Chereads / Tuan Terhormat dan Istri Sejuta Manfaat / Chapter 4 - Istri Yang Sempurna

Chapter 4 - Istri Yang Sempurna

"Pergi dari rumahku sekarang juga!" Merrick mengangkat tangannya untuk meraih telepon internal yang ada di sampingnya.

"Huh! Kau tidak perlu repot-repot memanggil satpam untuk membawa aku keluar Mr. Crich, aku juga tidak sudi berlama-lama di rumahmu ini. Kalau saja aku tidak berpikir semua catatan ibuku itu benar, kalau saja aku mempercayai ucapan kakekku, mustahil aku mau datang menemuimu!

Aku bukan putrimu, benarkan? Maka aku akan mengabulkan keinginanmu. Langit terbelah, bumi berhenti berputar, aku tidak akan pernah menganggap bahwa dalam darahku, ada darahmu! Aku, Arabella Fawley, sangat tidak sudi memiliki ayah sepertimu. Jika suatu saat kau menyesal, maka kau perlu mengingat tentang hari ini, hari pertemuan pertama kita, dan kuharap kau bisa sedikit lebih punya malu!"

Usai selesai dengan perkataannya, Arabella segera pergi dari ruangan itu. Dia benar-benar tidak sudi berlama-lama menghirup udara yang sama dengan Merrick Crich, ayahnya sendiri!

Kata-kata itu seperti belati tajam yang menusuk tepat di jantungnya. Merrick Crich bisa merasakan dengan jelas rasa sakit yang keras di jantungnya, hal ini sama seperti saat dia melihat Paula Fawley, tidur dengan sahabatnya sendiri.

Merrick Crich menyentuh jantungnya yang terasa sakit, mengapa ucapan gadis kecil itu seperti teriakan neraka di telinganya? Dadanya sesaat terasa sesak.

Kembali ke Arabella, saat hendak melewati pintu ruang kerja Merrick, Arabella menabrak seorang wanita yang menghalangi jalannya. Emosi yang memenuhi hatinya, membuatnya bahkan tidak memedulikan wanita yang ditabraknya itu. Dia langsung pergi, bahkan tidak memberikan satu ucapan maaf.

Merrick melihat itu, dia bangkit dari kursinya dan bergegas menolong wanita yang terjatuh itu.

"Sayang, kau baik-baik saja?"

Suaranya begitu lembut dan penuh cinta. Arabella yang sudah ada di ambang pintu seketika mematung mendengar perkataan itu. Dengan bodoh, dia membalikkan badan. Mata amber-nya menyaksikan pemandangan sepasang manusia yang saling bertopang badan. Sungguh, keluarga ini memang sangat harmonis, seperti rumor yang terdengar.

"Aku .... Aku baik-baik saja. Hanya saja..." wanita yang mengenakan syal di lehernya itu menurunkan pandangannya.

"Tidak, tidak apa-apa. Kau duduklah." Merrick Crich membawanya ke sofa tunggal yang ada di ruang kerjanya.

"Tapi, minuman yang kubawa padamu jadi tumpah." Wanita itu terlihat begitu sedih. Bola matanya yang indah, terlihat meredup.

"Tidak apa-apa, hanya sebuah minuman saja. Yang penting, aku sudah menerima setiap perlakuan manismu, kau sangat memedulikan dan memperhatikan aku," balasan Merrick Crich.

Arabella tidak pernah menduga bahwa pria ini memiliki sisi yang seperti ini. Dalam benaknya, Merrick adalah pria bejat yang sudah menghancurkan hidup dua manusia lemah, dirinya dan terlebih-lebih ibunya.

Namun melihat bagaimana pria ini menjaga dan menyayangi istrinya, Arabella seketika mendapat penilaian baru terhadap pria bejat ini, rupanya dia adalah sosok suami yang penuh cinta. Entah adegan tadi hanya sebuah kepura-puraan atau memang karakternya yang sesungguhnya, tetapi itu sangat totalitas. Sangat sulit melihat kepura-puraan di sana, jika memang itu hanya sebuah akting.

"Tuan Merrick, siapa gadis belia ini?" Suara yang lembut dan lemah itu membawa jiwa Arabella kembali ke kenyataan. Saat ia menaikkan pandangannya, mata amber-nya bertemu dengan mata hitam Merrick yang menatapnya dengan tajam.

