Chereads / Flower Bloom / Chapter 7 - Tiga belas bulan

Chapter 7 - Tiga belas bulan

Kehidupan, kehilangan, kehormatan dan kesetiaan dibangun dari tangan kosong untuk dirajut menjadi struktur kokoh sebuah pondasi bernama keluarga.

Keluarga Deng berasal dari kaum bangsawan, memiliki aturan dan hirarki yang dibangun dengan satu tujuan yaitu kemakmuran.

Ibu Gerold bernama Sosio Deng mempunyai dua anak bernama Gerold Deng dan Hanzu Deng, suaminya mati mengenaskan dalam membangun dinasti kerajaan bisnis Deng. Masing-masing memiliki seorang istri dengan latar belakang ekstra ketat yang disetujui dalam segala aspek termasuk keluarga Deng lainnya yang bekerja di bawah kekuasaan Sosio Deng.

Fezu merupakan istri Gerold Deng yang diakui, pernikahan berasal dari gabungan dua kekuatan keluarga yang kuat di masa lalu.

"Keluarga Deng akan mengalami kejatuhan dengan sifat dan cara Gerold mengelola. Kita harus mengantisipasi"

"Struktur Fezu cukup kuat dengan putranya Wuya sementara Hanzu masih jauh dari permukaan untuk memulai"

"Keluarga akan melatih Wuya mulai sejak dini untuk mengambil alih kekuasaan Gerold sewaktu-waktu"

"Tidak ada kata kedua dalam keluarga Deng. Kehancuran bisa menyebabkan semua musnah dalam hitungan waktu"

"Jangan putar balik kata, perhatikan sistem yang mulai berubah dan masyarakat melalui kaca mata yang luas"

Suara-suara berpacu dalam rapat. Sosio Deng diam mendengarkan, ia membernarkan dalam hati akibat Gerold menikahi Selbiva. Apakah Fezu mengetahui, Sosio tidak bisa menebak jalan pikirannya.

"Pesta ulang tahun Wuya Deng akan dilakukan akhir minggu ini. Aku rasa, pesta tersebut bisa dibuat evaluasi"

"Ini bulan ke tiga belas sejak kelahirannya, apakah tepat dua istri pada satu tempat?"

"Tidak ada cara lain"

Tetua keluarga Deng menganguk dan mengelengkan kepala, gosip merupakan malapetaka sekaligus pintu masuk keuntungan.

"Akhiri rapat kali ini. Kalian semua diundang ke pesta Wuya Deng cucuku"

Sosio beranjak dari kursinya, melangkah cepat menuju kamar Fezu di lantai dua. Terdengar tawa senang Wuya bersambut saat membuka pintu.

"Wuya..." , tangan kecil menggapai untuk memeluk. Sosio segera melakukan, Fezu menutup majalahnya kemudian meletakan dalam rak di bawah meja.

"Ibu mertua"

"Fezu, apakah kamu sudah mengetahui permasalahan pernikahan Gerold kedua?"

"Baru saja dengar"

"Dia akan datang"

Sebuah berita kecil yang dapat diduga tetapi selama tiga belas bulan, Gerold tidak membicarakan hal ini padanya, ini seperti buah simalakama.

"Aku akan mengundang beberapa keluarga kecil untuk memeriahkan suasana" putus Fezu dengan ringan. Sosio Deng mengengam tangannya lalu menepuk sisi secara pelan-pelan.

"Lakukanlah dengan baik. Keluarga Deng tidak mengakuinya, jangan khawatir tapi kamu memerlukan dukungan keluarga kecil. Siapa pilihanmu?"

"Keluarga Chinla"

"Ah, aku dengar keluarga tersebut baru saja menikahi janda mati keluarga Cyena. Apakah kamu tidak khawatir pada Wuya?"

"Tidak! Liliana Cyena sangatlah logis dan elegan dari semua keluarga, didikan tidak akan pernah salah"

"Itu bagus jika kamu punya kepercayaan diri kuat tapi akan sia-sia tanpa pendukung tambahan"

"Ibu mertua, Wuya akan baik-baik saja"

"Ibu harap banyak padamu dan Wuya"

Sosio bermain dengan riang bersama Wuya sementara Fezu tersenyum tipis menangapi kegiatan itu. Fezu cepat berlalu dari ruangan tersebut menuju ruang kerjanya, ia harus bertindak secepatnya.

