Di sisi lain~
Dua orang yang berbeda generasi duduk saling berhadap-hadapan. Satunya dengan tatapan tegas, sementara yang lainnya dengan tatapan marah. Sudah 10 menit berlalu mereka masih bertahan dengan saling membisu setelah perdebatan sengit tadi. Mereka adalah pasangan nenek dan cucu dari keluarga Schallert.
Tidak perlu dijelaskan siapa keluarga ini, yang pasti mereka adalah orang penting dalam dunia bisnis! Keluarga ini tercatat sebagai salah satu orang penting di kota Aklesia. Perusahaan milik keluarga ini, yang berada di bawah nama 'Schallert Holdings. Co. Ltd' adalah salah satu dari 10 perusahaan yang sangat berpengaruh di dunia.
Bisnis mereka ada di mana-mana. Gedung-gedung tinggi mewah di kota Aklesia kebanyakan tercatat sebagai real estate milik keluarga Schallert. Bahkan cucunya yang saat ini bertatapan dengannya, telah diberi gelar sebagai 'the king of business.' Di usianya yang masih terbilang sangat muda, 33 tahun, cucu pertama dari keluarga Schallert itu telah menyandang status kapitalis senior. Padahal, perjalanannya di dunia bisnis dan perusahaan masih terbilang cukup muda dan sebentar, masih hanya sejauh 17 tahun. Masih terbilang 'ukuran usia bayi' jika dibandingkan dengan pengusahawan yang sudah berkecimpung di bidang itu selama 30 tahun bahkan lebih. Tetapi, perjalanannya yang hanya 17 tahun itu telah membawanya mendapatkan gelar 'senior'.
"Bagaimanapun kau memaksaku, aku tidak akan mau menikahi putri dari keluarga Crich itu." Pria muda dengan setelan jas biru tua itu memecahkan keheningan yang sempat berlangsung beberapa menit sebelumnya.
Ini sudah ke sekian kali neneknya memintanya untuk segera menikah, dan lagi, lagi dengan perempuan yang tidak ia sukai.
"Aku sudah sangat bosan mendengar penolakan-penolakanmu. Deon, ingat umurmu terus akan bertambah. Kau sudah seharusnya memulai hidup baru dengan istri dan anak-anakmu." Lewi Schallert, wanita tua dengan usia 85 tahun itu terlihat tidak ingin menyerah. Dia sangat ingin sekali melihat cucu tertuanya ini segera menikah dan memiliki keluarga sebelum ajal menjemputnya.
Mendengar jawaban itu, Deon Evans Schallert memicingkan mata. Dia masih tetap tenang menghadapi neneknya yang pemaksa ini.
"Tahun bertambah, umur memang akan terus bertambah, jika memang belum meninggal. Nenek, kau sudah tua, hal-hal yang seperti ini masihkah harus kau repotkan?"
Levi Schallert mengantukkan tongkatnya ke lantai. "Oh, karena aku sudah tua, lalu kau tidak perlu mendengar ucapanku lagi, begitukan? Wanita tua ini sudah tidak ada artinya bagimu, kan?"
Deon hanya bisa menghela napas dengan kasar melihat sikap neneknya ini. Bagaimana sifat neneknya, dia mana mungkin tidak jelas! Menyebut dirinya tua dan tidak berguna lagi adalah salah satu 'jalan tikusnya'.
"Mana mungkin! Nenekku masih muda dan gaul. Masih sangat energik. He he he...." Deon sedikit tertawa kecil. Di detik berikutnya ia menambahkan, "Nenek, aku masih ada pertemuan penting. Pembahasan ini cukup sampai di sini saja. Jangan lagi kita bahas, bolehkah?"
"Aku katakan tidak boleh, apa kau pikir aku masih punya hak untuk memaksamu? Kau sudah dewasa, jadi kau tidak akan mendengarkan ucapan nenek tua sepertiku." Lewi cemberut dan mengoceh. Cucunya ini sangat sulit dihadapi.
Deon menggaruk kepalanya. Menghadapi neneknya ini, otaknya di dalam terasa gatal.
