Chereads / PUTRI PENGGANTI RATU MAFIA / Chapter 11 - APA ITU CINTA

Chapter 11 - APA ITU CINTA

Ronald memicingkan matanya. Tapi, belum sempat dia berfikir dan menebak apa kira-kira yang akan Sisca lakukan, tiba-tiba saja Wanita itu langsung datang menerkam tubuhnya.

"Oh… Sisca!" seru Ronald. Rasa kaget dan bahagia bercampur aduk menjadi satu dalam benaknya. Jelas, sebagai seorang pria normal, dia sama sekali tak munafik. Dia sangat suka dan menikmati tiap keintiman yang selalu mereka berdua lakukan. Bahkan, tak jarang pula, Ronal mengajak pacar barunya ini untuk bertemu hanya untuk sekedar melepas sahwatnya.

"Kali ini, aku yang akan berkuasa. Kau, hanya diam, dan nikmati saja setiap apa yang aku lakukan padamu tanpa harus memberiku serangan balik," ucap Wanita itu sambil tertawa.

"Apa masksudmu, Sayang?" tanya Ronald.

"Maksutku?" Sisca memandangi setiap lekuk tubuh Ronald yang tercetak di balik balutan kaus berwarna hitam ketat yang membentuk tubuhnya dengan tatapan nafsu dan buas. Lalu, ia melepaskan ikat pinggang gaunnya yang terbuat dari selembar kain panjang untuk digunakan menutup mata pria itu. lalu, ia menggunakan bikininya sendiri untuk mengikat kedua tangan pria itu.

"Kamu diam dan cukup pasrah saja atas apa yang akan aku lakukan padamu," bisik Sisca yang membuat Ronald menjadi merinding.

Sungguh dengan keadaan mata tertutup dan kedua tangan terikat begini, sensasi bercinta yang ia dapatkan sungguh luar biasa. Memang, dari segi kenikmatan yang ia dapatkan terasa lebih besar. tapi, ya begitu… ia tak akan lagi dapat melihat bagaimana Wanita itu menari liar di atas tubuhnya.

Dia takt ahu apa-apa selain hanya kenikmatan yang dia rasakan. 'Hah, tak masalah. berada di atas atau bawah juga sama saja, tujuannya untuk menyenangkan bend aitu saja. kalau di bawah, biasanya hanya bisa melihat dua payudara yang menggantung. Tapi… ya sudahlah.

Usai melakukan percintaan panas, Ronald mengantarkan Sisca pulang ke rumah. Sebenarnya, Sisca masih sangat ingin berlama-lama bersama dengan pria itu. tapi, karena dia ada kuliah sore, maka mau tak mau Sisca juga harus segera pulang.

"Besok, aku akan menjemputmu lebih awal satu jam sebelum ulang tahun teman kita dimulai, oke?" ujar Ronald sambil mengecup kening Sisca.

"Kamu janji, ya?" ucap Wanita itu dengan nada manja.

"Iya, Sayang. Aku janji sama kamu deh pokoknya."

"Ingat pulang juga kamu rupanya, ya?" ucap Molly yang sudah sangat kesal pada putrinya. Dia menjadi semakin liar dan tak terkntrol sama sekali setelah kematian Ritika.

"Ma, apakah begitu cara menjambut putrinya yang baru pulang?" tanya Sisca yang masih dalam pengaruh minuman keras.

"kau pergi dari kemarin pagi, dan sere ini juga baru kembali. Kamu ini perempuan, yang punya harga diri. main boleh saja tapi, ya harus ingat waktu, Sisca!" ujar mamanya kesal.

Sisca hanya tersenyum. Kemudian tertawa. Bukan karena dia melihat mamanya yang marah-marah seperti emak-emak tua yang sedang mengomeli anak perawan. Tapi, karena ia masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana kejadian kemarin yang dia anggap begitu menyenangkan itu.

"Ma, aku beri tahu sesuatu. Sekarang ini gak jaman perempuan dipingit dan jaim-jaim. Kalau begitu… pria yang dicintai ya akan pergi bersama dengan perempuan yang jauh lebih berani mendekatinya," jawab Sisca sambil sendawa kencang.

Molly kian kesal, dan menutup hidungnya. Sebab, aroma alkohol dari mulut putrinya begitu kuat. Kalau sudah mabuk begini, ya sepertinya juga percuma berdebat dengan Sisca. Dia hanya akan melontarkan kata-kata yang hanya akan membuat dirinya emosi saja.

