Deg!!
Qonin berprasangka buruk daripada baik, karena dia ditawari pekerjaan oleh pria setengah baya yang belum dia kenal.
Jangan-jangan!! Aku diminta tidur dengannya lagi!!! Gawat aku harus cepat kabur, batin Qonin berguncang.
"Ahaha!!! Tidak Mang, terimakasih," tawa Qonin melengking, mengisyaratkan ketakutan yang tertangkap jelas oleh Asep.
Asep segera menampik kesalahpahaman Qonin, "Jangan berpikir macam-macam, Neng. Kerja yang saya maksud sebagai asisten sementara di rumah juragan saya, mau?"
Qonin malu sempat berpikiran buruk, dan lagi ternyata Asep bisa membaca hatinya. Asep mencoba membujuknya lagi, karena matahari mau tenggelam dan semakin mendekati acara.
"Mau ya, Neng. Darurat sekali!! Kerjanya cuman malam ini saja menemani Den Bagus ke pesta hanya sekitar 4 jam dan akan di bayar 2 juta. Tolong bantu saya mau ya?"
Ehh!! Pas sekali aku butuh uang, aku terima saja kali ya, batin Qonin.
"Boleh, Mang," jawab Qonin pada akhirnya, rasa malu itu dia simpan dulu demi biaya SPP Satria.
Asep yang diburu waktu mengajak Qonin berlari menuju mobil keluarga Narendra menepi di kiri jalan. Sesudah mereka berdua masuk ke dalam mobil, pandangan kagum interior mewah, kursi empuk dan wangi menguasai Qonin.
Qonin melihat pantulan dirinya di layar LCD kecil di balik kursi yang masih mengenakan seragam sekolah, dia berhenti kagum beralih memandang Mang Asep, "Mang, saya lupa masih mengenakan seragam. Apa keburu kalau pulang ganti baju dulu?"
"Tenang Neng, sudah disediakan baju kerjanya. Jadi tinggal meluncur saja," timpal Asep yang nampak cemas mendongak jalan melebihi tinggi kursi sopir.
Ahh!! Benar-benar darurat ya?? Sebaiknya aku tidak usah banyak tanya dulu, batin Qonin.
"Kang bisa lebih cepat lagi!! Acara 1 jam akan mulai ini!!" ucap Mang Asep panik.
"Iya, ini juga sudah tancap gas," timpal Sopir tersebut.
Penantian dalam diam selama 30 menit menghantarkan Qonin ke sebuah rumah sangat megah, sebesar lapangan sepak bola yang dilengkapi lapangan Golf mini. Kanan kiri berjajar berbagai jenis pohon tumbuh temaram diterangi lampu jalan.
"Neng!! Ayo turun!! Nanti ikuti jalan di belakang saya ya," perintah Asep.
"Ahh ... iya Mang," jawab Qonin terperangah saat tahu rumah juragan Asep megah nan luas layaknya istana.
Mereka berdua turun dari mobil menuju samping pelataran rumah yang sudah dihiasi oleh ornamen indah bertabur cahaya.
"Sep, kamu sudah dapat pengganti Juleha?" tanya Namora dengan suara khas sampai Qonin hafal wajah pemilik suara.
Loh!! Suara ini seperti ...? Batin Qonin.
"Sudah Bu, dia orangnya," jawab Asep melangkah ke samping memperlihatkan Qonin yang sudah membeku dengan senyuman terpaksa.
"Malam Bu, kenalkan saya Qonin," Qonin memperkenalkan diri sambil menunduk dalam, sedalam hatinya yang berkecamuk.
Haduh!! Bukankah dia mamanya Zanqi?? Apa yang aku lakukan ketika bertemu dengannya nanti?
Qonin yang gelisah itu tidak sadar jika Namora mengamati dari ujung kaki hingga kepala. Namora protes kepada Asep, "Mang!! Dia masih sekolah?"
"Iya Buk, susah nyarinya. Orang-orang kebanyakan ingin bekerja tetap dan tidak mau jadi pengganti," jawab Asep.