Hati wanita setipis lapisan es di permukaan, setiap perkataan dalam merusak. Fezu tidak akan berkorban secara cuma-cuma disini.

🔥

Liliana meremas undangan dari keluarga Deng. Undangan ulang tahun sekaligus perjodohan sejak dini dilakukan. Dua undangan yang berbeda di kirimkan kurun waktu tiga jam, diterima dengan pandangan sinis.

"Liliana...."

Rambut cantiknya berayun digerakan, "Ada apa?" tanya Liliana kaku. Dasma bergerak menghampiri dan duduk di atas meja kerja Liliana.

"Aku butuh uang"

"Aku tidak punya"

"Jangan berbohong. Aku dengar dari pelayan, kamu baru saja menerima uang pembayaran dari keluarga Deng"

"Aku bekerja keras, kamu hanya minta?"

"Apa kamu pikir tidak berikan uang itu maka kamu akan selamat di kamar kita, sayang"

Liliana mengutuk dalam hati, dibalik pakaiannya terdapat luka lama dan baru yang tak terhitung jumlahnya.

"Kamu belum bisa berikan anak padaku. Marie bisa hidup baik karena nama keluarga ku"

"Berapa yang kamu butuhkan?"

"Tidak banyak hanya 100juta"

"Itu uang yang banyak, untuk apa?"

"Aku akan membangun usaha. Kamu bisa lihat nanti jika sudah mulai. Mana?"

Tangan gemetaran mengambil uang yang diminta. Nilai uang tersebut menyebabkan kebingungan secara permanen di masa depan.

"Istriku memang baik, pesta keluarga Deng dipastikan ramai, kamu berdandan cantik. Jangan buat malu keluarga Chinla"

Dasma mencium ubun-ubun kepala lebih Liliana sebelum pergi. Wajah Liliana berubah kaku, tiga belas terakhir hidup dalam neraka buatan Dasma, sungguh sulit bergerak.

Liliana beranjak dari duduknya, mengambil tas tangan di atas meja, niatnya satu memenuhi undangan nyonya Deng secara pribadi.

Mobil menunggu dengan sabar di depan pintu gerbang, Liliana berikan senyum terbaiknya ketika duduk di dalamnya.

"Anda membuat pilihan tepat, nyonya"

"Tepat atau tidak, aku akan mendengarkan tawaran nyonya kalian sebelum memutuskan"

Mobil melaju menuju arah tengah kota, jalanan padat merayap seperti ular berjalan sangat menarik untuk dilihat oleh Liliana.

Tiga belas bulan tanpa keluar rumah demi memuaskan Dasma hingga tak tahu lagi dunia luar. Mobil berhenti di sebuah restoran keluarga klasik.

"Berhati-hatilah berbicara nyonya"

"Aku tahu, terima kasih sebelumnya"

"Itu tugas saya"

Sopir membukakan pintu, Liliana keluar dengan bebas, keraguannya hilang seketika ketika memasuki sebuah ruangan yang dipesan oleh keluarga Deng.

Fezu menggerjap mata berulangkali, melihat ibunya setelah kelahirannya tiga generasi yang berakhir menyedihkan. Liliana risih di perhatikan bak piala bergilir.

"Duduklah nyonya Chinla" pinta Fezu sopan, Liliana bergegas duduk di tempat yang ditunjuk, namun kibasan tangan berikan isyarat jikalau tak senang dipanggil demikian.

"Bukan Chinla tetapi Cyena" tolak Liliana lugas memuat batasan perkataan. Fezu tersenyum mendengarnya, ribuan kelahiran ingin dilakukan seandainya bisa terlahir dari perut Liliana.

Ingatan setelah kematian sangat jarang di kenang tetapi Fezu merupakan kasus yang berbeda. Ia bukan traveling tetapi memiliki kekuatan lain untuk mengetahui dan itu merupakan pemberian dari Langit secara cuma-cuma.

