Chapter 9 - Istri Kontrak

Melihat Deon yang begitu frustrasi, keduanya pun diam.

Lucas Madisson, seorang mafia yang berkedok pengusaha di bidang real estate, dia yang lebih dulu angkat bicara, "Deon, mengapa aku merasa nenekmu memaksamu menikah, itu hal yang wajar?"

Mendengar itu, Deon tidak senang. Ia menatap Lucas dengan tajam. Seketika hawa di dalam ruangan kecil itu, mendadak menurun dan sedikit mencekam.

Lucas meneguk air liurnya, "Eh, jangan marah dulu, maksudku ... kau seseorang yang belum menikah, dan tidak sedang menjalin hubungan dengan siapa pun. Menikahi wanita yang dipilihkan nenekmu untukmu juga seharusnya tidak masalah. Mana tahu karena hal ini, kau bisa jadi terlepas dari masa lalumu."

Wajah Deon semakin menggelap mendengar ocehan Lucas. Benar-benar tidak layak dijadikan teman!

"Sudah, sudah, jangan berdebat lagi. Deon, aku punya solusi untukmu," ujar Ryns menengahi.

Sontak, Lucas dan Deon melihat pada Ryns secara bersamaan.

"Ini mungkin memang bukan solusi yang terbaik, tetapi aku rasa masih layak dicoba," lanjut Ryns.

"Katakan!" balas Deon dengan dingin.

"Masalah wanita, itu hal yang mudah. Kau hanya diminta nenekmu menikah dan memberinya cicit kan bukan benar-benar harus bersama wanita itu selamanya? Nah, kau tinggal cari saja satu wanita yang mau menikah kontrak denganmu, lalu kalian membuat perjanjian, misalkan setelah satu tahun pernikahan, kalian bercerai."

Lucas langsung melempar bantal sofa pada Ryns dengan kasar, "Apa kau gila!"

"Tapi ini satu-satunya jalan. Deon tidak ingin hubungan yang terikat, jadi dia bisa membuat surat perjanjian sebelum menikah. Apa pun perjanjiannya, bisa disepakati oleh kedua belah pihak."

Deon menimbangi semua yang dikatakan Ryns, "Lantas, di mana aku bisa mencari wanita yang seperti itu? Memangnya ada wanita yang menikah untuk diceraikan?"

"Mungkin agak sedikit sulit, tetapi kau bisa membuat iklan pencarian istri. Ha ha ha ha...." Ryns dan Lucas tertawa. Mereka memang sengaja.

Melihat dirinya diolok-oloki, Deon tidak senang, dia mengangkat pantatnya dari sofa, "Berbicara dengan kalian berdua memang tidak pernah mendapatkan solusi."

Lucas langsung menghentikan Deon saat pria itu bersiap melangkah, "Eh, tunggu dulu, kau mau ke mana? Tapi yang dikatakan Ryns itu ada benarnya. Aku memiliki banyak wanita, apa kau mau kurekomendasikan?"

Ryns angkat bicara, "Apa kau gila? Kau ingin menyerahkan wanita-wanita gilamu itu pada Deon? Mereka itu wanita yang haus uang, popularitas, dan kekuasaan. Apa pun akan dilakukan asalkan mendapatkan gaya hidup yang sempurna. Jika wanita yang seperti yang dicari, tentu saja malah akan sangat berbahaya untuk ke depannya. Sebaliknya dia malah akan terus menekan kita dengan perjanjian pranikah yang dibuat."

"Jadi memangnya harus wanita yang bagaimana?" Deon kembali duduk di sofa.

"Yang penting, cari wanita yang biasa-biasa saja; tidak terlalu hidup sosialita dan yang pasti jangan dari kalangan putri pejabat, nona bangsawan, selebriti, modelling, actress atau sejenisnya. Dengan begitu, dia tidak akan terlalu banyak menuntut."

"Haa? Kau ingin meminta Deon menikahi seorang badut?" komentar Lucas.

"Hei, bodoh! Apa yang kau tahu, jika Deon menikahi seorang gadis yang biasa-biasa saja, Deon bisa menuliskan perjanjian sesuai keinginan hatinya, misalkan, jangan sampai hubungan mereka terekspos dll. Sebaliknya, jika menikahi seorang actress atau nona putri bangsawan, tentu saja mereka tidak akan melepaskan keuntungan untuk merangkak lebih naik. Pernikahan itu malah akan dijadikan sebagai ajang menaikkan derajat hidup. Sebaliknya jika nona dari keluarga biasa-biasa saja, yang dalam pikirannya, bisa makan dan hidup dengan tenang saja sudah sangat bagus. Yang paling penting untuk mencari istri kontrak ini adalah, harus seseorang yang mendadak butuh uang. Dengan begitu, dia tidak akan menolak menikah dengan perjanjian kontrak yang disepakati."

