Gelas berisi wine beredar, senyum dan tawa menghiasi pesta. Wajah kaku Fezu terukir ketika Gerold terang-terangan mengandeng masuk Selbiva tanpa malu-malu.
Beberapa orang mulai berisik di belakang punggung tetapi orang yang membuat gosip malah semakin angkuh dan sombong depan banyak orang.
"Kak Fezu..." panggil Selbiva ramah menghampiri Fezu, Gerold melepaskan tangannya dari pegangan Selbiva.
"Kalian sudah datang. Aku pikir tidak datang, apakah macet menjemput Selbiva adikku, Gerold?"
"Tidak terlalu. Kamu tahu sendiri adikmu kalau berdandan sangat lama"
Wajah bersalah ditampilkan pada wajah Selbiva, "Maaf kak, gara-gara Selbiva jadi menunggu acaranya", nadanya memuat rasa sedih.
"Jangan dipikirkan, kakakmu pasti mengerti tentang ini. Benar bukan Fezu?" tanya Gerold menyingkirkan anak rambut di atas pipi Fezu dengan hati-hati.
"Tidak masalah. Acara memang belum dimulai, Wuya masih tertidur"
Gerold tersenyum puas, tangannya melingkari pinggang kecil Fezu. Selbiva cemberut, "Kak Gerold, aku ingin kesana. Antar aku ya. Aku tidak banyak mengenal orang disini" ujarnya ingin memisahkan mereka berdua.
"Fezu, kamu disini saja. Aku antar dulu, adikmu", Selbiva senang mendengarnya, "Tapi Gerold...." kata Fezu terputus melihat kepergian mereka berdua dengan enteng.
Gerold cepat melepaskan tangannya dari pinggang tanpa ragu kemudian mengambil tangan Selbiva untuk mengarah ke arah meja prasmanan.
"Pesta yang meriah" kata Dasma tidak berkedip melihat kecantikan Selbiva yang menawan mata.
Liliana memandang arah mata Dasma, "Ya, pesta yang meriah", tangan memegang gelas dengan erat.
"Aku tidak menyangka bisa berada disini. Keluarga Deng benar-benar hebat dalam mengadakan pesta" , Liliana diam tak ingin menimpali, "Aku akan kesana, tidak baik jika tidak menyapa tuan rumah. Kamu disini saja bersama Marie" kata Dasma lagi. Terlihat tak sabar mendekati targetnya.
Liliana memperhatikan kepergian Dasma, "Tidak perlu usaha banyak ternyata" gumamnya skeptis. Pelayan di sampingnya hanya bisa menarik nafas, tidak ingin tahu dengan mengendong Marie yang tertidur dalam dekapannya.
Orang-orang terus berdatangan dengan buah tangan yang mengesankan. Satu persatu saling menyapa untuk mempererat bisnis yang menguntungkan dan memperluas ikatan.
"Tuan Gerold, selamat"
"Terima kasih tuan....?"
"Perkenalkan namaku Dasma Chinla"
Tangan terulur saling berkenalan, Gerold memerhatikan Dasma terlihat santai tanpa niat. Selbiva terpana melihat ketampanannya. Dasma berusaha untuk bersikap gentleman dihadapan mereka berdua.
"Ini....?" tanya Dasma ragu menyinggung keduanya, Gerold tersenyum simpatik dan menarik tangan Selbiva agar semakin dekat dengannya.
"Perkenalkan ini istri kedua, Selbiva" jawab Gerold pelan, Dasma terkejut tapi menelan pertanyaan tak penting dalam dirinya sendiri.
Tangan terulur ke arahnya, "Halo nyonya, apa kabar" katanya dengan sedikit wibawa, Selbiva semakin tertarik mengenalnya.
"Baik. Anda datang bersama siapa?" tanyanya melepaskan jabat tangan dari Dasma yang enggan.
Dasma mencari-cari posisi Liliana, "Bersama istri dan anak saya. Tadi anak saya sedang rewel, maklum masih bayi" jawabnya.
Selbiva merasa kecewa dalam hatinya mendengar Dasma sudah menikah dan mempunyai anak. Dasma melihat sekilas kekecewaan itu, "Itu bukan anakku, kami menikah posisi kehilangan pasangan" katanya.
