Chereads / THE LOST WORLD [SUPERNATURAL] / Chapter 38 - 37. TIDAK SENGAJA MELIHATNYA DI SEBRANG TOKO

Chapter 38 - 37. TIDAK SENGAJA MELIHATNYA DI SEBRANG TOKO

Claire sudah menemukan orang yang telah membakar rumah Ryan, kali ini ada sebuah benda yang berada di gudang rumah Ryan tergeletak berwarna hitam separuh bekas terbakar. Terlintas bayangan yang membuatnya sampai tidak habis pikir sekaligus tidak menyangka.

Claire bingung dan ragu-ragu jika Ryan akan mempertanyakan lagi mengenai hal ini. Hantu lelaki itu apa akan percaya atau akan membuatnya celaka? Cukup tendangan di kakinya hingga saat ini masih terasa sakit. Claire tidak terima jika hantu itu berbuat makin semena mena.

"Sebaiknya aku segera pulang."

Setelah pulang dari sekolah Claire sengaja mampir ke rumah Ryan untuk menyelidiki lagi. Beruntung sekali ia bisa menemukan satu buah bukti yang sudah ada di genggamannya saat ini. Claire akan menyusun sebuah rencana untuk misinya sendiri agar selesai satu persatu sesuai daftar list nya.

Kepalanya menoleh pada rumah yang dulu di tempati oleh Wisnu. Kedua matanya menyipit tat kala ada dua orang dewasa yang saling melempar senyuman ramahnya.

"Apa dia atasan paling tinggi? Semacam … Bos, mafia?" Claire penasaran apa yang akan mereka lakukan di rumah itu. Atau rumah Wisnu sudah di jual dan di huni oleh salah satu dari Bapak-bapak itu?

Claire harus menyelidiki juga orang-orang tersebut. Gelagatnya memang tidak ada yang mencurigakan, namun mungkin ada hal lain yang bisa berguna untuknya. Mengingat ucapan Leon yang ingin Claire mencari siapa sesungguhnya atasan tertinggi dari Wisnu.

Dengan begitu Claire akan tahu mana yang harus ia tangani. Ia tidak mungkin menyalahkan orang yang berlaku baik. Claire melihat dari kaca jendela serta mendengarkan obrolan dari dua Bapak-bapak tersebut. Dari percakapannya saja sudah jelas mengenai pekerjaan.

Tetapi Claire tidak begitu mengerti soal apa. Telinganya hanya mendengar bahwa salah satu dari mereka merasakan puas bekerja sama satu sama lain. Entah karena Claire yang terlalu curigaan dengan orang atau memang mereka di dalam tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang sebelumnya ada.

Claire menarik napas panjang. Membuang waktu saja, pikirnya.

Ia akhirnya memilih untuk pergi dan tidak akan lagi menaruh curiga pada seorang yang memiliki keterlibatan. Karena masalah kemarin Claire menjadi sulit untuk percaya pada orang-orang yang memakai jas rapi di luaran sana. Berpakaian yang begitu sopan serta senyuman yang menggambarkan kesantunan, di balik itu semua ada kebusukan yang terpendam.

Wajar saja Claire berpendapat seperti itu ketika Kakak kandungnya sendiri yang nyaris akan menjadi korban tipuan. Mungkin kata itu yang di namakan … trauma.

Dalam hal berbisnis memang pasti selalu saja ada hal yang menyangkut dengan cara bagaimana mereka memiliki keuntungan, namun tidak harus dengan curang apalagi hingga licik setiap kali ada klien baru.

"Kak Leon, masih marah. Kira-kira aku harus belikan dia apa supaya di maafkan?" menuju jalan untuk ke rumahnya Claire sambil melihat lihat berbagai toko di sisi jalanan.

Susah payah Claire menahan rasa ngilu akibat terlalu jauh jarak yang sudah di tempuhnya dari rumah Ryan. Demi sang Kakak, ia akan lakukan apapun agar hubungannya bisa kembali baik. Bagaimana pun caranya Claire harus bisa membujuk Leon untuk mendengarkan penjelasannya terhadap Vero.

Cowok itu tidak mungkin terus di tunjuk menjadi orang yang bersalah.

"Kak Leon, suka makan lemon. Tapi apa dengan itu langsung mendapatkan kata maaf?"