***

Sebuah mobil civic sport merah keluaran terbaru memasuki area parkir di campus. Pria tampan dengan postur tubuh proposioanal turun dari dalam sana dengan mengenakan sebuah kacamata hitam dan mekangkah dengan sangat elegant layaknya anak sultan.

"Wah, Ronald sudah datang!" ujar seorang teman dari gerombolan itu.

Kemudian, seorang gadis cantik mengenakan kaus strit dan rok sebawah lutut datang menghampiri pria itu dengan tatapan wajah datar.

"Kamu apa kabar, Sayang?" sapa Ronald sambil mengecup kening gadis itu.

"Kau pikir saja bagaimana kira-kira jika menelfon pacar sendiri saja tak bisa. Selama dua hari bahkan nomormu tidak aktif. Kamu ngapain saja?" tanya gadis itu marah.

"Sudahlah, aku tak mau bertengkar dengan kamu. Aku pun juga sangat rindu padamu. Bagaimana nanti kalau pulang kuliah, aku akan ajak kamu jalan-jalan? Kutraktir baju dan apapun yang kamu butuhkan?" ucap Ronald sambil tersenyum menggoda gadis cantik berambut panjang dan lurus itu.

"Baik. Tapi, aku masih belum dapat memaafkanmu sekarang. Memaafkan atau tidak, lihat bagaimana nanti Ketika kau berkencan denganku saja."

"Baiklah Nona… " ujar Ronald. Masih sempat saja menggombal.

"Ya sudah, aku akan pergi ke kelas dulu. Lima menit lagi kelas sudah akan dimulai," ujar Helena lalu pergi meninggalkan gerombolan teman-temannya. Tak lupa juga, gadis itu meninggalkan sebuah kecupan di pipi kanan sang kekasih.

"Ronald, sebenarnya, selama ini siapa sih yang kau cintai itu? Ritika saja, dan yang lain hanyalah pelampiasan, atau bagaimana?" tanya Rendi sambil duduk santai di tengah kedua Wanita cantik di sisi kiri dan kanannya.

"Entahlah, aku sendiri gak tahu. Dulu… sebelum jadian sama Ritika, aku sebenarnya lebih suka sama Sisca. Tapi, aku mendekati Ritika karena aku tahu, kalau dialah penerus perusahaan Suhendra grub. Dari segi warisan, yang paling banyak jelas dia. Karena, Sisca hanyalah anak tiri. Tapi, karena sekarang dia sudah mati… aku bisa bersama dengan Sisca," jawab Ronald dengan santai seraya duduk dan memetik sebutir buah anggur lalu memasukkannya ke dalam mulut.

"Oh, jadi kau sebenarnya memang sejak awal sudah naksir sama Sisca. Tapi, kenapa begitu dengan dirinya kau malah menduakan dia dengan Helena? Malah, sepertinya jika dilihat-lihat, kau seperti lebih suka pada Helena," tanya Rendy lagi. Seolah dia benar-benar penasaran denga napa yang ada di benak kawan baiknya itu.

"Itu, ya?" Ronald tersenyum miring. Menghisab banyak rokok yang tinggal sedikit dan melemparnya asal, kemudian ia mulai berbicara, "Aku sudah tahu seperti apa liarnya Sisca di tempat tidur. Jadi, kalaupun kelakkami akan selamanya berjodoh dan menikah… di malam pertama sudah taka da lagi yang istimewa. Karena sudah aku coba semua dengan gaya apapun.

Sementara dengan Ritika, dia benar-benar gadis yang tak bisa sembarangan disentuh. Anak buah papanya terus setia mengawasi dan menjaga dirinya. Jangankan mua berbuat macam-macam padanya, aku ada main dengan Wanita lain saja, itu bisa sampai para Ritika. Jadi, terpaksa aku setia dan patuh dengan peraturan yang dia bikin dalam pacarana demi." Ronald menyeringai sambil menggerakan ujungn telunjuk dan ibu jarinya.

"Gila! Makin keren saja kamu. Kau berani macam-macam di belakang Sisca?" tanya mereka bersamaan.

"Karena. Orang suruhan papa Ritika itu hanya mengabdi pada keturunan asli tuannya saja. setelah kematian Ritika, mereka berhenti dan tak peduli dengan Sisca, lah."