Chereads / THE LOST WORLD [SUPERNATURAL] / Chapter 42 - 41. MEMBEBERKAN SATU MASALAH

Chapter 42 - 41. MEMBEBERKAN SATU MASALAH

Vero menghalang jalan Claire yang mengarah pada gerbang setelah sekolah di bubarkan. Cowok itu menatap Claire dengan raut yang begitu serius. Saat seharian di sekolahnya mereka baru bertemu sekarang ini, Vero sibuk dengan satu buah video serta bermain dengan para temannya sehingga tidak sempat untuk mencari Claire.

"Ada hal yang harus gue omongin, Claire. Ini soal penting banget menyangkut seseorang."

Mendengar penuturan dari Vero membuat atensi Claire sedikit teralihkan. "Maksudnya?"

"Jangan di sini." Vero menarik pergelangan tangan Claire tanpa ijin, menarik cewek itu untuk naik ke atas motornya yang sudah terparkir di luar.

Claire sama sekali tidak mengerti. Vero seolah menemukan sesuatu yang sedang Claire jadikan misi. Apa mungkin cowok itu mengetahui sesuatu? Dari gelagat seriusnya saja sudah sangat jelas sekali bahwasanya cowok itu sedang dalam keseriusan, hal yang genting.

Claire tidak bisa menebaknya, tetapi jika Vero bersedia untuk menceritakan maka ia yang akan bersyukur. Setidaknya Vero adalah orang yang sekarang ini sedang membantu meringankan sedikit masalahnya. Claire akui sedari awal bertemu memang hanya Vero lah yang berusaha untuk menjadi temannya, namun lagi-lagi Claire menolak dan menghiraukan.

Setelah beberapa saat di perjalanan, Vero menghentikan motornya di depan café. Claire awalnya bingung kenapa cowok itu mengajaknya untuk ke sana? Karena rasa penasaran di hatinya Claire akhirnya turun dari motor Vero tanpa bertanya kebingungannya itu.

Vero melepaskan helm nya. "Sambil makan ga pa-pa, kan?" tanyanya terlebih dahulu sebelum Claire salah paham.

"Kenapa kamu ga langsung bilang aja?" balas Claire ketus.

Vero menggaruk kepala belakangnya. "Tapi kalau di sekolah banyak saksi mata, Claire."

"Aku ga bisa lama-lama di sini, Vero."

Vero menghela napas. "Oke, ini gue jelasin soal … Kepala sekolah kita."

Claire menautkan alis. Otaknya langsung mengarah pada kecemasannya selama ini. "Apa kamu tahu mengenai beliau?"

Vero mengangguk ragu. "Gue ga begitu yakin kalau dia itu … melihara sesuatu di ruangan kosong di sekolahan."

Claire menatap Vero lekat. Cowok itu sama sekali tidak sedang membohonginya. Lagi pula Vero memang selalu berkata jujur padanya, tidak mungkin ucapannya itu bertujuan untuk menjatuhkan Kepala sekolahnya sendiri.

"Bagas, punya bukti hasil rekaman yang kita selidiki waktu dia ada di ruangan kosong itu." jelas Vero.

Claire semakin yakin. Kepala sekolah itu memang memiliki aura yang berbeda dari orang-orang sekitarnya. Pantas saja saat Claire tidak sengaja melirik siluet dari jarak yang lumayan, irisnya melihat sesuatu yang tersenyum padanya. Apa artinya itu adalah … jelmaan?

"Selama ini gue ga pernah denger detil tentang sekolahan kita ini. Saat tadi gue sama temen-temen nguping, entah kenapa perasaan gue jadi makin karuan. Gue pengen tahu hal apa aja yang udah terjadi di sana." lanjutnya semakin membuat Claire yakin atas kecurigaannya.

Vero menelan ludah. "Bahkan mungkin aja dulu kejadian yang bunuh diri di gudang itu cuman settingan doang."

Claire diam. Jika mengenai itu ia sepertinya tidak perlu memberikan jawaban pastinya, karena Claire juga belum bisa untuk melaraskan sedangkan kebenarannya pun belum pasti.

Vero menatap Claire dengan raut risau. "Claire, gue juga denger sesuatu yang pertama kali keluar dari mulut kepsek."

Claire balas menatap. "Apa?"

Cowok itu berkedip dua kali, kepalanya menunduk sejenak menetralkan napasnya yang entah kenapa terasa sesak.

"Murid yang dia mau itu … punya keistimewaan. Gue mikirnya itu elo, sebagai murid yang punya kemampuan khusus."