Claire mulai bingung. Jika membeli salah satu sepatu, apa Leon akan menyukainya? Lagi pula Claire lupa ukuran kaki sang Kakak. Terakhir kalinya Claire tahu ketika dirinya menginjak bangku SMP. Apa tidak akan berubah? Claire saja dulu memakai sepatu yang ukurannya lebih kecil dari yang sekarang.

"Bunga?" Claire menatap serangkaian bunga di depannya. Namun mana mungkin laki-laki menyukai bunga. Aneh sekali jika Claire membelinya untuk Leon yang hanya menyukai rebusan air lemon.

Claire menoleh saat mendapati orang yang menyapanya dari kejauhan. "Ngikutin lagi?" tuduhnya membuat sang oknum terkekeh pelan.

"Di rumah lo ga ada, jadi gue inisiatif buat cari di luar. Ternyata emang beneran di sini."

Claire menghela napas. "Jangan ganggu! Lebih baik pergi aja. Aku ga suka di tuduh sembarang kalau ada yang melihat kamu di sini."

"Gue mau mastiin kaki lo baik. Tapi di lihat sekarang itu udah keterlaluan, gue takut infeksi ini harus di bawa ke dokter, Claire."

Cewek itu melirik ke bawah. "Aku bisa jaga diri, Vero. Kamu pergi aja." walau begitu Claire tetap saja mengusir orang yang hendak membantunya.

Kepalanya menggeleng kuat. Vero menegaskan ucapannya lagi, "Gue ga akan pulang kalau lo ga nurut juga."

Mungkin kejadiannya kemarin. Claire baru tahu kalau Vero memang keras kepala juga. Sikapnya nyaris sekali menyerupai Leon, Kakak nya. Menghadapi orang-orang seperti mereka hanya akan membuat Claire menahan kesabarannya saja.

"Di sekolah juga kamu bantu aku, itu udah cukup." tangkas Claire.

Vero memang tidak sengaja melihat Claire ada di sebrang toko pakaian, kebetulan sekali cowok itu memang sedang mencari keberadaannya. Entah kenapa hati serta pikiran Vero tidak tenang mengenai luka di kaki Claire ini seolah itu adalah tanggung jawab Vero tersendiri.

"Itu engga ada apa-apanya di bandingkan sama keselamatan gue dan temen-temen. Claire, gue janji bakal ada di samping lo sampai kaki lo bisa sembuh lagi."

Claire harus menyikap seperti apa lagi? Semua tolakan hingga suara yang ketus pun tidak menjadikan Vero untuk lengah. Cowok itu terlalu bersikukuh walau pun ia sudah tahu kalau Claire pasti akan menolaknya mentah-mentah.

"Jangan pernah janji." Claire benci kata itu. "Tuturan kamu seolah menunjuk aku itu orang yang harus butuh seseorang."

Setelah dua tahun terakhir ini kata itu hilang dari dalam dirinya, namun kenapa kini terdengar kembali? Jika tidak dengan keseriusan mana mungkin Claire menagihnya suatu saat. Namun di sini niat Vero baik, Claire yang terlalu berpikir kejauhan hingga membuat Vero bergeming.

Vero berpikir tentang dirinya yang telah gagal. Memangnya dia siapa? Mengatur Claire atau ingin menjaganya karena rasa khawatir apa tidak terlalu berlebih? Sejak kapan juga Claire mengijinkan atau membutuhkan orang seperti Vero? Bagaimana jika semisal ada orang jahat yang Vero sendiri tidak bisa menjaga dirinya sendiri?

Memalukan.

"Sorry, Claire. Gue ga pernah bermaksud buat rendahin lo, tapi kecelakaan yang nimpa lo itu karena gue. Semenit aja gue ga bisa tenang mikirin lo yang entah kemana dengan kaki yang bengkak gini." Vero sangat memperdulikan keselamatan Claire juga.

Karena pada dasarnya Vero tidak pernah bisa melihat orang kesusahan, walau saat ini ia ragu Claire sedang merasakan susah atau justru biasa saja karena berbagai tolakan telah di luncurkan.

Claire mendecak kecil. Ia menatap Vero di hadapannya saat ini dan berimbuh, "Setelah beli barang yang aku akan beli, kamu bisa antar aku ke rumah sakit?"