Chereads / My psychiatrist's love / Chapter 14 - Waktu Berlalu

Chapter 14 - Waktu Berlalu

Haewon dan Seunghan asik bermain dengan tepung dan adonan sisa, sedangkan Yonghwa meracik bumbu untuk guksu yang sedang dibuatnya. Tawa Haewon dan Seunghan membuatnya bersemangat, hatinya terasa menghangat setelah sekian lama tak merasakan kebahagiaan kecil seperti saat ini.

Sekarang Haewon dan Seunghan tengah membersihkan sisa-sisa tepung yang menempel di wajah mereka, Haewon juga membantu Seunghan untuk mencuci tangannya yang penuh dengan adonan tepung.

Yonghwa juga hampir selesai membuat kalguksu untuk makan malam, pria itu mencicipi kuah kalguksu dan menimbang rasanya. Setelah dirasa cukup enak, dia siap menyajikan tiga mangkuk kalguksu di meja makan, sementara Haewon sibuk membersihkan wajah dan tangan Seunghan.

"Ayo cepat duduk dan makan," titah Yonghwa pada Seunghan dan Haewon.

Keduanya lalu bergegas menuju meja makan dan duduk di kursi dengan semangkuk kalguksu hangat tersaji di hadapan mereka. Yonghwa juga duduk bersama mereka setelah melepas celemek yang ia gunakan. Haewon sedikit terkekeh saat melihat wajah Yonghwa yang masih cemong karena tepung.

"Kenapa? Apa rasanya tak enak?" ucap Yonghwa.

"Tidak, ini adalah kalguksu terenak yang pernah ku makan," ujar Haewon sambil terkekeh.

"Tapi, itu wajahmu… adalah wajah terjelek yang pernah ku lihat," lanjut Haewon sambil tertawa.

Gadis itu mendekat ke arah Yonghwa dan membersihkan sisa tepung yang menempel di wajah pria itu.

"Terimakasih." Yonghwa sedikit tersipu.

Seunghan juga ikut tersenyum melihat interaksi antara Haewon dan Yonghwa. Bocah itu seakan paham tentang perasaan orang dewasa.

"Mama…" panggil Seunghan dengan mulut yang penuh dengan mie.

Haewon menoleh ke arah bocah itu dan mendapati mulutnya penuh dengan mie dan belepotan. Haewon pun terkekeh melihatnya. Rupanya bocah itu juga ingin perhatian Haewon. Dia lalu membersihkan wajah Seunghan dan bocah itu tersenyum puas.

Setelah selesai makan malam, Haewon memandikan Seunghan dan mengganti pakaiannya yang telah kotor karena tepung. Selagi Yonghwa membersihkan diri, Haewon menemani Seunghan di kamarnya. Gadis itu membacakan beberapa dongeng untuk Seunghan hingga bocah kecil itu terlelap masuk ke dunia mimpi.

Setelah memastikan Seunghan tidur dengan lelap, Haewon keluar dari kamar dan mendapati Yonghwa telah menantinya di ruang tengah. Pria itu meminta Haewon untuk duduk di sampingnya, di atas meja ada beberapa kertas yang berisikan kontrak pernikahan mereka.

"Apa kau setuju untuk menikah kontrak denganku?" tanya Yonghwa kembali memastikan.

"Ya, aku akan bekerja untukmu selama satu tahun. Setelah itu kontrak kita akan berakhir kan," jawab Haewon mantap.

"Kalau begitu, sekarang kita tanda tangani surat kontrak ini dan mulai besok kau sudah harus bekerja untukku." Yonghwa memberikan selembar kertas pada Haewon.

"Baiklah," sahut Haewon.

Lembaran kertas itu akhirnya mendapat tanda persetujuan, dan mulai besok Haewon akan mulai bekerja untuk Yonghwa dan Seunghan.

Setelah itu, Yonghwa mengantar Haewon pulang ke apartemennya, dan tak lupa dia mengingatkan kembali janji temu mereka besok malam dengan Myungho, kakek Yonghwa.

Haewon masuk ke dalam gedung apartemen dan berjalan menuju unit apartemennya. Sudah pasti dia akan mendapatkan banyak pertanyaan dari Seongeun karena kemarin perdebatan mereka belum selesai.

Setelah sampai di depan pintu apartemennya, Haewon memencet pin pintu dan membukanya. Betapa terkejutnya dia saat melihat pemandangan di hadapannya sekarang.

Ya, Seongeun dan Chanhee yang sedang bercumbu dan tertawa bersama. Haewon bahkan mengerjapkan matanya merasa tak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.

Kini mereka berdua tengah bersimpuh di hadapan Haewon yang duduk di atas sofa, seakan sidang dadakan tengah berlangsung. Ya, walaupun Haewon tak mempermasalahkan apapun, tapi Seongeun malah kelabakan ingin menjelaskan situasinya agar Haewon tak salah paham.

