"Nona Arabella, kondisi Ibu Anda sangat kritis. Kecelakaan itu merusak organ vitalnya. Ia mengalami pendarahan otak. Kita harus melakukan operasi besar."
"Nona Arabella, walau operasi ini bisa dibilang tergolong lancar, tetapi, itu tidak lantas membuat kondisi Ibu Anda akan baik-baik saja. Karena kecelakaan itu, merusak beberapa sistem saraf Ibu Anda."
"Nona Arabella, kondisi ibu Anda kembali kritis. Jantungnya tidak berfungsi dengan normal."
"Nona Arabella, Ibu Anda dalam kondisi yang tidak lazim, beliau sudah koma sejak kecelakaan dan apa pun tindakan medis yang kami lakukan padanya memiliki risiko tinggi. Kami berusaha memperbaiki keadaannya dengan obat-obatan dan penanganan medis yang terbaik, tapi hal itu berakibat pada ginjalnya. Kami harus melakukan operasi pada ginjalnya."
Ucapan dokter itu selalu mendengung-dengung di telinganya, seperti denting hukuman dari neraka, yang membakar hidup seorang gadis belia yang bernama Arabella Fawley.
Dalam hiruknya malam, dia berjalan di bawah lampu jalan yang temaram. Angin malam yang dingin menembus kulitnya yang sudah terbungkus dengan mantel tebal. Di musim gugur, di kota Aklesia, udara malam memang agak dingin, namun gadis yang berusia 21 tahun itu, malah tidak merasakan apa pun. Baginya, dinginnya malam saat ini tidak sedingin hatinya.
Dia adalah Arabella Fawley, atau yang akrab dipanggil Bella. Gadis berwajah oval dengan iris mata amber yang besar, dengan model rambut panjang layer poni terbelah berwarna ash-gray, kini sedang kebingungan dan sedih. Ia membutuhkan uang yang jumlahnya tidak sedikit untuk meneruskan biaya operasi ibunya, satu-satunya orang tua yang dia punya sejak dia mengenal dunia ini.
3 bulan yang lalu, ibunya mengalami insiden tabrak lari. Kecelakaan itu meninggalkan luka yang cukup dalam, yang mengharuskan ia menjalani operasi beberapa kali.
Namun ini sudah 3 bulan, ibunya bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar, malah, tadi dia mendapat kabar, bahwa ibunya harus segera di operasi 'lagi'.
Setiap kali dioperasi, tentu saja memakan uang yang tidak sedikit, dan saat ini, dia sudah benar-benar tidak memiliki apa pun lagi yang tersisa. Demi ibunya agar tetap selamat, dia telah menjual rumah peninggalan kakek-neneknya yang ada di kota kelahirannya, di Panjin. Bahkan, ia pun sudah menjual warung mie kecil milik ibunya, yang selama ini menjadi sumber penghasilan ibunya selama di kota Aklesia. Seluruh tabungan mereka, bahkan sudah habis terpakai. Dia menjual segala yang bisa dijual, asal menghasilkan uang demi pengobatan ibunya, termasuk satu-satunya mobil keluaran lama yang sudah butut, mobil kesayangan ibunya.
Air mata Arabella meluncur deras, bak sebuah bendungan yang kebobolan, mengalir tanpa henti. Ia takut, ia tidak ingin kehilangan satu-satunya keluarganya.
Jangan berbicara tentang ayahnya, pria itu adalah orang yang paling tidak ingin dikenalnya. Hanya karena pria sampah itu, dia mendapatkan gelar anak haram! Gelar itu telah melekat pada dirinya selama 21 tahun hidup di bumi ini.
22 tahun yang lalu, seorang pria brengsek datang mendekati ibunya, yang ternyata siapa yang tahu, dia adalah seorang pria yang beristri. Di mata pria itu, Ibu Arabella yang bernama Paula Fawley, hanya merupakan sebuah tempat persinggahan di kala rasa bosan menyapa. Dan, atas nama cinta, ibunya yang polos membiarkan pria yang tidak bertanggung jawab seperti Merrick Crich itu menidurinya dan mengambil malam pertamanya dan malam-malam lainnya.
