Chereads / Cinta Pertama Menjadi Patah Hatiku / Chapter 7 - Kulit Pisang

Chapter 7 - Kulit Pisang

"Haduh!! Coba saja tadi tidak membawaku ke lantai atas," gumam Zanqi yang hanya bisa memandangi punggung Qonin di susul Leon keluar kelas.

Aku tahu Leon adalah orang yang melempar kulit pisang itu!! Anak itu bahaya sekali!! Batin Zanqi.

Selama 2 jam pelajaran Matematika itu, mereka berdua mendapatkan hukuman berdiri di luar kelas sampai jam pelajaran selesai dan pasti akan dapat nilai C. Setiap tarikan napas Qonin hanya terdengar helaan napas.

"Hoi!! Cewek sialan!! Kulit pisang tadi baru permulaan, salah sendiri Lu terus mengganggu kesenangan Gue!!!" ketus Leon yang sudah jongkok di lantai tanpa peduli dengan hukuman.

"Ohhh!!! Jadi kulit pisang itu Lu pelakunya?? Benar-benar gila ya!! Kalau Gue jatuh pingsan dan otak Gue ke geser bagaimana?"

"Baguslah!! Biar nggak ada lagi orang yang mengganggu Gue!!" timpal Leon ringan, dia kembali berdiri sambil mengangkat kepalanya tinggi-tingi dan kembali mengancam, "Cepat minta maaf sekarang!!! Kalau tidak, Lu akan mendapatkan yang lebih dari ini!!"

"Ogah!! Lu pikir sendiri saja siapa yang harus minta maaf disini?" Qonin menyilangkan kedua tangannya, dia berpaling tanpa takut sedikit pun oleh ancaman Leon.

"Wahh!! Lu memang harus dikasih pelajaran ya!!!" geram Leon yang pindah posisi di hadapan Qonin, dia sudah mengangkat tangannya untuk menampar Qonin.

"Arghhhhh!!! Pak, tolong!!! Saya mau dipukul!!" teriak Qonin memejamkan mata sambil melindungi kepala dengan kedua tangannya.

Leon terkejut sampai tangannya masih menggantung di udara, sama terkejutnya dengan semua yang ada di kelas, tidak terkecuali Guru Matematika.

"Leon!! Ikut bapak sekarang!!" teriak Guru Matematika melihat kekerasan yang akan dilakukan Leon.

Rasa marah Leon bertumpuk, dia segera menurunkan tangannya sambil berkata menahan amarah, "Lu wanita sialan yang menyebalkan!!! Gue tidak akan melepaskan Lu sampai ujung dunia pun!!"

Qonin membuka matanya, dia justru menjulurkan lidah ke Leon yang membuat Leon murka dan mengangkat tangannya kembali.

"Dasar cewek cari mati ya!!!" Dengan mata berapi-api Leon tidak segan menampar Qonin, meskipun ada Guru di belakangnya.

Aura ini menakutkan sekali!! Kenapa kakiku tidak bisa digerakkan? Batin Qonin yang baru merasa ketakutan.

Zanqi yang melihat dari dalam kelas panik, dia mencari cara agar Qonin terlepas dari amukan Leon.

Sebuah jarum jangka melesat cepat menembus kaca tanpa memecahkannya, sasarannya adalah tangan Leon dan tepat sekali.

"Aduh!!!!" teriak Leon yang telapak tangannya sudah berdarah, tidak banyak tapi jarum itu berhasil membuatnya menghentikan tamparan yang akan dilayangkan ke Qonin.

"Lihatlah!! Tangan Leon berdarah?"

"Wah!!! Apa yang membuatnya terluka??"

Setelah mendengar gumaman para siswa, Leon menurunkan tangan dan memeriksanya, sebuah jarum jangka terlihat menancap di telapaknya.

"Ke ... napa tangan Lu terluka??" tanya Qonin ragu sekaligus heran apa yang menyebabkannya, tapi tetap saja bertanya ketika dia tidak memedulikan rasa takutnya.

Tidak mungkin wanita sialan ini pemilik jarum jangka kan?? Siapa yang berani melakukannya kepadaku? Batin Leon langsung melempar pandangan ke kaca, mata dia lurus berada satu arah di tempat duduk Zanqi yang nampak acuh dan terlihat Zanqi sedang menyalin rumus matematika di papan tulis.

"Apa yang kau lakukan, Leon!!! Cepat kesini!!" perintah Guru Matematika, Guru yang semula berjalan kini berhenti menunggu Leon yang tak kunjung mengikutinya.