"Ya… lagi pula siapa yang salah paham… aku bahkan tak mempermasalahkan apapun, kenapa kalian malah bersimpuh seperti itu?" ucap Haewon lelah dan hendak beranjak ke kamarnya.

"T-tunggu dulu… Haewon-a ini tak seperti yang kau bayangkan," tahan Seongeun.

"Ya, Eun nuna benar, ini tak seperti yang kau bayangkan," tambah Chanhee.

"Yaa… memangnya aku membayangkan apa sih, sampai kalian segitunya ketakutan?" Haewon malah balik bertanya pada keduanya.

"Sudahlah tak usah dijelaskan, bagaimanapun aku bisa tau apa yang terjadi diantara kalian. Aku bisa membaca gerak tubuh kalian…" ucap Haewon.

"Kalian bisa melanjutkan permainan kalian… tapi jangan berisik ya… aku mau tidur karena besok harus bertemu calon suami dan kakek mertua." Haewon sedikit meledek sebelum akhirnya masuk kedalam kamarnya dan merebahkan badannya di atas kasur.

"Apanya yang hanya sebatas sekretaris dan boss," gumam Haewon sambil terkekeh.

Sedangkan di ruang tengah, wajah Seongeun tampak memerah dan air mata menggenang di matanya.

"Maaf nuna," ucap Chanhee.

"Ya! Maaf untuk apa? Sekarang bukan waktunya minta maaf…" celetuk Seongeun.

"Huaaa… Haewon akan meledekku terus menerus…" rengek gadis itu.

Chanhee lalu memeluknya dan mengelus kepalanya. Memang hubungan pertemanan yang aneh, pikir Chanhee. Pria itu mengira Seongeun akan marah dan tak mau bertemu dengannya karena kepergok oleh Haewon, ternyata gadis itu menangis karena tak bisa menjelaskan apa yang terjadi pada Haewon dan takut diledek olehnya.

"J-jadi, nuna… malam ini…"

"Apa hah? Malam ini apa?" Belum selesai perkataan Chanhee, dan Seongeun sudah marah serta memukulinya. Sedangkan Haewon tertawa dari dalam kamar mendengar sepasang kekasih itu.

***

Paginya Haewon bangun dan mengetuk kamar Seongeun. Dia tak mendapat jawaban dan akhirnya memilih untuk menyiapkan sarapan.

"Aku pikir aku yang akan mendapat banyak pertanyaan dari Eun eonni, ternyata aku malah melihat sesuatu yang menakjubkan," gumamnya sambil menuju ke dapur.

Sebelum ke dapur, dia sempat mengecek ke arah pintu, memastikan apakah Chanhee masih ada di sini ataukah sudah pulang tadi malam. Dia tak mendapati sepatu Chanhee di sana, itu berarti semalam Chanhee kembali ke rumahnya.

"Yah… tidak seru," ucapnya kecewa.

"Apa yang tidak seru hah?" kata Seongeun yang baru saja membuka pintu kamarnya.

"Maaf eonni… karena aku pulang permainan kalian jadi terhenti," ucap Haewon sebelum sebuah bantal melayang ke arahnya.

Haewon lantas tergelak melihat reaksi Seongeun. Baginya meledek eonninya itu sangat menyenangkan.

"Jika aku tau, aku tak akan pulang dan memilih untuk tinggal di rumah Yonghwa," lanjut Haewon yang masih tertawa.

"Yaa!" Seongeun kesal.

"Iya iya, maaf… tapi menggoda eonni sungguh menyenangkan," kekehnya.

"Jadi, apa ada yang harus eonni jelaskan padaku? Aku rasa kita impas… ada hal yang belum kita ceritakan satu sama lain," ujar Haewon sambil mengoles sepotong roti dengan mentega.

"Ya, aku rasa begitu," kata Seongeun sambil mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas.

"Malam ini ku rasa akan menjadi malam terakhir aku tinggal di sini, karena besok aku sudah harus pindah ke rumah Yonghwa," terang Haewon.

"Ya! Kenapa cepat sekali?" tanya Seongeun.

"Lebih cepat akan lebih baik bagi Seunghan," jawab Haewon.

"Bukankah itu hal bagus? Jika aku tak pulang kerumah, eonni bisa menikmati waktu berdua dengan boss eonni itu." Haewon kembali menggoda Seongeun dan kali ini sebuah botol lah yang melayang.

"Aku rasa hari ini adalah hari yang tepat untuk kita saling bercerita sebelum nantinya kita jarang bertemu," kata Haewon.

"Eung… ada hal yang harus saling kita ceritakan," sahut Seongeun.