Chereads / My psychiatrist's love / Chapter 8 - Persetujuan dan Lamaran yang Mendadak

Chapter 8 - Persetujuan dan Lamaran yang Mendadak

Sekarang Haewon tengah duduk berdampingan dengan Yonghwa. Mereka menemani Seunghan yang masih asik dengan permainan baloknya. Sebenarnya dalam benak Haewon ada banyak sekali pertanyaan yang ingin dia ajukan pada Yonghwa, tapi gadis itu memilih untuk menahannya. Dia yakin bahwa Yonghwa pasti akan menjelaskan semuanya secara perlahan.

"Itu, tentang kontrak pernikahan yang kau berikan kemarin…" Haewon membuka pembicaraan.

"Aku sudah memikirkannya. Aku akan mencoba untuk menjadi psikiater pribadi Seunghan sekaligus ibu untuknya." lanjut gadis itu.

"Aku ingin tau lebih banyak hal tentang dirimu dan Seunghan. Jadi, bisakah beri aku waktu untuk lebih mengenal kalian?" terang Haewon.

"Tentu. Pernikahan yang mendadak juga akan membuat orang bertanya-tanya. Tapi, aku tak punya banyak waktu," kata Yonghwa.

"Apa maksudmu tidak punya banyak waktu?" tanya Haewon.

"Aku sibuk mengurus perusahaan. Sedangkan kau harus bersama Seunghan." Yonghwa berkata sambil melihat ke arah Seunghan.

"Jadi kau harus secepatnya pindah ke rumahku." Perkataan Yonghwa membuat Haewon terkejut.

"Lusa, kau sudah harus tinggal di rumahku agar kau bisa lebih mengenalku dan Seunghan." Yonghwa menentukan seenaknya.

Haewon hanya bisa menghela nafas panjang, dan menatap Seunghan yang tengah asik bermain. Bagaimanapun dia tak akan bisa menang melawan pria di sampingnya itu.

"Baiklah, dengan satu syarat," ucap Haewon.

"Kau harus berpura-pura melamarku di hadapan ibuku." Kini gadis itu menatap Yonghwa yang sedikit terkejut.

"Baiklah, besok aku akan melamarmu di hadapan ibumu." Pria itu menyanggupi persyaratan yang Haewon berikan.

***

Kini Haewon tengah bersama Seunghan dalam ruang perawatan. Dokter yang menangani bocah itu bilang bahwa Seunghan sudah boleh pulang hari ini. Gadis itu merapikan pakaian Seunghan dan sedikit menata rambut bocah itu.

Yang membuat Haewon bingung adalah Yonghwa yang tiba-tiba menghilang setelah pembicaraan mereka tadi. Haewon tengah menata tas Seunghan dibantu oleh bibi Lim, pengasuh Seunghan.

Sedangkan Seunghan tengah asik bermain dengan boneka beruang kecil yang diberikan oleh Haewon. Bocah itu mengelus boneka kecil berbentuk beruang itu dan menciumnya. Hal itu membuat Haewon gemas dan mencubit pipi tembem milik Seunghan.

"Nona adalah gadis yang baik. Nona bersedia mengesampingkan diri nona demi Seunghan." Bibi Lim membuka pembicaraan.

"Selama ini Tuan Yonghwa dan Seunghan sudah sangat menderita. Saya berharap kehadiran nona bisa membuat senyuman mereka kembali," ucap bibi Lim yang masih sibuk membereskan barang-barang Seunghan.

"Bibi, bolehkah aku bertanya padamu?" Haewon hendak menanyakan sesuatu pada bibi Lim.

"Tentu nona," ucap wanita paruh baya itu.

"Bisa bibi menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi pada Yonghwa dan keluarganya? Dan kenapa dia menutupi fakta bahwa dia telah menikah dan memiliki keluarga?" tanya Haewon.

"Sebenarnya tuan Yonghwa bukannya menutupi pernikahannya, tapi…" Belum selesai perkataan bibi Lim, Yonghwa masuk kedalam ruangan itu. Haewon hanya bisa menggerutu dalam hati, kenapa juga pria itu datang di saat yang tak tepat.

Yonghwa menghampiri Seunghan dan menggendong bocah itu. Lalu memberi isyarat pada bibi Lim agar segera membawa barang-barang itu keluar.

Pria itu lalu mengambil tangan Haewon dan menggandengnya. Sekarang Haewon dapat melihat jelas bagaimana merahnya telinga pria itu. Lagipula kenapa juga pria itu tiba-tiba menggandengnya.

Mereka berjalan sambil bergandengan sampai ke ruangan Haewon. Banyak mata tertuju pada Haewon, terlebih para rekannya yang tengah bertanya dengan tatapan bingung pada Haewon.

