"Jadi ajak aku keluar jalan-jalan, tidak?" tanya Ritika lagi Ketika Edo mulai bengong dan tidak meresponnya sama sekali.
"La jadi. Emangnya kamu mau, dandan lama-lama tapi tak jadi ke mana-mana?" tanya Edo balik.
"Bukannya kamu yang sejak tadi hanya diam dan bengong?"
Setelah berdebat, mereka berdua pun akhirnya berangkat. Edo tahu, ke mana dia akan membawa pergi Ritika sore ini. Mereka berjalan di pinggiran kota layaknya pasangan kakak beradik yang akur dan akrab. Berjalan bersama berjajar mengelilingi sebuah mall di mana, dalam mall itu juga tefdapat gedung.
"Ngapain ke sini? Aku tak memiliki uang, apakah kau akan mentraktirku?" tanya Ritika.
"Yah… sebenarnya aku sangat sayang pada uangku. Tapi, ya sudah lah. Aku akan tetap mentraktir kamu. Krena menghutangkannya juga percuma. Kau terlalu miskin dan tak memiliki apapun untuk membayarnya lagi," jawab Edo.
Usai acara ulang tahu teman Ronald dan juga Sisca yang diadakan di rumahnya, Sisca langsung mengajak cabut pacarnya itu. dia tak tertarik sama sekali untuk mengikuti acara awal hingga akhir. Yang terpenting saat ini hanyalah asal sudah menampakkan diri dan memberi kado ya sudah. Bukankah yang paling dilihat oleh pemilik acara hanyalah kado apa yang akan tamu undangannya berikan?
"Sisca… kenapa harus ke Mall, sih?" tanya Ronal dengan sedikit kesal.
"Karena hari ini ada discount besar-besaran, lah!" jawab Wanita itu dambil tersenyum dan terus berjalan menuju tempat fashion. Di aman di sana aka nada discount besar-besaran yang hanya dari pukul tiga sore dan berakhir di jam empat sore. Jadi, Sisca bergegas lari takut tidak kebagaian dan mengabaikan acara ulang tahun temannya itu. toh sebelumnya mereka juga bukanlah teman akrab dan baik.
"Discunt?" ujar Ronald lirih sambil menggaruk belakan g kepalanya yang tidak gatal. Dia sama sekali tidak mengerti dengan Wanita. Bagaimana bisa dia mendengar kabar bahwa di mall ini aka nada discount sebesar itu. bahkan, ia yang memiliki rekan bekerja di sini saja juga tidak tahu sama sekali.
"Loh, kok aneh… " gumam Sisca lirih. Sebab, ia melihat suasana tempat baju-baju itu terlihat normal. Tidak begitu ramai seperti pada umumnya saat ada discount. Jangankan 80%. 30% saja sudah sangat ramai sampai tak terlihat barang-barang yang digantung, atau yang berada di tempat obralan karena telah di penuhi oleh mereka yang sedang sibuk berebut barang, karena takut tidak kebagian.
Merasa ada yang janggal, akhirnya Sisca mendekati salah satu SPG yang sedang berdiri di dekat gantungan bersama dengan rekannya.
"Permisi, Mbak. Apakah hari ini ada discount?" tanya Sisca.
"Discoun? Setiap hari di mall kan memang ada discount, mbak. Kenapa harus bertanya demikian?" tanya peragawati yang cantik, seksi dan putih tersebut dengan tatapan heran memandang kea rah Sisca yang terlihat begitu kemaruk.
"Ya, discount yang hanya ada Cuma sejam dan itu pun besar-besaran mulai dari 80 hingga 90% dengan brand ternama, Mbak. Kaya piere cardin, dan lain-lain," ucap SIsca.
Tak ada tanggapan dari dua peragawati tersebut. Keduanya saling pandang kemudian tertawa bersamaan dan melihat konyol pada Sisca.
"Hahaha. Discount sebayak itu mungkun kusus untuk mu apabila oemilik mallnya adalah nenek moyang kamu, Mbak," jawab salah satu dari mereka yang sejak awal melihat Sisca terlihat begitu konyol.