"Aku tidak tahu apakah anda suka dengan teh kamomil atau teh hijau, jadi aku memesan keduanya"

"Tidak apa-apa, aku suka keduanya. Sungguh merepotkan nyonya Deng"

Teh dituang begitu selesai disetujui. Liliana menyesap dengan tak nyaman ketika pandangan instensif di berikan dari Fezu.

"Aku ingin menjodohkan putraku Wuya dengan Marie, apakah nyonya keberatan jika dilakukan sejak awal?"

"Apakah aku berhak menolaknya?"

"Tentu saja namun ada kompensasi jika menerimanya. Itu jikalau anda tertarik untuk mempertimbangkan detik ini juga"

"Kompensasi?"

"Ya, ini bisa membuat hidup anda lebih nyaman dibandingkan bertahan dengan harta sisa keluarga Cyena"

Liliana terdiam, tawaran tak terduga datang padanya, sungguh mengiurkan jika ingin melepaskan keluarga Chinla tetapi anak di jual? bukankah ini sangat dangkal pemikiran ataukah penyelamatan.

"Rumah, tanah, uang deposit setiap bulan dengan bunga sebesar 50% bisa ditarik. Jangan lupakan jika pernikahan ini berlangsung maka harta keluarga Deng akan menjadi milik keluarga anda nyonya Liliana. Maaf, anda tidak keberatan jika dipanggil nama?"

"Itu akan sangat menyenangkan di dengar jika dipanggil begitu"

"Hahaha... anda sungguh menarik setiap kali bicara, saya lupa kapan terakhir kali bisa seperti ini"

Liliana memperhatikan pola kesedihan dari dalam mata Fezu, iapun menarik nafas untuk meringankan beban hati.

"Harta akan menjadi milik anda secara otomatis begitu anda menyetujui pertemuan hari ini, besok hanya formalitas saja depan publik"

"Siapa saja yang mengetahui?"

"Sosio Deng"

"Ah, Nyonya besar keluarga Deng sangat bijak dalam berfikir atau tahu ada rencana yang tersembunyi?"

"Nyonya Liliana, dalam masyarakat kita tahu ada stigma beredar. Janda mati akan dihujat sampai titik darah penghabisan demikian juga wanita tanpa anak di jaman ini. Saya hanya melindungi kewajiban dan hak yang kemungkinan bisa membuat saya kehilangan kesempatan hidup"

Kata saya ditekankan hingga membuat kerutan di wajah Liliana bertambah besar dan lebar.

"Hidup di jaman penuh intrik dan stigma sangat melelahkan bukan, Nyonya Liliana?"

"Ya sangat lelah"

"Karena itulah saya harus memiliki dan membutuhkan perlindungan dari segala pihak terkait untuk Wuya di masa depan. Apakah anda tertarik untuk melindungi Marie di masa depan tanpa campur tangan keluarga Chinla, pilihan ada ditangan anda"

"Gerold Deng bukan orang bodoh bukan?"

Fezu tersenyum, mengambil cangkir teh dengan elegan untuk di kecap pelan sebelum berkata, "Anda bisa mengajukan alternatif sebagai tambahan", ucapannya datar tapi penuh makna.

"Penawaran alternatif menyingkirkan Dasma bisakah dibantu?"

Terkejut, namun Fezu cepat mengubah raut mukanya dengan cantik tanpa bermaksud menghina.

"Dia sedikit menyulitkan"

Ide terlintas di kepala Fezu, sungguh tidak terduga di jaman ini ternyata tidak ada perbedaan di masa lalu. Dulu Liliana terjebak dalam pernikahan sarat kekerasan dan sekarang tidak jauh berbeda membuat Fezu bersimpati.

"Kita jodohkan dengan istri simpanan yang merangkak naik ke atas panggung, apakah anda keberatan nyonya Liliana?"

Makanan ringan di atas meja diraih untuk dimakan dengan cepat tanpa jeda. Tidak ada keluhan. Fezu dan Liliana memakan tanpa gangguan, semua pemikiran di letakan.

"Aku setuju"

"Terima kasih nyonya Liliana atas kerjasama proyek masa depan ini"

"Tidak masalah. Beri kabar mengenai kompensasi secepatnya, aku akan bersiap"

Cangkir diangkat, menyesap bersamaan dengan sebuah drama baru namun kali ini, Fezu tidak tahu siapa pemenangnya.