Sesampainya di ruangan, Haewon merapikan beberapa berkas, kemudian gadis itu melepas jas putihnya dan menggantungnya. Dia mengambil tas selempangnya dan kembali menghampiri Yonghwa yang menunggunya di depan pintu.

Dan lagi, Yonghwa kembali menggandeng tangan Haewon. Hal itu membuatnya sedikit tak nyaman, karena bisa saja orang yang melihat akan salah paham. Tapi tunggu, cepat atau lambat orang-orang juga akan tau bahwa dia dan Yonghwa akan segera melangsungkan pernikahan. Biarlah mereka semua bertanya-tanya sekarang.

Yonghwa membawa mereka ke lobby rumah sakit dan sebuah mobil datang menjemput mereka. Pria itu membukakan pintu untuk Haewon, setelah itu dia masuk ke dalam mobil bersama Seunghan. Bocah kecil itu tetap tenang sambil memeluk boneka beruang yang diberikan Haewon.

Sekarang Haewon sedikit bertanya-tanya, mengapa bocah itu sangat takut pada mainan mobil tapi, malah biasa saja saat naik mobil?

Mobil itu melaju, membawa mereka ke sebuah toko roti yang Haewon kenal. Gadis itu sedikit terkejut karena Yonghwa secara tiba-tiba membawanya kemari. Dari dalam mobil Haewon dapat melihat ibunya, Seongeun, Haein, dan seorang pria yang tak ia kenal di dalam toko.

Yonghwa kembali menggendong Seunghan, pria itu kemudian membukakan pintu mobil untuk Haewon dan mereka berjalan masuk ke dalam toko. Ibu Haewon langsung menyambut Yonghwa dengan ceria. Dia juga memberikan sebuah permen lollipop untuk Seunghan. Sedangkan Seongeun dan Haewon saling tatap menukar sinyal pertanyaan.

"Yonghwa? Kenapa kau ada di sini?" Rupanya pria asing yang ada di sana juga ikut terkejut melihat Yonghwa dan Seunghan.

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya pada Hyung? Kenapa hyung bisa ada di sini?" Yonghwa malah balik bertanya.

Hal itu membuat Haewon dan Seongeun bingung di buatnya. "Hyung? Apa mereka saling kenal?" Haewon dan Seongeun saling bertanya lewat tatapan.

"Aku di sini karena sekretaris baruku merekomendasikan tempat ini. Katanya tempat ini milik keluarga sahabatnya." Mendengar penuturan pria itu Haewon langsung paham bahwa pria ini lah yang menawarkan pekerjaan pada Seongeun, lalu berarti pria ini adalah Lee Chanhee?

"Ternyata kalian berdua saling kenal?" Ibu Haewon ikut penasaran.

"Sebenarnya kami adalah sepupu," ucap Yonghwa.

"Wah kebetulan yang luar biasa. Dan kalian saling jatuh hati pada Haewon dan Seongeun?" Mata ibu Haewon berbinar.

"Ibu…" Haewon menegur ibunya itu.

"Haha, jangan terlalu diambil hati, aku hanya bercanda." Ibu Haewon merasa canggung.

"Sebenarnya aku kemari untuk melamar Haewon." Ucapan Yonghwa sontak membuat semua orang yang ada di sana kaget termasuk Haein yang baru tiba dan mematung di depan pintu.

"Aku memang memintanya untuk melamarku, tapi tidak sekarang," gumam Haewon.

"Ya! Kau akan menikah dengan pria itu?" bisik Seongeun.

"Aku akan menjelaskannya nanti." Haewon balas berbisik dan secara tiba-tiba Yonghwa menurunkan Seunghan dari gendongannya.

Pria itu berjalan perlahan menuju Haewon sambil mengeluarkan sebuah kotak berisikan cincin berlian. Hal itu membuat Haewon terkejut, dan ya pria itu benar-benar melamarnya di hadapan ibunya.

"Aku ingin kau menemaniku selama sisa hidupku, maukah kau menikah denganku?" ucap Yonghwa sambil membuka kotak berisikan cincin berlian itu.

Ibu Haewon sudah menangis terharu dan berpelukan dengan Haein. Sedangkan Chanhee tak menyangka bahwa sepupunya itu akan melamar seorang gadis lain setelah kepergian istrinya.

Haewon hanya bisa mengangguk sebagai tanda persetujuan, setelah itu ibunya langsung menghambur memeluknya, dia tak menyangka bahwa anak gadisnya itu akan memiliki sebuah keluarga kecil dalam waktu dekat.

Sedangkan Haewon merasa bersalah karena membohongi ibunya. Dia hanya bisa memasang senyuman di hadapan ibunya. "Maafkan aku ibu, aku harus membohongimu," batin Haewon merasa bersalah pada ibunya.