"Oh, anda yang diberitakan menikahi janda mati keluarga Cyena"
"Benar tuan Gerold. Istri saya sudah meninggal tanpa anak, ini membuat keluarga saya berinisiatif mencari pasangan lagi tetapi belum sampai mencari ternyata keluarga Cyena menawarkan"
"Ah ternyata begitu ceritanya. Sungguh berbeda dengan cerita yang beredar diluar, tuan Dasma"
Keterkejutan Selbiva membuat Gerold terkejut, "Kamu tahu tentang ini?" tanyanya pada Selbiva.
"Tentu saja, ini gosip sudah berjalan cukup lama. Tuan Dasma, anda sangat baik menerima janda mati dengan anak"
Dasma tidak tahu bagaimana merespon, "Tidak begitu, saya hanya mengikuti perkataan orang tua saja" ucapnya merendah.
"Anda sangat baik"
Pancaran kagum dari Selbiva membuat ego Dasma melambung tinggi. Gerold mengeluarkan sedikit suara batuk untuk memperingati Selbiva namun, keburu Fezu menginterupsi dengan menarik tangan Gerold untuk menyingkir dari sana. Selbiva dan Dasma diam melihat kejadian tersebut.
"Fezu...."
"Acara segera dimulai, Wuya mencarimu sejak bangun. Kamu sedang apa disana"
"Aku hanya mengobrol"
Langkah besar Fezu yang tergesa-gesa menuju arah panggung di tengah ruangan sudah menjelaskan tetapi Gerold tidak tenang meninggalkan Selbiva dengan Dasma.
"Para hadirin, kita sambut tuan rumah. Tuan Gerold Deng dan nyonya Fezu Deng"
Suara tepukan tangan membahana satu ruangan. Gerold tersenyum pada semua orang tetapi matanya mengarah ke satu tempat untuk mengawasi.
"Acara hari ini diadakan karena ulang tahun Wuya Deng yang pertama. Mohon ucapan satu dua kata untuk anak tercinta"
Alat pengeras suara diberikan pada Gerold tetapi Fezu cepat menyambarnya, "Terima kasih atas kedatangan semuanya. Besar harapan kami, anak kami Wuya Deng bisa hidup baik secara sehat rohani maupun fisiknya. Pada hari ini, kami umumkan juga hubungan mempererat persaudaraan dengan keluarga Chinla"
Semua orang terkejut demikian juga Gerold, tidak ada yang menyangka ada kejutan tambahan dibalik pesta.
"Fezu, apa-apaan ini..."
Fezu mengacuhkan, "Pertunangan antara Wuya Deng dengan Marie Chinla" katanya keras dan tegas.
Suara tepuk tangan kembali terdengar, Dasma membeku di tempatnya. Selbiva heran, masalah sebesar ini, mengapa Gerold tidak berbicara dulu dengannya, ini tidak benar pikirnya. Pikiran yang sama ada pada Dasma.
"Kami undang nyonya Liliana Chinla dan tuan Dasma Chinla naik ke atas panggung untuk meresmikan acara pertunangan ini"
Liliana meraih Marie dari tangan pelayan, Marie menggerjap berulangkali tidak mengerti dengan situasi. Dasma terpaksa berjalan ke arah panggung meninggalkan Selbiva sendirian.
Hentakan kaki tak terima dari Selbiva dirasakan sebagian orang di dekatnya, bisik-bisik pelan berubah rumor mengenai diri Selbiva yang tak dianggap bahkan tidak diperkenalkan pada publik sebagai istri kedua Gerold malah berubah pertunangan antara dua keluarga.
Tata cara pertunangan di panggung disaksikan banyak orang. Selbiva mengigit kukunya dengan sengit, pemikiran jahat terlintas.
"Kamu harus tahu posisi"
Selbiva menoleh ke arah samping, terkejut menemukan ibu mertuanya ada disini. Sosio tenang melihat arah panggung, tangan memegang gelas berisi wine yang tersisa setengahnya.
"Ibu mertua..."