Hubungan mereka sempat terjalin untuk beberapa waktu, hingga, di dalam rahim wanita yang dimabuk cinta itu, hadirlah dirinya, Arabella. Ibunya mendatangi kediaman tempat mereka selalu bertemu, barulah dia tahu, bahwa pria yang selama ini bersamanya adalah seseorang yang sudah menjadi milik orang lain, dia memiliki istri yang ternyata juga sedang hamil!
Cinta yang selalu diagungkan, semua hanya tipuan dari nafsu yang semu! Setelah bosan, Paula dicampakkan seperti seekor anjing penjaga rumah yang sudah tidak berguna. Bahkan, pria itu menolak mengakui anak yang ia kandung saat itu, yang tidak lain adalah Arabella!
Tidak cukup hanya ditolak, tetapi pria jahanam itu malah berbalik menyudutkan Paula, mengatakan bahwa mungkin saja itu bukan benihnya. Padahal, jelas-jelas pria itu tahu bahwa dialah yang merenggut keperawanan Paula, tapi menolak mengakui bahwa benih yang ada di dalam rahimnya adalah anaknya. Bahkan, dia juga meninggalkan satu fitnah yang begitu kejam, mengatakan bahwa Paula adalah wanita penggoda yang mencari keuntungan semata.
Dihina, direndahkan, dan dicampakkan, hampir membuat Paula tidak ingin melanjutkan kehidupannya lagi. Untung saja, orang tua Paula menerima kondisinya yang memalukan itu, dan bersama-sama merawat Arabella Fawley!
Kehidupan mereka selama ini baik-baik saja, walau tidak kaya raya, tetapi segala kebutuhan tercukupi dengan baik; Arabella bisa bersekolah dan hidup sebagaimana teman-temannya, tidak berlebihan tetapi tidak kekurangan, karena dia memiliki ibu yang rela bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya.
Tapi semua kehidupan itu mendadak berubah menjadi sangat kejam dan lebih kejam lagi, tepatnya ketika mereka memutuskan pindah ke kota Aklesia ini, 3 tahun yang lalu.
Ibunya kerap kali mengatakan, kota Aklesia ini sangat tidak cocok dengannya, sebaiknya setelah Arabella menyelesaikan studinya, mereka pindah, kembali ke kota kelahiran ibunya. Arabella sempat menolak permintaan ibunya, karena dia mendapatkan rekomendasi pekerjaan yang cukup baik, setelah berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan dari universitas terbaik di kota Aklesia. Dengan begini, dia semakin dekat dengan mimpinya, sehingga selalu menolak ajakan ibunya.
Namun, mimpi itu harus ia hentikan, saat mengetahui bahwa orang yang seharusnya menjadi ayahnya juga berada di kota ini. Mungkinkah ini yang membuat ibunya merasa tidak nyaman berada di sini? Dengan suatu alasan, Arabella meminta mereka agar pindah saja.
Mereka sudah akan pindah dalam 2 hari, namun kecelakaan itu malah menghancurkan segalanya!
Mengapa harus seperti ini!?
Panjangnya perjalanan yang tidak memiliki tujuan, ternyata masih mampu membuat Arabella kelelahan, dia berjongkok di tanah sambil memeluk lututnya dengan tangan yang bergetar hebat.
Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana lagi caranya aku mendapatkan uang dalam waktu yang cepat? Bagaimana dia akan menghadapi situasi krisis ini?!
Setelah menangis hingga sesenggukan, Arabella menghapus air matanya. Ia tidak boleh menyerah! Bagaimanapun ia harus mencari cara agar ibunya segera mendapatkan perawatan yang terbaik, yang dapat membantu proses kesembuhan ibunya. Inilah saatnya untuk dirinya berjuang bagi sang ibu, seperti ibunya yang tidak pernah putus asa, ia juga akan melakukannya.
"Aku harus ke rumah pria itu." Arabella bangkit berdiri. Sembari berjalan dari tadi, hanya inilah satu-satunya cara yang ia temukan. Ia akan mendatangi kediaman ayahnya untuk mencari pinjaman.
Semangatnya kembali penuh, walau dia sendiri pun tidak yakin, apakah pria itu akan bermurah hati dan mau membantunya? Namun, jika tidak dicoba, tidak ada yang tahu hasil akhirnya!
Dengan langkah yang tegas, dengan sedikit mendongakkan dagu, ia berjalan menuju halte bus.