Yonghwa mengendarai mobilnya ke sebuah perumahan di mana rumah-rumah mewah berjejer rapi di sana. Ya, pria itu membawa Haewon ke rumah yang ia tinggali bersama Seunghan.
Sesampainya di sebuah rumah, pria itu menghentikan mobilnya lalu turun dan membukakan pintu untuk Haewon dan Seunghan. Keduanya turun dari mobil, Haewon tak henti-hentinya ber "wah" terpana akan indah dan besarnya rumah yang di tinggali Yonghwa dan Seunghan.
"Rumah ini terlihat indah, hanya tampilannya. Namun, tinggal di dalam rumah ini terasa hampa," ucap Yonghwa sambil berlalu di samping Haewon.
Gadis yang sedari tadi terpana akan keindahan rumah itu seketika menatap iba pada punggung Yonghwa, dia segera mengikuti langkah pria itu masuk ke dalam rumah, sedangkan Seunghan sudah masuk duluan dan menghambur tasnya ke sembarang tempat.
Haewon mengambil tas Seunghan yang tergeletak di lantai, matanya mencari kemana bocah itu pergi. Rupanya, tiga ekor kucing tengah mengelilingi bocah itu. Seunghan mengelus ketiga kucing itu bergantian.
"Duduklah," titah Yonghwa.
Haewon menuruti perkataan Yonghwa dan duduk di ruang tamu yang besar dan terlihat mewah dengan pilar besar dan cat berwarna putih.
"Lusa kau akan pindah ke sini," ucap Yonghwa.
"Aku hanya tinggal berdua bersama Seunghan, ada beberapa bibi yang membantu menjaga Seunghan dan membantu pekerjaan rumah tangga," lanjutnya.
Haewon hanya mengangguk mendengarkan perkataan Yonghwa.
"Aku akan menyiapkan sebuah kamar untukmu, kita akan tinggal satu rumah sambil menyiapkan pernikahan." Pria itu berdiri dan pergi meninggalkan Haewon di ruang tamu.
Haewon mendekati Seunghan yang bermain bersama ketiga kucingnya. Dia duduk di hadapan Seunghan dan ikut mengelus kucing-kucing itu. Ada tiga ekor kucing di rumah itu, yang pertama berwarna oranye dengan sedikit bulu putih, yang kedua berwarna oranye dengan bulu putih yang lebih banyak dan yang ketiga berwarna abu-abu.
"Seunghan-aa, apa mereka memiliki nama?" tanya Haewon.
"Eung, Soonie, Dongi, Dori," ucap Seunghan sambil menunjuk berurutan ke arah tiga kucing itu.
"Mereka sangat lucu dan juga pintar," ucap Haewon.
Haewon menemani Seunghan bermain bersama ketiga kucing itu, sedangkan Yonghwa pergi entah kemana. Semuanya baik-baik saja, sampai telinganya mendengar sebuah suara berat dari arah belakang yang memanggil manggil Seunghan.
"Seunghan-aa… kakek tau kau sudah ada di rumah. Di mana cucu kakek… kakek merindukan Seunghan…" ucap pria tua dengan lembut memanggil Seunghan.
Bocah kecil itu tak merespon, dia tetap asik bermain dengan Soonie, Dongi, Dori. Sedangkan Haewon beranjak berdiri dan membungkuk ketika pria itu masuk ke ruang tamu.
"Oh, seorang gadis cantik ada di rumah Lee Yonghwa? Apakah kamu adalah gadis yang anak itu ceritakan? Hoho… rupanya anak itu tak berbohong padaku," ucap pria itu.
Jika dilihat dari tampilan dan ditilik dari perkataannya, Haewon dapat menebak bahwa pria ini adalah kakek Yonghwa, tapi apakah tebakan Haewon benar?
Yonghwa yang sedari tadi pergi entah kemana, akhirnya menampakkan dirinya, dengan balutan celemek berwarna merah muda dan sutil di tangannya pria itu keluar dari arah dapur.
"Ya! Lee Yonghwa… apa ini gadis yang kau ceritakan itu? Pantas saja kau terpikat dengannya, gadis pilihanmu ini sangat cantik dan juga sopan," ucap pria tua itu sambil bertepuk tangan.
"Kakek? Apa yang kakek lakukan di sini?" Yonghwa malah bertanya seakan tak ingin melihat kehadiran kakeknya di rumahnya.
"Apa ada larangan bagiku untuk datang ke rumah cucuku hah? Kau ini aneh sekali, bukannya menyambutku malah berkata seperti itu," kata pria tua itu sambil duduk di sofa.
