Hasrat Tergelap, Candu Dalam Dosa

BELLEAME
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 25.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Gelegar suara petir terdengar bersahutan. Kilatan cahaya mendahului sang guruh, seakan berusaha memberi tanda pada penghuni bumi agar sempat menutup telinga terlebih dahulu.

Jutaan kubik air membasahi bumi dikala malam telah larut dan udara terasa begitu dingin.

Seorang wanita dengan rambut ikal panjang yang kuyup kedapatan berlari. Menembus hujan, melintasi jalanan sepi di malam hari. Kabur dari sesuatu.

Wajah cantiknya pucat, beberapa luka lebam terlihat di sekujur tubuhnya yang kurus. Bahkan sudut bibirnya pun berdarah.

Napas yang menderu menghasilkan embun saat beradu dengan dinginnya air hujan. Bahunya baik turun karena rasa panik dan takut. Ia bahkan tak peduli dengan kakinya yang lecet karena berlari menyisir jalanan aspal tanpa alas kaki.

"Brengsek!! Di mana kamu, Jalang??!! Kemari??! Aku cincang kamu!" Suara keras seorang pria membuatnya ketakutan.

Tentu saja wanita itu semakin mempercepat langkah dari kaki-kakinya yang pendek. Saat itu tidak ada orang yang bisa mendengar teriakan minta tolongnya karena hujan turun dengan begitu deras.

"Tolong!" pekiknya saat melihat pria yang membawa gagang sapu mendekat.

Karena fokus melihat ke belakang, ia tak sadar, ada mobil yang melaju dari arah kiri. Dan wanita itu menyeberang tanpa waspada.

TTTIIINNN!!!

Suara klakson mobil terdengar memekakkan telinga.

"Shit!!" Pengemudinya lekas menekan pedal rem sedalam mungkin agar mobilnya berhenti.

CIIITT!!!

Dencitan keras suara ban mobil bersamaan dengan suara pekikan seorang wanita.

"Ack!!" Wanita itu tersungkur ke belakang, jatuh, jantungnya berdebar sangat hebat, dia kira akan mati tertabrak mobil.

Tapi mungkin ada baiknya dia mati tertabrak oleh mobil itu. Dari pada mati dihajar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri.

Sang wanita bahkan tak tahu apa kesalahannya sampai harus menerima perlakuan sekejam ini?! Tak hanya tamparan atau pukulan, namun juga cercaan dan hinaan secara verbal yang menyakitkan hati. Semua itu harus ia telan bulat-bulat, melengkapi rumah tangganya selama dua tahun belakangan.

"Kamu tak apa?" Pengemudi mobil keluar dari mobilnya, tak peduli dengan hujan yang langsung membuat pakaiannya basah kuyup. Dengan lekas ia mendekat, mencoba mencari tahu keadaan manusia yang hampir saja menjadi korban tabrakan.

Jantungnya masih berdebar karena panik. Wajahnya pucat dan penuh luka. Bibirnya bergetar karena rasa dingin. Pandangan matanya kosong karena pikirannya melayang jauh berharap untuk mati saja.

Sorot lampu mobil sedan hitam mewah itu menyorot tepat di wajah sang wanita.

"Ney?? Neyya??" Pemilik mobil ternyata mengenal wanita itu. Neyya menoleh melihat siapa pria yang hampir menabraknya.

"Erlangga?"

Ternyata keduanya saling mengenal. Keduanya terus saling menatap tak percaya dengan takdir yang mempertemukan mereka kembali, namun di tempat dan waktu yang salah.

"Sembunyi di mana kamu, Jalang!!" teriakan seorang pria lain membuat Neyya berjengit, dengan kesusahan Neyya berusaha berdiri.

"Hati-hati!" Erlangga menolong Neyya bangkit karena kakinya pincang.

"Selamatkan aku, Er!! Please, bawa aku pergi dari sini!!" Neyya memohon pada Erlangga. Wajahnya pucat pasi dan suaranya begitu bergetar karena rasa sakit juga dingin.

"NEYYA!! JALANG!! KELUAR KAMU!!" Seruan itu terdengar semakin mendekat ke arah mereka. Membuat Neyya semakin panik. Neyya mencengkram lengan Erlangga erat-erat, memohon dengan penuh iba pada Erlangga. Wanita ini masih belum mau mati di tangan suaminya.

Erlangga tidak tahu apa yang membuat Neyya begitu ketakutan dan ada masalah apa sampai pria itu ingin membunuh istrinya. Satu hal yang pasti, jantung hati Erlangga berderis saat mendapati pertemuan mereka kembali. Setelah perpisahan selama enam tahun, akhirnya Erlangga menemukan Neyya, cinta pertama dan satu-satunya wanita yang tak pernah menghilang dari hatinya.

"Baik, ayo masuk ke dalam." Erlangga menggendong Neyya masuk ke dalam mobilnya.

Mobil itu melaju meninggalkan jalanan sepi. Hujan deras masih mengguyur kota. Suami Neyya membanting gagang sapu dengan penuh amarah karena tak berhasil menemukan istrinya.

.

.

.

Neyya bisa bernapas lega untuk sementara waktu. Ia aman di dalam mobil Erlangga yang melaju membelah larutnya malam.

"Maaf, maafkan aku, Er." Neyya menunduk, tak berani menatap wajah Erlangga. Malu dan juga merasa hina. Penampilannya pasti sangat mengenaskan.

"Dari pada minta maaf, mending kamu jelasin. Sebenarnya ada apa? Siapa pria yang mengejarmu tadi?" Erlangga melihat sekujur tubuh Neyya yang penuh dengan luka lebam. Hatinya berdesir miris.

"Tadi itu suamiku, Er."

"Hah??" Mata Erlangga membulat.

"Dia memukulku tiap kali kalah judi, mabuk, atau pun cemburu." Neyya memeluk dirinya sendiri.

"Suami?" Erlangga sedikit kecewa, Neyya ternyata sudah menikah?? Namun Erlangga menepis pikirannya, dia juga pria yang sudah menikah, punya anak istri.

"Iya, dia suamiku." Neyya menangis, hatinya sungguh hancur dan remuk. Sesak sekali, dadanya bergemuruh hebat, seperti hujan deras malam hari ini.

"Dasar bajingan!" umpat Erlangga, tetap saja perbuatan suami Neyya sungguh biadap.

"Maaf, tapi aku tak punya tempat bermalam dan juga uang. Apa bisa kamu bisa meminjamkanku sedikit uang, Er? Aku akan mengembalikannya segera mungkin," tanya Neyya, rencananya, ia akan menginap di motel kecil sampai besok pagi, berharap setelah mabuk suaminya menghilang ia bisa pulang ke rumah lagi.

Erlangga menghela napas panjang, pria itu membelokkan setir mobilnya ke sebuah hotel terdekat. Sebuah hotel berbintang lima. Erlangga hanya akan memastikan Neyya mendapat pengobatan dan meninggalkannya pulang. Sungguh, Erlangga sama sekali tidak punya niatan untuk menyentuh Neyya apa lagi menginap di hotel itu bersamanya.

Namun ...

Ternyata dosa jauh lebih indah dari yang bisa mereka bayangkan.

**** ❤️❤️❤️ ****