"Nenek, kita sudah selesai membahas masalah ini. Aku rasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku sudah tidak seharusnya ada di sini." Dia merapikan jas biru tua yang ia kenakan, "Nanti aku masih ada meeting lagi." Tanpa mengucapkan selamat tinggal, Deon segera melangkahkan kakinya begitu saja.
Tapi rupanya, wanita tua itu, Lewi Schallert tidak berhenti begitu saja, setelah mengetuk tongkatnya kembali ke lantai, perlahan rahangnya terangkat, "Baik, kau tidak harus menikahi putri keluarga Crich itu, tapi hanya dengan satu syarat, kau harus membawa seorang wanita yang harus kau nikahi."
Langkah Deon segera terhenti mendengar syarat yang diajukan kakeknya itu. Kerutan di keningnya semakin banyak.
Rupanya neneknya masih bersikukuh?!
Ia mengepal tangannya dan berkata dengan pelan, "Menikah dan selalu tentang menikah! Nenek, apakah tidak ada pembahasan lain lagi selain memaksaku untuk menikah!?"
Deon masih belum selesai dengan ucapannya, tetapi Lewi sudah menghentikannya, "Anak kurang ajar! Lihatlah dirimu, tahun ini kau sudah berusia 33 tahun, tetapi calon istri saja kau tidak punya. Jika kau tidak bisa mencarinya, maka kau harus menuruti pilihanku! Aku akan memberimu waktu 1 bulan, jika kau tidak membawa wanita yang akan kau nikahi, maka kau hanya harus menikah dengan wanita yang aku pilih!"
Deon menganga mendengar keputusan sepihak neneknya. Bagaimana neneknya ini, dia sangat jelas!
Setelah menghela napas yang panjang, dia perlahan berkata, "Nenek...."
"Tidak ada kompromi untukmu mengenai hal ini!" Lewi masih tidak menyerah dengan keinginannya. Di detik berikutnya dia berkata, "Sudah 10 tahun berlalu dan kau masih tidak bisa melupakan perempuan yang menyakitimu itu?! Kau lihatlah dirimu, kau sangat tampan, kaya raya, terhormat dan mulia. Wanita mana yang tidak tergila-gila padamu? Hampir semua wanita yang ada di kota Aklesia ini menginginkanmu tetapi kau malah mengharapkan seorang wanita yang meninggalkanmu demi pria lain?! Deon, tidakkah kau merasa kau sangat konyol?!"
Tidak diingatkan masih bagus. Neneknya ini, haruskah membuka luka lamanya untuk membuatnya sadar?! Tidakkah hal ini terlalu kejam?!
"Nenek, aku tidak menikah, tidak memiliki kekasih, ini semua tidak ada hubungannya dengan 'dia'. Jangan terlalu membencinya." Deon berkata dengan tenang dan penuh penekanan.
"Huh! 10 tahun telah berlalu, banyak hal yang sudah terjadi. Bagaimana wanita itu meninggalkanmu, selama 10 tahun ini telah menjelaskan dengan baik padamu, tetapi kau bahkan masih saja terus membelanya. Sadarlah, dia tidak menginginkanmu. Dia meninggalkanmu demi cinta yang lain. Dia pergi dengan pria lain!"
"Nenek, Davira bukan orang yang seperti itu!" Deon tidak kuasa menahan amarah neneknya. Dia juga sangat emosional mendengar semua perkataan neneknya yang barusan, tapi seorang Deon adalah seseorang yang sudah dilatih emosinya. Dia tidak akan meledak-ledak begitu saja.
"Stop! Jangan pernah kau menyebut nama wanita itu di rumah ini! Rumah ini terlalu suci untuk seorang wanita pengkhianat sepertinya." Bukannya meredam, emosi Lewi semakin menjadi-jadi.
Deon hanya bisa menghela napas dengan kasar. Dia tidak tahu lagi harus berkata apa. Pembahasan mereka sebagai pasangan nenek dan cucu memang tidak akan pernah berjalan dengan baik jika menyangkut Davira Abercio, mantan sekaligus pacar pertama Deon yang meninggalkannya dan pergi dengan pria lain tepat di hari ketika Deon berjanji akan meminangnya sebagai istri dalam sebuah pertunangan.
"Nenek istirahatlah dulu, aku masih harus menghadiri pertemuan penting hari ini."