Chereads / THE LOST WORLD [SUPERNATURAL] / Chapter 35 - 34. HANTU BISA MUNTAH JUGA?

Chapter 35 - 34. HANTU BISA MUNTAH JUGA?

"Menurut lo pada, karena apa di sekolah kita ada yang bunuh diri?" Bagas bertolak sebelah pinggang, berdiri di dekat pintu kamarnya. Cowok itu menyuruh Doni dan Vero untuk menginap di rumahnya karena kedua orang tuanya yang akan lembur bekerja.

Doni mengelus dagunya sambil berpikir. "Ini kejadian kedua setelah yang gudang itu." serunya membuat kepala Vero menoleh.

Apa mereka bunuh diri dengan sengaja? Tetapi kenapa juga harus di sekolahan? Memangnya tidak ada tempat lain untuk melakukan hal itu?

"Ini tuh kaya di sengaja." papar Doni melirik kedua temannya. "Coba lo berdua pikir. Apa tujuan dua orang itu emang niat celakain diri sendirinya di sana? Kalau kata gue, sih … kayaknya emang bukan siapa yang melakukan, tapi karena apa mereka lakuin itu."

"Udah kayak detektif gadungan aja lo, Don." ejek Bagas sambil terkekeh pelan.

"Yeee … ini pemikiran gue tentang kejadian di sekolahan kita. Kalau lo ga setuju juga ga buat gue rugi!" tukas Doni yang langsung diam.

Vero ada rasa penasaran juga. Akan tetapi ia juga bukan Claire yang memiliki kemampuan di luar nalar. Lagi pula cewek itu tidak pernah ingin menceritakan masalah seperti itu. Namun tidak penting juga Vero memikirkan hal yang sudah terjadi. Saat ini yang harus Vero dahulukan adalah jangan sampai Lidia berbuat aneh pada orang lain.

"Dulu di gudang itu kabarnya gantung diri, terus nebas tangan sampe cecaran darahnya netes ke lantai. Serem kalau di ceritain sama senior di sekolahan itu." Bagas bergidik dan berjalan menuju kasurnya. Hawa di kamarnya entah kenapa mulai tidak enak di rasakan setelah dia mengucapkan itu.

Doni mengangguk. "Padahal juga dia adalah salah satu murid paling berprestasi di sana. Semua bangga dan banyak juga yang suka." tambahnya.

"Kok, gue ga pernah tahu kejadian lama di sana? Selama ini gue kan ikut bareng kalian berdua." heran Vero menatap kedua temannya bergantian.

Bagas mendecak kecil. "Karena lo acuh! Ga mau nimbrung kalau kita dapet info menarik."

"Dulu pernah, kok. Waktu kita lagi maen voli di lapangan, Ver. Tapi lo ngalahin dan bahas soal bola, jadinya kita ikut-ikutan. Soal itu lupa sampe seterusnya engga ada lagi pembahasan."

"Eh," Bagas memotong. "lo berdua inget kejadian yang aneh ga di kelas, Claire? Temen satu kelasnya kan kerasukan, ya. Gue baru inget waktu kita mau ke toilet ada hal yang aneh."

"Apaan?" tanya Vero penasaran.

Doni mendeham. "Bukannya lo juga ada, Ver? Malahan gue duluan kan yang lihat, Gas? Terus gue kasih tahu lo."

"Nah, bener."

Vero berusaha mengingat. "Ingatan gue kenapa jadi lemot, ya? Apa gue doang yang ga inget apa-apa soal dulu?"

Bagas menatap heran. "Yakin lo ga inget?"

"Parah banget padahal masih remaja tapi udah pelupa." cebik Doni.

Vero menggedikkan bahu acuh. "Gue jarang ke toilet, kan. Jadi gue ga inget kapan dan terakhir kali nginjakkin kaki ke sana."

Bagas menepuk dahinya sedangkan Doni menggeleng pelan dengan decakan.

"Ya, sorry." kata Vero mengusap leher belakangnya. "Emang aneh apaan, sih?" tanyanya kembali.

Bagas mulai serius, duduknya bersila di depan dua temannya yang duduk di sofa. "Doni, nunjuk orang yang kayaknya merhatiin kita, tapi sosok itu langsung muter badan dan jalan ke arah … ruangan kepsek."

