"Oke!! Cocokkan jawaban kalian seperti di papan tulis yang kita bahas tadi dan jangan lupa nilai sendiri setiap soal yang benar beri nilai 10," perintah guru Fisika.
Ada 10 pertanyaan jika jawaban semuanya benar akan mendapatkan nilai 100, semua siswa sedang menghitung jawaban temannya.
"Sudah!! Ada yang dapat nilai sempurna?" tanya bu Guru Fisika.
"Ada Bu!!" seru Qonin bersemangat, dia tidak percaya semua jawaban Zanqi tepat dengan rumus yang sama persis.
Qonin sendiri sangat senang, ditambah kagum dengan hasil nilai Zanqi yang 100 sempurna tanpa cela.
"Zanqi ya?? Coba ibu lihat!!" pinta Guru Fisika.
Qonin seakan lupa dengan hawa dingin mencekam, dia sangat ceria, berjalan cepat menuju bu Guru Fisika. Kemudian dia kembali lagi duduk di bangku.
Sedangkan Zanqi sudah menampakan senyum kemenangannya, karena berhasil mengungguli nilai Qonin.
Hah!! Lega juga, ternyata rumus yang sempat samar-samar lupa itu benar, batin Zanqi.
"Selamat Zanqi!! Ulangan Fisika kelas ini kamu yang memiliki skor tertinggi," seru bu Guru Fisika disambut dengan tepuk tangan, siswa yang lain sempat meragukannya itu ikut bertepuk tangan juga.
"Wahh!! Zanqi memang siswa pandai!!"
"Wahh!! Benar aku sempat tidak menyangkanya,"
"Iya, Qonin punya saingan baru ini!!"
Gumaman para siswa itu terdengar riuh tersamarkan dari suara tepukkan tangan, sedangkan Qonin sendiri tidak peduli dengan saingan, dia ikut senang dan memberi selamat kepada Zanqi.
"Tiriingg!!!" Bel pergantian pelajaran berbunyi, Qonin segera berdiri untuk mengambil setiap lembar jawaban siswa untuk dikumpulkan lagi.
"Terimakasih Qonin. Katanya ada murid baru lagi selain Zanqi ya?? Mana?? Kenapa ibu tidak melihatnya?" tanya Guru Fisika.
"Iya ada Bu, Leon namanya. Dia sedang berada di ruang Guru BK," jawab Qonin.
"Wahh!! Anak baru saja sudah berulah. Hemmm!! Tolong sampaikan ke Leon suruh mendatangi saya besok waktu istirahat," kata Guru Fisika sambil merapikan semua perlengkapannya.
Guru Kesenian sudah berada di depan pintu kelas, lalu Guru tersebut melangkah keluar kelas untuk memberi waktu sebentar.
"Pak!! Tunggu, saya sudah selesai," seru bu Guru Fisika yang sudah berjalan sampai pintu menghentikan 2 langkah pak Guru Kesenian.
Pak Guru Kesenian berbalik sambil tersenyum, mengangguk ketika mendengarkan ucapan terimakasih dari Guru Fisika. Bersamaan dengan itu, Leon sudah kembali dari ruangan BK dan duduk di bangkunya dengan muka masam bukan main.
"Apa hukumannya berat ya?" gumam Qonin sambil memperhatikan telapak tangan Leon.
"Tidak usah peduli!! Dia saja hampir mencelakaimu 2 kali!!" kata Zanqi dengan suara nada dingin tanpa menoleh.
Sontak Qonin menoleh ke arah Zanqi untuk mencari perkataan yang sukses membuat Qonin bingung, "Dua kali?? Aku tidak mengerti?"
Zanqi menoleh dengan tatapan tidak tahu apa isi hatinya, dia berniat menjelaskannya tapi tidak jadi ketika Guru Kesenian memberi arahan.
"Perhatikan ini anak-anak!! Di papan tulis ini adalah contoh gambar mistar ornamen versi saya. Kalian bisa membuatnya dengan alat bantu jangka untuk mengerjakannya. Nah sekarang cobalah pola dasar yang sama dengan imajinasi bebas kalian!!"
Pak Guru Kesenian itu memberi tugasnya, sontak semua siswa mengeluarkan semua perlengkapan seperti buku gambar A4, pensil, penggaris, penghapus dan yang terpenting Jangka.
Qonin sudah menyiapkan semua perlatannya, dia tidak sadar ketika jarum Jangka miliknya hilang.
"Pakai ini saja!!" ucap Zanqi sambil menyambar jangka rusak milik Qonin.
"Ehh!! Itu jangkaku mau kamu apain?" seru Qonin membuat siswa lain menoleh ke arahnya.