"Ini sudah tiga belas bulan, kamu belum hamil juga, aku menerimamu karena Gerold berkata kamu bisa hamil dan berikan anak tetapi sampai sekarang...."
"Ibu mertua, aku kurang berusaha"
"Oh, berusaha? bagus kalau sadar diri. Kamu ingin naik panggung, lakukan dulu awalnya. Berikan aku cucu"
"Aku-- tidak berfikir kesana"
"Oh, tidak berfikir kesana? bagus kalau tahu. Ingat posisi kedua selamanya akan kedua, jangan berfikir banyak"
"Aku akan mengingat nasehat ibu mertua"
Suara tepuk tangan menguasai sekali lagi di satu ruangan ini, Selbiva menekan emosinya sampai dasar ketika Sosio masih di dekatnya.
"Nasehat? aku tidak berhak setelah Gerold ingin memutuskan hubungan jika tidak bisa menikahi mu. Aku hanya berharap, kamu tahu tempat. Kakakmu Fezu, wanita baik"
"Tapi dia tidak bisa berikan anak!"
"Siapa yang beritahu jikalau Wuya bukan anaknya? Gerold? atau orang lain? kamu terlalu membuat drama disini, jelas-jelas Fezu hamil dan melahirkan. Bukti juga jelas. Apakah kamu sengaja ingin aku salah paham dengan Fezu?"
"Aku-- "
"Orang lain bisa buta dan tuli tapi aku sebagai seorang ibu dan nenek Wuya, tidak buta dan tuli untuk tahu apa niatmu"
"Ibu mertua..."
Beberapa orang di dekat mereka berdua diam-diam mendengarkan perdebatan tersebut, Selbiva tidak mau dipermalukan jadi hanya bisa menahan diri.
"Lahir atau pergi! waktumu tidak banyak. Perjanjian kita masih tersisa, aku harap kamu mengerti dan cepat laksanakan atau Gerold akan tahu yang sebenarnya"
Usai bicara demikian, Sosio Deng berjalan menuju panggung karena namanya disebutkan. Gerold berwajah masam ketika tahu asal ibunya melangkah, dari wajah Selbiva jelas terlihat marah, ini tidak baik pikirnya.
Terlalu marah, Selbiva berjalan keluar dari ruangan ini menuju taman belakang rumah keluarga Deng. Bertahun-tahun bermimpi bisa dihormati dan diagungkan orang malah menjadi orang kedua, kalah dari Fezu, mana bisa tahan.
Suara tawa, decak kagum, gosip dan masih banyak lagi berlangsung selama acara. Liliana dan Fezu berpandangan sekilas untuk menyepakati jika semua sesuai alur yang diatur, Sosio berpura-pura tidak tahu sementara Gerold gelisah mencari Selbiva dari atas panggung sedangkan Dasma merasa dipermalukan jadi hanya bisa menahan sampai usai acara pertunangan sekaligus ulang tahun Wuya.
Wuya dan Marie tampak serasi berpakaian, menimbulkan gelombang hangat bagi banyak orang yang menyaksikan. Sungguh pasangan menarik minat untuk jangka waktu lama.
"Baik semua sudah waktunya kita menikmati hidangan yang disediakan tuan rumah, harap menuju tempat duduk masing-masing agar para pelayan dapat segera menyajikan"
Himbauan tersebut menyebabkan banyak orang segera kembali ke tempat masing-masing tetapi Gerold ditahan Sosio Deng dengan dalih ingin mengenalkan kerabat jauh yang datang sementara Liliana bergabung dengan Fezu membawa anak ditangan.
Dasma geram, "Liliana...", panggilan Dasma diacuhkan oleh Liliana membuat Dasma tak berkutik karena seusai perkataan, jika diluar rumah maka kekuasaan Liliana lah yang berhak mengatur. Tunggu saja di kamar, akan aku buat kamu merangkak di bawah kakiku batin Dasma dengan lintasan kekejaman di matanya.
Beberapa tamu mendatangi Dasma untuk mengucapkan selamat atas keberuntungan terpilih sebagai calon besan keluarga Deng, hal ini menyebabkan kemarahan di hati Dasma menurun. Senyum dan tawa bahagia tampak menonjol di wajah Dasma.