"Maafkan kelakuan cucuku itu gadis cantik, namaku Lee Myungho, kakek dari Yonghwa, jika kau berkenan perkenalkanlah dirimu." Sekarang perhatian Myungho tertuju pada Haewon.
Haewon agak ragu, dia dan Yonghwa belum membicarakan hal ini, bagaimana dia akan memperkenalkan dirinya pada keluarga Yonghwa. Gadis itu menatap Yonghwa, dan pria itu memberi isyarat bahwa Haewon dapat menjawab pertanyaan itu.
"Namaku Kim Haewon, aku adalah calon istri Yonghwa, maaf karena baru menyapa kakek." Haewon memperkenalkan dirinya.
"Kau tak perlu kaku padaku nak, anggaplah aku sebagai kakekmu… kau adalah gadis cantik yang penuh sopan santun… bagaimana bisa kau bertemu dengan Yonghwa?" ucap Myungho.
"Kami tak sengaja bertemu di jalan, lalu akhirnya dekat," kata Haewon sambil terkekeh.
"Aku tak menyangka bahwa Yonghwa akan membawa seorang gadis sebagai calon istrinya. Anak itu sangat keras kepala dan terus berkata bahwa dia tak akan menikah… tak kusangka hari ini akan tiba." Myungho berkata panjang lebar.
"Kakek ada urusan apa datang kemari?" ucap Yonghwa yang masih memakai celemek merah mudanya.
"Ya! Sudah kubilang, aku hanya datang karena merindukan Seunghan. Kembalilah ke dapur dan masakanlah makanan yang enak untuk menantuku," usir Myungho.
Akhirnya Yonghwa mengalah dan kembali ke dapur, sedangkan Haewon duduk canggung di ruang tamu menemani Myungho. Tanpa diduga, Seunghan berlari ke arah Haewon dan menanyakan dimana tasnya.
Haewon mengambilkan tas milik Seunghan dan bocah itu mencari sesuatu di dalam sana, dia mengeluarkan sebuah kertas gambar, kemudian berlari ke arah Myungho untuk memperlihatkan gambarnya pada kakeknya itu.
"Woho, apa ini gambaran Seunghan? Siapa yang ada di dalam gambar ini?" tanya Myungho pada bocah itu.
Seunghan menunjuk ke arah gambarnya lalu kemudian ke arah Myungho, setelah itu dia menunjuk ke arah Soonie, Dongi, dan Dori. Myungho tertawa dan kembali memuji Seunghan, seakan tau apa yang dimaksud oleh bocah itu dan terbiasa dengan cara berkomunikasi Seunghan.
"Anak ini selalu berkomunikasi dengan caranya sendiri semenjak kepergian ibunya. Dia menyaksikan sendiri bagaimana ibunya pergi di depan matanya," ucap Myungho pada Haewon.
Haewon sebenarnya telah lama bertanya-tanya akan perilaku Seunghan, ternyata memang benar dugaan Haewon bahwa bocah kecil itu memiliki suatu trauma mendalam.
"Kakek, kalau aku boleh tau apa yang sebenarnya terjadi pada ibu Seunghan?" Haewon bertanya dengan hati-hati. Namun sayang, belum sempat Myungho menjawab, Yonghwa datang dari arah dapur dan meminta mereka pergi ke ruang makan.
Myungho pergi lebih dulu bersama Seunghan, sedangkan Yonghwa berdiri menunggu Haewon. Pria itu membisikkan sesuatu pada Haewon dan membuat gadis itu merasa bersalah karena telah melampaui batas dengan bertanya pada Myungho.
"Kau cukup pada batasmu, tak perlu tau lebih banyak tentangku atau keluargaku." Hal itulah yang diucapkan oleh Yonghwa sebelum akhirnya berlalu pergi menyusul Myungho.
Haewon sadar pertanyaannya tadi mungkin sangat sensitif bagi Yonghwa, dia juga merutuki dirinya sendiri mengapa rasa penasaran membuatnya melampaui batas sehingga Yonghwa tak nyaman. Gadis itu akhirnya kembali merasakan atmosfer canggung antara dirinya dan Yonghwa.
Sebenarnya Haewon perlu tau apa yang terjadi pada masa lalu Seunghan agar bisa menerapkan terapi yang sesuai bagi anak itu, tapi disisi lain Haewon merasa Yonghwa tak ingin dirinya tau banyak hal tentang keluarganya.