"Kecilkan suaramu!! Sudah pakai saja, punyamu jelek dan sudah tidak berfungsi," ketus Zanqi.
"Kalian berdua jangan berisik!! Cepat kerjakan dengan tenang tanpa suara!!" seru Pak Guru.
Qonin segera melihat semua teman-temanya, beberapa mereka menggeleng dan kembali menatap buku gambar. Tidak dengan Leon yang masih menatap tajam kepada mereka.
"Baik, Pak," jawab Qonin sambil menundukkan kepala, dan Zanqi sudah mulai mengerjakan.
Kenapa dengan dia?? Hah!! Kepalaku pusing memikirkan sikapnya. Sudahlah, lebih baik aku segera kerjakan tugasnya, batin Qonin sambil menggeleng kuat kepalanya.
Zanqi memasukkan Jangka ke dalam tas miliknya, dia merutuki diri ketika kelakuan ceroboh dia hampir terbongkar.
Gawat!! Aku harus cepat membuang jangka ini, batin Zanqi gelisah.
"Bagus!! Tinggal rapikan luarnya saja," puji Guru Kesenian yang sudah berkeliling memuji pekerjaan Cika.
"Untuk yang lain, jangan putus asa. Coba terus mulai dari pola yang sederhana!!" seru pak Guru Kesenian.
Bunyi bel pulang itu menggema di seluruh penjuru sekolah, seruan para siswa terdengar bahagia dan bersiap pulang.
"Baiklah anak-anak!! Kerjakan tugas kalian di rumah, untuk pertemuan berikutnya bapak mau pekerjaan kalian selesai dan sudah diwarna, mengerti?" teriak Guru Kesenian.
"Mengerti, Pak," jawab serempak yang mulai malas dan ingin segera pulang.
Pak Guru keluar ruang terlebih dahulu, diikuti dengan yang lain termasuk Zanqi. Qonin sedikit mulai panik ketika harus berhadapan dengan Leon untuk menyampaikan pesan dari Guru Fisika.
"Leon, katanya tanganmu berdarah ya? Yang mana?" tanya Cika kuatir, dia masih duduk di sebelah Leon yang mengemasi barang dan bersiap untuk menggendong tasnya.
"Harus cepat di obati, kalau tidak nanti infeksi loh!!" seru Cika masih dengan nada yang sama.
Leon tidak meladeni Cika, dia langsung berjalan keluar kelas tanpa peduli dengan panggilan Cika, "Hei!! Leon!! Tunggu!!"
Qonin tampak mengejar Leon yang membuat Cika mendekus kesal, dia masih marah dengan Qonin, padahal mereka berteman, tapi urusan cowok Cika tidak mau tahu.
"Leon!! Tunggu!!" teriak Qonin di tengah napas memburu karena mengikuti langkah Leon lebar dan cepat sampai membuat Qonin berlari.
Leon berbalik dengan memalingkan muka, dia melipat tangan seraya berkata, "Ada urusan apa lagi?"
"Hah!! Hah!! Sebentar aku atur napas dulu!!" pinta Qonin.
Leon justru membalikkan badan dan bersiap pergi meninggalkan Qonin. Qonin kelabakan, segera saja dia menghadang jalan Leon.
"Hei Lu!! Ngeselin banget sih jadi orang!!" protes Qonin.
"Ckk!! Lu belum puas apa sudah membuat Gue mendapatkan hukuman, sekarang apa mau Lu?? Disuruh menunggu hanya untuk memaki, Gue??" seru Leon marah.
Qonin merasa bersalah sampai membuatnya salah tingkah sambil menundukkan kepala, lalu dia mengangkat kepalanya lagi dan berkata, "Maaf Leon, Gue tidak bermaksud begitu. Gue tadi disuruh Guru Fisika untuk kasih tahu Lu datang menghadap Bu Guru besok."
"Sudah!! Sekarang minggir dari jalan gue!!" bentak Leon yang mood-nya sangat hancur.
Qonin kaget sampai tidak sadar mengangkat kedua bahunya ketika Leon membentaknya, dia yang bersalah dan tidak tahu lagi digambarkan seperti apa, patuh memberi jalan untuk Leon.
"Hah!! Kenapa semua teman cowokku galak semua??" protes Qonin yang sudah berani berbicara saat Leon sudah menuruni tangga, hilang dari hadapannya.
Qonin pun ikut menuruni tangga terus menyusuri sampai anak tangga terbawah, tapi berhenti ketika mendengar.
"Zanqi!! Apa yang kamu lakukan di depan tong sampah itu??" seru suara wanita yang menarik perhatian Qonin untuk melihatnya.