Haewon melihat ke arah Seongeun dan seketika gadis itu tau bahwa dia akan berhadapan dengan Seongeun dan seribu pertanyaannya.

Setelah sesi lamaran Yonghwa yang mendadak, ibu Haewon memutuskan untuk menjamu para tamunya dengan masakan rumahan yang dia buat. Dia sangat bahagia karena ada seorang pria yang menyayangi anaknya, dia juga berharap kelak Yonghwa bisa membahagiakan putrinya itu. Seongeun dan Chanhee turut ikut serta dalam jamuan makan dadakan yang diadakan di rumah keluarga Haewon.

Haewon tampak sedikit gelisah, gadis itu akhirnya memutuskan untuk turut serta turun ke dapur dan membantu ibunya menyiapkan makanan bersama dengan Seongeun. Sedangkan di ruang tengah, Yonghwa, Chanhee, dan Haein tengah berbincang.

"Hyung… eoh apa aku boleh memanggilmu seperti itu?" tanya Haein pada Yonghwa.

"Tentu, kau sekarang adalah adik iparku," jawab pria itu sambil terus memperhatikan Seunghan yang tengah bermain bersama Bama, kucing hitam peliharaan Haein.

"Ya! Lee Yonghwa… kau benar-benar susah ditebak. Bagaimana bisa kau secara tiba-tiba melamar seorang gadis? Apa kakek tau akan hal ini?" Chanhee bertanya dengan nada sedikit khawatir dengan kelakuan adik sepupunya itu.

"Tenang saja, masalah kakek aku yang akan mengurusnya," ucap Yonghwa santai.

"Hyung, apa yang membuatmu tertarik pada Kim Haewon? Bukankah dia gadis yang sama sekali tidak anggun?" Haein memulai dengan pertanyaan yang menyebalkan untuk Haewon yang sekilas mendengar dari arah dapur.

Gadis itu lalu menghampiri adiknya itu dan memukul bahunya. "Ya! Pertanyaan macam apa itu?"

"Nah kan, lihatlah hyung… betapa menyeramkannya nunaku ini. Bukannya aku tak senang jika dia mendapatkan pria sepertimu… tapi bukankah hyung terlalu baik untuknya?" celoteh Haein yang langsung mendapatkan lemparan bantal sofa oleh Haewon.

"Aku menyukai keberanian Haewon. Dia memiliki daya tarik tersendiri. Dia juga gadis yang pintar dan mandiri, tapi dibalik itu semua dia memiliki hati yang hangat dan senyuman yang indah."

Bukan hanya Haewon yang tercengang dengan perkataan Yonghwa, Chanhee pun ikut bergidik mendengar penuturan adik sepupunya itu. Rasanya dia ingin sekali menampar pipinya, apakah ini sebuah mimpi? Seorang Lee Yonghwa memuji seorang gadis?

Ketimbang merespon ucapan Yonghwa, Haewon lebih memilih untuk menghampiri Seunghan yang tengah bermain dengan Bama. Begitu Haewon mendekati Seunghan, bocah itu langsung memanggilnya dengan sebutan mama, dan membuat mereka semakin yakin akan lamaran Yonghwa.

"Mama," ucap Seunghan.

"Seunghan sedang bermain dengan Bama?" tanya Haewon.

"Eung, miaw." Haewon tertawa melihat Seunghan yang mengelus elus kepala Bama.

"Wah, aku bahkan sudah memiliki cucu sekarang," ucap ibu Haewon yang menyaksikan pemandangan itu.

"Yonghwa, aku sudah menganggap anakmu sebagai cucuku sendiri, tidak perlu sungkan padaku." Kali ini ibu Kim berkata pada sang menantu.

"Ayo kemari, kita makan sekarang," titah Ibu Kim.

Mereka semua berkumpul di meja tengah yang penuh dengan hidangan buatan rumah dan lauk pauk yang beragam. Ibu Kim memasak doenjang jjigae dan samgyeopsal, masakan sederhana tapi memiliki rasa yang sangat nikmat.

Sementara yang lainnya makan, Haewon sibuk mengurus Seunghan. Gadis itu refleks menjadi ibu sesungguhnya bagi Seunghan. Dia menyuapi bocah kecil itu dan mengurusnya dengan baik. Hingga Yonghwa yang melihat itu menaruh sepotong samgyeopsal di mangkuk Haewon dan memberinya kode agar dia juga makan.

Entah kenapa, hati Haewon menghangat hanya karena perlakuan kecil dari Yonghwa. Tanpa sadar, gadis itu tersenyum tipis sembari melahap sesendok nasi bersama samgyeopsal yang Yonghwa berikan.

