mehrunisa bersikap seolah tak sengaja membongkar rahasia keluarga Yilmaz.

Nyonya Eda Heflin terkejut,

"Apa? Alara lumpuh bisu! Tidak. Aku tidak menerima menantu cacat seperti itu! Akara Yilmaz tidak boleh menipu keluargaku!" nyonya Eda Heflin marah.

"Eda..Eda... Tolong...maafkan aku. Aduh...aku tak sengaja bicara begini... Eda alu mohon jangan katakan kalau aku telah membocorkan rahasia ini. Ya Tuhan ! Ini sangat memalukan! Eda... kamu mengerti kan keadaanku . Aku hanya istri kedua. Kedudukan ku lemah. Mumtaz tidak pernah menyukai aku. Dia pasti tidak mau memaafkan aku...! Aku tak bermaksud buruk pada Mumtaz. Dia pasti mengira aku cemburu padanya. Tapi kamu kan temanku sejak kecil...mana mungkin aku bisa berbohong padamu...!"

Nyonya Havva Mehrunisa kembali menangis.

Dia telah membocorkan rahasia keluarganya, tuan Akara Emir Yilmaz merahasiakan kondisi Alara Yilmaz ke keluarga Heflin. Tuan Akara Emir Yilmaz masih berusaha mengobati putrinya itu sebelum pelaksanaan pernikahan.

Nyonya Eda Heflin menegang kedua tangan Nyonya Havva Mehrunisa,

"Havva... kamu bertindak benar. Jangan khawatir, aku tidak akan membongkar rahasia ini. Aku akan mengatasi masalah ini dengan caraku!"

Dua orang ini kemudian bersepakat, membuat rencana.

Nyonya Havva Mehrunisa pulang dengan tersenyum.

Nona Shalinaz Filiz tak

sabar menunggu cerita ibunya.

"Bagaimana?"

"Ssst!" Nyonya Havva Mehrunisa dan Shalinaz Filiz buru-buru masuk ke kamar nyonya Havva Mehrunisa, takut nyonya Aelia Yilmaz tahu, nyonya Havva keluar rumah tanpa izin.

Orang-orang di rumah besar ini sedang sibuk di dapur membuat makanan untuk besok.

Besok adalah hari akhir pekan, tuan Akara Emir Yilmaz pulang nanti sore dari luar kota.

Selain itu, keluarga Yilmaz lainnya yang tinggal di kota lain akan berkunjung.

Tadi nyonya Havva Mehrunisa menyelinap pergi ke kafe dengan naik taxi.

Dia tak berani keluar rumah tanpa izin suaminya atau ibu mertuanya.

Nyonya Aelia Yilmaz tidak pernah tahu kalau menantu kesayangannya itu sangat sering pergi meninggalkan rumah tanpa seizinnya. Apalagi sekarang ini Akara Emir Yilmaz sedang keluar kota, maka seharusnya menurut aturan keluarga Yilmaz, Nyonya Havva Mehrunisa tidak boleh keluar rumah tanpa izin nyonya Aelia Yilmaz.

Tapi saat ini, nyonya Havva Mehrunisa harus bertemu dengan Eda Heflin untuk masalah penting, demi masa depan putrinya.

"Mom, Bagaimana?" tanya Shalinaz Filiz penasaran.

"Don't worry. Mereka akan datang!"

"Yes!" Shalinaz meninju tangan kanannya ke atas, kemudian menoleh ke ibunya, "Kapan?"

"Besok!"

"Besok kan keluarga besar berkumpul?!" kata Shalinaz Filiz Yilmaz bingung.

Nyonya Havva tertawa, "Bukankah itu bagus?"

"Apa itu akan membuat Anne Mumtaz marah?" Shalinaz Filiz Yilmaz takut.

"Hahaha. Bukan marah tapi malu!"

"Hahaha!" Shalinaz Filiz Yilmaz ikut tertawa. Ibu dan anak ini kelakuannya sama.

Mereka tak sadar kalau saat itu ada orang lain di kamar itu.

Karin duduk di sofa mendengarkan pembicaraan ibu dan anak itu.

Karin, kalau keluar dari tubuh Alara Yilmaz dia seperti makhluk gaib saja. Dia bisa masuk ruang manapun di rumah itu seperti hantu.

Pintu kamar nyonya Havva Mehrunisa terbuka, tertutup dengan sendirinya.

Ngiiikk Sreett Buuk!

Suara di buka dan ditutup.

Nyonya Havva Mehrunisa dan Shalinaz Filiz Yilmaz terkejut.

"SIAPA ITU?!"

Nyonya Havva Mehrunisa berteriak nyaring. Dia memeriksa pintu.

Pintu itu tetap terkunci. Aneh!

Di luar juga tidak ada orang.

"IBUUU!"

Shalinaz Filiz ketakutan.

Gadis itu memang penakut.

"Jangan takut. Mungkin dari kamar sebelah!"

Kamar nyonya Havva ada di lantai satu, bersebelahan dengan kamar Mumtaz Yilmaz.

"Ibu...apa ada orang yang mendengarkan pembicaraan kita?_ Shalinaz Filiz gugup..

"Tidak mungkin! Kamar ibu lebih kedap suara!"

"Ayo Kita ke dapur. Kita dengarkan kejutannya!" nyonya Havva Mehrunisa berganti pakaian rumah.

"Aku tak mau ke dapur!" Shalinaz Filiz tidak suka memasak.

"Kamu harus latihan menyajikan teh!"

"Aku belajar di YouTube saja!" Shalinaz Filiz membantah ibunya.

Nyonya Havva Mehrunisa melambaikan tangan. "Jangan buat malu! Kamu harus sempurna di depan calon ibu mertuamu!"

Nyonya Havva Mehrunisa memanggil seseorang men-training Shalinaz Filiz.

Dari siang hingga malam, Shalinaz Filiz kursus melatih diri persiapan menjadi calon istri dan calon menantu idaman keluarga Heflin.

"Keluarga Heflin menyukai wanita yang mandiri, rajin, sigap serta lebih peka soal urusan rumah tangga!" ujar nyonya Terra, dia masih kerabat dekat Heflin.

***

Nyonya Havva Mehrunisa pergi ke dapur,

"Aku mencari mu tadi!" kata nyonya Mumtaz Yilmaz kepada madunya.

'Ada apa kamu mencari ku?" nyonya Havva Mehrunisa bertanya dengan wajah acuh.

"Aku hanya ingin kamu membantu kami di dapur!" jawab nyonya Mumtaz Yilmaz dengan suara pelan.

"Aku sibuk urusan kantor!" jawab Nyonya Havva Mehrunisa tanpa menoleh ke wajah nyonya Mumtaz.

nyonya Havva Mehrunisa tersenyum sinis,

"Sebentar lagi kamu dan anakmu finis!"_ Nyonya Havva Mehrunisa tidak sabar menyingkirkan madunya ini.

Nyonya Mumtaz Yilmaz mengurut dada, istri kedua suaminya ini lebih berkuasa dari pada dirinya.

Nyonya Havva Mehrunisa bahkan tidak menaruh hormat kepada nyonya Mumtaz Yilmaz.

Nyonya Mumtaz Yilmaz dipercaya mengelola rumah tangga (dapur). Dia tidak lebih sebagai kepala asisten rumah tangga daripada sebagai nyonya istri pertama tuan Akara Emir Yilmaz.