"Kau, kenapa masih berdiri di sana? Menunggu untuk diusir?" Merrick, pria paruh baya itu menghardiknya, berbeda sekali ketika pria itu berbicara pada wanita yang duduk di sofa tadi, yang Arabella yakini adalah istrinya.

"Tuan Merrick, kenapa berbicara begitu kasar terhadap seorang gadis yang masih belia? Itu tidak baik." Setelah mengatakan itu, wanita itu bangkit dari duduk kemudian berjalan mendekati Arabella.

"Nicole, jangan menghampirinya!" Merrick segera menghentikan langkah wanita yang dipanggil sebagai Nicole.

Wanita itu memang berhenti dan berbalik, ia menatap Merrick seolah sedang mengatakan, 'kenapa?'.

Merrick yang paham arti tatapan itu segera menjawab dengan lantang, "Dia pegawai baru di perusahaan, datang ke sini hanya untuk mengemis. Tidak perlu memedulikannya."

JAB!!!

Waktu yang Arabella lewati di tempat ini masih hanya berselang beberapa menit, bahkan jam pun belum berlalu, tetapi dia sudah beberapa kali mendapat tikaman melalui perkataan pria ini.

Apakah memang benar pria yang ada dihadapannya ini adalah ayahnya?!

"Kau membutuhkan pinjaman kan? Baiklah, ambil check ini dan tuliskan saja berapa pun yang kau mau," susul Merrick di detik berikutnya sambil melempar selembar kertas putih kecil ke depan Arabella.

Ibarat kata, ucapannya yang tadi pun belum berlalu dari telinga Arabella, tetapi pria ini seolah masih belum puas dan terus meneriakinya dengan makian. Memandangnya dengan begitu rendah. Sungguh, kini dia bahkan meragukan, apakah pria ini benar adalah ayah biologisnya?

Bukan, bukan karena dia meragukan ucapan ibunya. Dalam dunia ini, jika ingin mempercayai seseorang, ibunya adalah orang yang tepat. Hanya saja, perilaku pria ini, sama sekali tidak pantas disebut sebagai ayah! Sangat-sangat tidak pantas!!

"Merrick! Apa yang kau lakukan! Jika gadis ini memang membutuhkan pinjaman dari perusahaan, haruskah kau bersikap demikian?" Nicole menegur Merrick dan di detik berikutnya, ia memungut kertas itu dan memberinya pada Arabella.

"Merrick biasanya sangat lembut dan penuh cinta, mungkin kali ini dia sedang memiliki masalah. Jangan dipikirkan, ambillah ini," ucap Nicole pada Arabella.

Mata Arabella telah memerah, sedikit lagi mungkin air mata yang deras akan terjatuh tiada henti, tetapi dia malah memberikan pandangan yang begitu tajam pada Merrick. Tatapan itu membuat jantung Merrick berhenti seketika, seolah saat ini jiwanya sedang dihisap habis oleh amarah Arabella.

Tanpa sepatah kata yang keluar dari bibir mungilnya, Arabella mengambil kertas cek yang diberikan Nicole lalu merobeknya di detik yang sama.

"Jika pun aku harus mengemis, tetapi kau masih belum cukup besar untuk menjadi tujuanku mengemis!" ia melempar robekan kecil-kecil kertas itu dengan penuh kebencian, lalu melangkahkan kakinya dengan tegas meninggalkan ruangan itu.

'Merrick Crich, Nicole Kane!!! Kalian pasti akan mendapatkan ganjaran atas segala perbuatan kalian. Pasti! Aku tidak akan mengampuni kalian. Kelak ketika aku bisa berdiri kokoh dengan kedua lututku, maka di hari itu, kehancuran kalian telah tiba!'

Ucapan itu terdengar seperti makian atau umpatan, namun dibalik itu, Arabella sedang memaksa diri agar membuat semua ucapannya itu nyata. Dendam, kebencian, amarah kini memupuk di dada.

"Mama, aku sudah tidak ada jalan lagi.... Tolong, bangunlah untuk diriku..." Air mata yang tadi ditahan, kini membuncah begitu meninggalkan pagar tinggi rumah Merrick Crich.