>>>>>>

Leon memijat dahinya saat merasakan pening memikirkan permasalahan di rumahnya. Satu hal yang hingga saat ini menjadi beban pikiran Leon mengenai adiknya.

"Claire, mengidap penyakit? Atau memang itu bawaan dari koma?" berbagai pertanyaan yang mengganjal otaknya. Leon ingin adiknya kembali normal seperti dulu. Tidak ada yang menganggu serta hal aneh yang selalu di sembunyikan oleh Claire.

Leon berdiri dari tempat duduknya masih dengan pikirannya. "Claire, nyaris meninggal karena kurang oksigen. Tapi apa dia hanya melihat makhluk ghaib saja? Tidak sampai hal lainnya, kan?"

Hatinya di selimuti berbagai pikiran yang mengarah pada adik semata wayangnya. Cara apa agar Leon bisa tahu semua yang sedang di hadapi oleh adiknya? Sepertinya ia terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga berbagai permasalahan Claire justru Leon hanya bisa berdiam.

"Ajudan yang saya pernah kerjakan juga tidak mungkin bisa lagi di percaya. Mereka semua sudah berkhianat." Leon di buat bingung hanya memikirkan itu saja.

Ia mengambil kunci mobilnya yang tergelatak di atas meja kantor. Leon bergegas keluar ruangannya berniat untuk pergi, setelah melihat jam yang melingkar di tangannya sepertinya Leon akan menjemput Claire di sekolahannya saja dari pada tidak ada kegiatan di sana.

Lagi pula selama ini Leon nyaris tidak pernah menjemputnya, Claire selalu naik taksi atau ojek jika tidak ada kendaraan lain. Leon akan pastikan semuanya baik-baik saja. Apa lagi saat ini adiknya sedang dekat dengan sosok lelaki, Ia takut mereka berdua akan mencari kesempatan untuk terus berduaan.

"Vero, memang baik. Tapi saya tidak akan membiarkan mereka berdua dekat." Leon mulai melajukan mobilnya, semoga adiknya belum sempat keluar dari pekarangan sekolah.

Leon bertanggung jawab atas hidup dan mati Claire. Mungkin kemarin Leon acuh, tetapi sekarang ia sudah tahu siapa yang orang yang patut Leon curigai serta selidiki. Leon akan mewajarkan jika teman Claire perempuan, tetapi kenyataan itu adalah seorang lelaki yang patut Leon cegah.

"Dugaan saya ternyata benar. Mereka berduaan di … café?"

Leon buru-buru memakirkan mobilnya, ia turun dengan tergesa mendekati dua orang yang sedang berdiri di parkiran khusus motor.

"Claire!" Leon menarik lengan adiknya untuk menjauh dari Vero. Cowok itu menautkan alis merasa bingung dengan kedatangan Kakak nya Claire yang tiba-tiba.

Claire pun terkejut kenapa bisa ada Kakak nya di sana? Apa sedang bertemu dengan rekan bisnisnya di sana?

"Kak Leon, kenapa bisa di sini?" tanya Claire menatap Kakak nya yang sedang menahan emosi.

Leon mendengus. "Kakak, sudah peringatkan untuk jangan dekat-dekat. Kenapa kalian ngeyel?"

Claire menelan ludah. "Kak Leon, salah paham. Vero, justru bantu aku dalam masalah di sekolah."

Leon menatap Claire cepat. "Masalah? Kamu bermasalah di sekolah tanpa memberitahu itu pada, Kakak?" tuturnya dengan nada tidak biasanya.

Claire mendencak kecil.

"Claire, sama sekali ga pernah ada masalah. Tapi maksudnya di sini masalah yang bukan jalur merusak." sahut Vero menjawab.

Leon mengernyit. "Apa maksud kamu?"

Claire lagi-lagi harus berpikir. Kakak nya pasti akan terus bertanya semisal ia tidak menjelaskan apa yang sedang di hadapinya sekarang.

"Claire, tolong jujur pada, Kakak."

Claire menghela napas halus. Irisnya tidak sengaja melihat selintas bayangan yang membuatnya segera menggeleng kecil. "Sebaiknya di rumah aja, Kak."

Leon mendengus. "Cerita di mobil sekarang." ujarnya yang kini menatap Vero dingin. "Sedangkan kamu lebih baik pulang, jangan lagi deketin adik saya."

Vero menjawab dengan tegas, "Maaf, Bang. Tapi adanya saya sebelum, Claire, keluar dari masalah … saya akan terus masuk di dalamnya."