"Masuk akal sih. Deon, bagaimana menurutmu? Lagipula, aku yakin kau tidak sungguh-sungguh untuk menikah. Lagipula nenekmu tidak akan mempermasalahkan status seseorang," ujar Lucas.

Deon mengangguk, "Tapi di mana aku mencari wanita yang seperti itu. Itu permasalahannya sejak tadi!!"

"Ugh!! Kau sungguh sangat tidak sabar untuk mendapatkan seorang istri rupanya, hahaha..." cibir Ryns, di detik berikutnya, "Maaf, hanya sekadar untuk mencairkan suasana. Tentang istri kontrak itu, masih bisa dicari, hanya saja ... kemungkinannya sangat kecil. Tapi semoga ketemu sebelum satu bulan. Aku akan meminta asistenku untuk mencarinya. Katakan saja spesifik wanita yang kau inginkan; postur tubuh, ukuran bra, ukuran bokong, dan tingkat keseksiannya. Bagaimanapun, kalian harus memberi nenekmu cicit kan? Pastinya ada momen di mana kalian harus 'memadu cinta'."

"Yang penting cari dulu, bagaimana wanita itu, bisa diseleksi setelah bertemu," balas Deon.

"Eh, okay! Lucas, kau juga bantu aku cari!"

"Itu akan sangat memalukan jika aku yang mencari seorang wanita. Seperti yang kau tahu, wanita tanpa aku cari, mereka yang datang dengan sendirinya ke hadapanku dan saat ini aku harus mencari seorang wanita, itu agaknya .... Hehehe, iya, aku bantu Deon mendapatkan istri kontraknya." Lucas bermain mata.

_

Hari berganti.

Dengan putus asa, Arabella mengunjungi ibunya yang tidak kunjung bangun, di rumah sakit. Saat dia datang, seorang dokter yang sudah cukup akrab dengannya sedang melakukan pemeriksaan rutin terhadap ibunya.

"Eh, Bella, kau datang?" sapa Dokter pria itu sembari memberikan senyuman hangat untuknya.

Bella membalas senyuman itu dengan seadanya, "Dokter Robbie, bagaimana kabar mamaku?"

Dia tahu, menanyakan hal ini juga percuma, dia sudah tahu jawaban yang akan diterimanya.

Robbie menatapnya dengan kasihan, "Bella, apa kau tidak tidur? Wajahmu sangat pucat."

"Aku baik-baik saja. Bagaimana mamaku, apakah ada .... perkembangan kondisinya?"

"Mohon maaf, Bella, tapi mendadak tubuh ibumu menolak semua pengobatan yang kita lakukan. Ginjalnya sudah tidak mampu menerima jenis obat apa pun. Dia harus dioperasi lagi."

Mendengar itu, tubuh Bella lunglai. Lututnya seperti terluka parah sehingga tidak mampu membuatnya berdiri tegap. Melihat hal itu, Robbie dengan sigap menahan Bella.

"Apa kau baik-baik saja? Kau sangat pucat, kelihatannya kau tidak sehat."

"Aku .... Dokter, apakah tidak ada jalan lain selain operasi?" ujar Bella dengan mulut yang bergetar.

"Duduk, ayo duduk dulu." Robbie memapah Bella ke kursi single yang ada di samping ranjang ibunya.

"Bella, aku tahu kau sudah sangat berusaha. Selama ini juga kau selalu bekerja keras untuk pengobatan ibumu tapi kau juga harus memedulikan kondisimu. Kau bisa bekerja, tetapi ingatlah untuk istirahat." Sembari mengatakan itu, Robbie sembari memberikan beberapa vitamin untuk Arabella, "Minum dulu ini agar kau fit kembali."

Arabella menerima itu, "Terima kasih dokter."

"Ibumu memang harus dioperasi, jika tidak, segala pengobatan yang kita lakukan ke depannya, malah akan sia-sia karena kondisi tubuhnya yang tidak bisa menerimanya. Tapi kau tidak perlu khawatir, operasi ibumu bisa dilakukan, aku akan mengambil uang dari rekening pribadiku untuk itu."