"Iya, Pak," jawab Leon malas, sesaat dugaan dia terhadap Zanqi terhenti, lalu dia berbalik mengikuti Guru Matematika sambil mencabut pangkal jarum jangka dari telapak tangannya, kemudian dia masukkan ke dalam saku.

Tidak lupa Leon mencoba menghentikan darah dengan cara mengelap ke baju kaos lapisan dalam seragam yang kebetulan berwarna hitam, sehingga noda darah tersamarkan.

"Aneh!! Kenapa Leon bisa mendapatkan luka seperti tertusuk paku seperti itu?" gumam Qonin sambil memiringkan kepala mencari jawaban, dia ikut memandang lurus menembus kaca dan perlahan kaki dia melangkah mendekati kaca jendela.

Para siswa yang diluar sudah kembali ke bangku masing-masing, mereka menggunakan kesempatan waktu tidak ada Guru saat pergantian pelajran dengan berbincang, minum ataupun hanya sekedar membuka gadget.

"Lubang?? Sejak kapan jendela kaca berlubang?? Macam jendela pesawat saja," gumam Qonin yang sangat penasaran mengamati lubang tersebut.

"Qonin!! Ngapain kamu berdiri di depan situ?? Ayo!! Pelajaran akan ibu mulai!!" kata Guru Fisika.

"Baik, Bu," jawab Qonin yang tersadar dari kemelut pikirannya, dia bergegas masuk kelas untuk mengikuti jam pelajaran berikutnya.

Qonin sudah Duduk di samping Zanqi dengan sikap dingin Zanqi yang tidak berubah, dia mengeluarkan buku Fisika tanpa berhenti menduga siapa pelakunya.

"Hasil ulangan 2 minggu yang lalu seperti biasa hanya Qonin yang tidak mengulang, untuk yang lain segera kerjakan lagi dan kali ini ibu memperbolehkan kalian untuk mencari jawabannya di buku," perintah Bu Guru Fisika.

"Qonin!! Kedepan sebentar untuk membagikan lembaran jawaban ke semua murid," perintah Bu Guru Fisika sambil duduk di meja Guru.

"Baik, Bu," jawab Qonin segera berdiri.

"Oia!!! Untuk Zanqi murid baru dari minggu ini ya, kamu akan Ibu beri soal baru dan tidak boleh melihat buku," perintah Bu Guru sambil menyerahkan lembaran jawaban baru plus jawaban siswa yang sudah dinilai dan tidak lupa lembar soal lain untuk Zanqi.

"Baik Bu," jawab Zanqi percaya diri.

Wahh!!! Tenang sekali Zanqi seperti ulangan dadakan ini tidak ada apa-apanya!!! Ahh memang dia tidak bisa diremehkan seperti kuis Biologi waktu itu, batin Qonin.

"Hei!! Qonin!! Aku belum dapat lembar jawaban!!" protes Cika yang membuyarkan perang batin Qonin.

"Ahh!! Iya maaf terlewat," ungkap Qonin segera kembali ke barisan bangku Cika.

"Gimana sih kamu ini!!" Terdengar protes Cika kesal, Qonin hanya bisa meringis dan terus meminta maaf sambil membagikan lembar jawaban yang tersisa.

Semua sudah mendapatkan lembar jawaban dan ulangan susulan itu berlangsung, tidak untuk Qonin yang bebas dari ulangan tersebut yang kini sudah duduk di bangku sambil membuka buka Fisika untuk membaca materi berikutnya.

Berapa sih nilai wanita si ikut campur ini?? Batin Zanqi yang berusaha melirik lembar jawaban Qonin berada diatas meja tertera angka 98 berwarna merah.

Zanqi mengangguk-angguk pelan, kembali menatap lembar jawaban dan segera mengerjakannya.

'Tik ... tik!!!' Jarum jam yang berbunyi itu terus berputar, sudah saja 1 jam lamanya, 30 menit waktu tersisa untuk pelajaran Fisika yang digunakan untuk membahas jawaban.

"Oke!!! Waktu kalian habis, Ibu akan berikan jawaban dan cara penyelesainya. Tukar lembar jawabanmu ke teman sebangku untuk dikoreksi!!" perintah Bu Guru.

"Baik, Bu," jawab semua serempak.

Qonin langsung menoleh ke arah Zanqi yang sudah menyodorkan lembar jawabannya, lalu dia kembali melihat ke papan tulis.

Apa dia masih marah denganku?? Kenapa dia semakin dingin sekali!!! Huuu!! Mengerikan, rasanya hawa itu berhasil menusuk tulangku, batin Qonin yang sudah menerima lembar jawaban Zanqi. Dia refleks memeluk lengannya seperti orang menggigil betulan.