Setelah Yonghwa dan Haewon, kini giliran Seongeun dan Chanhee yang menyuguhkan adegan romansa seperti dalam drama. Ya, Chanhee mengusap ujung bibir Seongeun, membersihkan sisa gochujang yang menempel di sana.

"Ya! Jangan seperti itu di hadapanku… terasa sekali perihnya menjadi jomblo," ungkap Haein yang bergidik melihat adegan itu dan dia langsung dihadiahi oleh pukulan kasih sayang dari ibu Kim.

"Makanya, sana pergi cari pacar… jangan hanya bermain game di dalam kamar," ucap ibu Kim pada anaknya itu.

"Ngomong-ngomong, menantuku… bagaimana bisa kamu bertemu dengan anakku Haewon?" tanya ibu Kim penasaran.

"Aku tak sengaja bertemu dengannya di jalan, lalu kami saling bertukar nomor ponsel dan aku langsung mengajaknya menikah." Mendengar perkataan Yonghwa, Haewon tersedak. Bisa-bisanya dia mengatakan hal yang begitu jujur di hadapan ibu Haewon.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Yonghwa sambil menyodorkan segelas air.

"Ya! Makanlah dengan perlahan," ujar ibu Kim.

"Ibu, bukankah lebih baik jika ibu tak menanyakan hal-hal seperti itu?" ucap Haewon.

"Memangnya kenapa? Menantuku tak keberatan," ibu Kim mengelak.

"Lalu kalian berdua…" Kali ini Seongeun dan Chanhee lah yang menjadi sasaran ibu Kim.

"Kau harus bisa menjaga Seongeun dengan baik. Dia sudah kuanggap sebagai putriku. Jika kau berani menyakitinya awas saja kau, akan ku patahkan lehermu." Perkataan ibu Haewon membuat Chanhee dan Yonghwa menelan ludah mereka. Dan mereka hanya bisa tertawa canggung dibuatnya.

Setelah selesai makan malam, Yonghwa, Seunghan dan Chanhee pamit pulang. Sedangkan Haewon dan Seongeun memilih untuk menginap di rumah keluarga Kim karena sudah larut malam.

Di dalam kamar, Seongeun telah menunggu Haewon dengan ribuan pertanyaan. Begitu Haewon masuk, gadis itu segera mengunci pintu kamar dan mendudukkan Haewon di atas kasur. Sekarang mereka saling berhadapan, dan ya, Seongeun sudah siap menghujani Haewon dengan ribuan pertanyaan.

"Ya! Kim Haewon! Kau sudah gila? Bagaimana bisa kau dan pria itu akan menikah? Ya! Kau bahkan tak memberitahuku!" cecar Seongeun.

"Eonni, tenanglah dulu… aku juga tak menyangka pria itu akan melakukan hal itu dengan cepat. Maksudku, aku tak menyangka bahwa dia akan melamarku hari ini," jelas Haewon.

"Jadi maksudmu, walaupun bukan hari ini pria itu tetap akan melamarmu?" Seongeun kembali bertanya.

"Eonni, sebenarnya ini hanya sebuah pernikahan kontrak," tuturnya.

"Tunggu dulu, jangan menyela… aku tau kau akan mengatakan bahwa aku gila sampai-sampai mau menikah kontrak dengan pria asing. Tapi, keadaannya tak seperti yang kau bayangkan." Haewon mencoba menjelaskan pada Seongeun sebelum gadis itu memarahinya habis-habisan.

"Apa kau berhutang padanya?" tanya Seongeun.

"Tidak, bukan seperti itu… aku hanya akan menjadi psikiater pribadi Seunghan dan ya, berpura-pura menjadi ibunya untuk memulihkan bocah itu," jelas Haewon.

"Lalu, pria itu akan memberimu bayaran lebih dan kau hanya harus berpura-pura menjadi istrinya begitu?" Seongeun berusaha mencerna perkataan Haewon.

"Yups, benar begitu…" Haewon mengiyakan.

"Setelah kontraknya selesai maka kalian akan bercerai?" tanya Seongeun.

"Yups!" kata Haewon.

"Ya! Apa kau gila? Kau menipu ibumu Kim Haewon!" Seongeun meninggikan suaranya.

"Eonniii… aku juga tidak ingin begitu, tapi aku tak bisa mengabaikan Seunghan," ucapnya.

Malam itu, Seongeun dan Haewon terus berdebat. Ya, walaupun perdebatan itu tak akan bisa mengubah apa yang telah terjadi, mereka terus begitu hingga dini hari, dan hasilnya keesokan harinya mereka kesiangan dan mendapatkan nyanyian merdu dari ibu Kim.