>>>>>>

Sekarang semakin banyak penghuni di sekolahnya yang bergelantungan ke sana kemari. Claire memang menghiraukan keberadaan mereka, namun tetap saja masih terlihat. Rasanya benar-benar risih dan ingin sekali mengusir mereka semua, membiarkan Claire satu hari saja tenang di sana.

"Claire."

Bayangan yang terlintas sepintas membuat Claire menghentikan langkahnya melihat Kepala sekolah lagi-lagi menyapa.

"Kamu pasti akan ke kantin, ya?" tanyanya seolah menebak tujuan Claire.

"Kelas." balas Claire.

Kepala sekolah tersebut mendeham. "Bagaimana kalau Bapak traktir kamu di kantin? Lagi pula masih jam istirahat, kan."

Claire mulai menimang. "Saya bisa bayar sendiri."

Kepala sekolah tersebut terkekeh. "Maaf kalau membuat kamu tersinggung. Tapi saya masih kepikiran mengenai kejadian tempo hari, saya kurang berhati-hati saat berjalan. Maka dari itu dengan membayar makan kamu mungkin rasa bersalah saya sedikit berkurang."

Alasan itu kurang tepat untuk Claire. Padahal aura negatif terasa menyeruak dari sekeliling Kepala sekolah, Claire melihat aura hitam. Pertama kalinya Claire melihat, sepertinya ia harus lebih membaca buku mengenai orang yang memiliki aura tersebut.

"Bapak, tidak salah. Saya juga tidak hati-hati, jadi tidak ada yang perlu di jadikan masalah. Permisi, Pak." Claire melongos pergi. Tatapan dari Kepala sekolah itu membuat Claire tidak nyaman selain ada hal lain yang berada di dalam tubuh orang dewasa itu.

Setiap kali Claire membaca buku tentang hal ghaib. Tidak semua menuju pada makhluk tak kasat, ada manusia yang termasuk di dalamnya walau dengan nama yang berbeda. Claire belum keseluruhan memelajari buku yang sudah ia punya sebelum hidupnya yang sekarang.

Dulu buku itu sempat di belinya namun tidak pernah Claire baca. Rasanya sekarang sangat di butuhkan sekali padahal nyaris di buang karena tidak pernah di gunakan. Beruntungnya Claire masih simpan dengan pikiran siapa tahu di masa mendatang buku itu di perlukan.

Ternyata kenyataan. Justru buku itu sangat berarti baginya sekarang.

Claire kembali menghentikan langkahnya ketika mendapati perempuan yang baru saja kemarin di nyatakan tewas. Melewatinya tanpa lirikan seram padanya, tanpa berpijak pada lantai. Naasnya Claire sudah tidak bisa membantu apalagi mencegah kelakuan Kepala sekolahnya.

Lagipula kenapa orang sekeji itu memiliki jabatan? Seharusnya tempat yang layak bukan di sekolah. Apa orang-orang juga tidak tahu kenapa?

HUEEKKK….

Claire menoleh. Apa hantu bisa muntah juga? Ia bergidik ketika semua yang keluar itu darah kental di sertai beling kaca yang menggumpal dengan darah di sana. Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Tidak mungkin perempuan itu di paksa memakan pecahan kaca kan? Bagaimana bisa?

Sebelum akhirnya masuk ke dalam tubuh pasti mulutnya penuh luka akibat goresan yang di sebabkan oleh benda tersebut. Claire bingung serta tidak bisa berpikir lebih. Kakinya mulai berjalan menuju kelasnya, Claire tidak bisa terus di tempat itu akibat bau busuk yang mulai tersebar di areanya.

Mungkin sebaiknya Claire memang tidak perlu berjalan kesana kemari di sekolahan itu. Walau tidak ada tempat yang paling nyaman. Padahal jika di bandingkan dengan buku romansa yang sering kali ia baca, paling indah dan sejuk untuk menjadi tempat membuat otak segar itu adalah taman dan atap.

Padahal di atap ada sesosok yang lebih seram, sosok yang hanya memiliki tubuh separuh yang memiliki bulatan mata lebar. Hantu aneh yang baru Claire lihat selama pindah-pindah sekolah.

Claire bergumam pelan seraya berbelok ke kelasnya, "Kejam dan penuh misteri."