"Loh, masa sih ga ada, Mbak? Jelas-jelas di sini jelas-jelas telah ditulis demikian, kok… " gerutu Sisca lantang. Sehingga dua peragawati tersebud bisa mendengarnya dengan sangat jelas sekali.
"Di sini mana, Mbak? Memangnya, dari mana anda mendapatkan informasi tersebut?" tanya salah satu dari mereka. Memaksa untuk mengetahui sumber mana yang menyebarkan berita tersebut.
"Tunggu sebentar. Agar kau tidak mengira aku telah sembarangan berbicara," ujar Sisca ngotot. Dan dengan sombongnya, dia menyodorkan ponsel miliknya yang terdapat tulsan discount dan juga 80%. Tapi, sayang sekali. Sepertinya Sisca tidaklah teliti. Dia kembali ditertawakan oleh dua peragawati tersebut.
"Ini, Mbak? Kan bukan discount 80%... jelas-jelas di sini telah tertuliskan bahwa serbu discount besar-besaran dan menangkan hadia senilai ratusan juta rupiah. Slow coming. Piere cardin. Persiapan baru 80%. Gak ada discount 80%."
"Hah! Masa, sih? Kalian jangan mengecohku, ya?" ucap Sisca. Kemudian dengan cepat meraih ponselnya. Kembali dia melihat halaman yang telah dibuka olehnya tadi. Ternyata, tulisan 80% itu bukan lagi discount. Tapi, telah berubah menjadi slow cooming dan baru menuju ke persiapan 80%. Tapi, bagaimana juga ia tak memiliki bukti atas apa yang tadi ia lohat hingga bisa segitu yakin. Jadi, berdebat juga percuma. Akhirnya, ia pun langsung mengajak Ronald untuk pergi.
Tak lagi peduli meskipun ia telah menjadi bahan tertawaan oleh mereka
yang bekerja di tempat ini.
Ketika Ritika bersama dengan Edo, tanpa sengaja dia bertabrakan dengan seorang gadis, sehingga gadis itu terjatuh. Entahlah, padahal Ritika tidak merasa menabrak dengan kencang. Tapi, kenapa bisanya dia langsung tersungkur begitu saja. itukah, yang dinamakan dengan lemah?
"Heh! Kalau punya mata itu, ya dipake. Jangan merem! Kmau buta?"
Ritika terkejut dengan suara teriakan itu. ia menoleh ke bawah. Ternyata, pendengarannya tidak lag berubah dan masih tetp bagus. Suara yang begitu familiar dan sudah beberapa bulan ini tak dia dengar, ternyata masih milik orang yang sama.
"Sayang, hati-hati. Apakah kau tidak apa-apa?" ucap seorang pria. Dengan panggilan sayang, dan mesra sekali membantu Wanita yang baru saja tersungkur di atas lantai granit mall yang nampak mengkilat tersebut.
Belum hilang keterkejutan Ritika dengan kemunculan saudara tirinya, dan takut dikenali, kini malah pria yang ia anggap sebagai sosok baik dan setia padanya selama ini mudah sekali berpaling. Baru berapa lama juga dia dikabarkan mati setelah menghilang. Kini, malah sudah berpacaran dengan saudara tirinya.
Ritika terdiam kaku. Ia benar-benar kaget dan tak percaya atas apa yang ia lihat di depannya sekarang. Ingin sekali dia marah, menampar Ronald, dan menjambak rambut Sisca dan meneriakinya sebagai Wanita jalang yang telah merusak hubungannya dengan pria di sebelahnya. Tapi, untung saja, dia tersadar, bahwa keluar dan jalan-jalan, dia menggunakan mekap karakter, serta model pakaian yang tak pernah dia pakai sebelumnya. Karena, biasanya dia hanya akan mengenakan rok panjang ataupun mini dress.
"Maafkan adikku. Dia tidak sengaja. Kami berdua merasa sudah baik-baik berjalan. Tapi, sepertinya dari arah yang berlawanan kalian lah yangberjalan ngasal dan tak melihat situasi," ucap Edo.
"Kamu enak sekali, ya menyalahkan kami? Memang adikmu saja, yang bodoh!" teriak Sisca.
Ritika mengerutkan kedua alisnya, memandang rendang dan cukup terkejut dengan reaksi dan perkataan saudara tirinya itu.