"Ohh!!! Ya sudah!! Suruh dia ganti baju dulu!! Cepat tidak ada waktu lagi!!" Namora memerintahkan mereka, dia mengecek setiap detail persiapan acara pesta. Dari pagi tidak ada habisnya dia berkeliling untuk melakukan itu.
"Baik, Bu," jawab Asep, lalu dia melambaikan tangan sebagai isyarat agar Qonin mengikutinya.
Namora yang sudah berjalan melewati Qonin dan Asep itu berhenti, dia memutar tubuhnya untuk memperingatkan Qonin.
"Qonin ya?"
"Iya Bu, saya," jawab Qonin sudah berhenti berjalan serta menghadap Namora.
"Jangan menyentuh maupun mengajak bicara anak saya, kalau tidak diajak bicara terlebih dahulu!!" perintah Namora.
"Baik, Bu," jawab Qonin yang sebenarnya bingung dengan tugas apa yang akan dia kerjakan.
Namora sudah berbalik, dia mengikuti Asep berjalan diatas lantai Granit yang mengkilap bagaikan cermin itu memantulkan bayangan lampu-lampu indah dengan Design rumah yang serasi, perpaduan membentuk sebuah keindahan mata.
"Apa tugas saya, Mang? Kenapa Nyonya tadi memperingatkan saya tidak boleh menyentuh anaknya?" tanya Qonin penasaran.
"Tugas kamu seperti yang aku bilang sebelumnya, mendampingi tuan muda yang tidak lain adalah anak Nyonya Namora,"
Jedaaaar!!! Mati aku!! Mimpi apa semalam aku harus melayani Zanqi si beruang kutub itu?? Batin Qonin.
"Nah sampai. Sekarang masuklah!!" kata Asep menunjuk sebuah ruangan dengan pintu sudah terbuka memperlihatkan banyak wanita berumur 35 sampai 45 tahunan sedang merapikan pakaiannya.
Qonin hanya mengangguk tanpa mampu membuka mulutnya, dia sangat gugup bertemu dengan Zanqi, lebih tepatnya takut karena mungkin Zanqi menjadi tuan muda yang sangat menyebalkan.
Sementara itu Zanqi sangat malas menemui semua relasi Mamahnya, dia sudah berpakaian jas rapi dengan rambut disisir ke belakang duduk di tepian ranjang.
"Hah!!!" Helaan napas Zanqi hembuskan berkali-kali.
"Tok!!! Tok!!" Bunyi ketukan pintu kamar Zanqi dijawab dengan perkataan malas, "Masuklah!!"
Qonin masuk menggunakan pakaian maid berwarna hitam putih lengkap dengan celemek yang ujungnya berenda.
Semangat Qonin!! Kamu pasti bisa berhadapan dengannya, hanya untuk beberapa jam saja demi uang 2 juta, batin Qonin.
Meskipun begitu, tangan Qonin tetap saja bergetar membawa secangkir teh hangat yang harganya jutaan per kilonya, sehingga menimbulkan bunyi cangkir berdenting.
"Tolong bawa kesini saja," pinta Zanqi dengan suara jelas tidak terdengar sombong ataupun dingin. Dia tahu bahwa pengganti bik Juleha sedang grogi, sedangkan jarak antar meja dengan Zanqi lebih dekat dengan dirinya.
Itu tadi Zanqi?? Aku tidak percaya dia bisa sebaik itu, batin Qonin, dia menunduk sambil menyodorkan secangkir teh ke Zanqi.
Pengganti bik Juleha muda sekali. Siapa ya?? Kayaknya aku akrab dengan sosoknya, batin Zanqi mengamati setiap gerakkan yang Qonin buat.
"Tunggu!!" pinta Zanqi yang belum menerima teh tersebut, malah dia ikut menunduk berusaha melihat wajah Qonin.
Ayolah!! Cepat ambil tehmu!! Kenapa malah melihatku?? Tanganku sudah tidak bertenaga ini, batin Qonin panik setengah mati.
"Kamu!!"
"Prang!!!" Tangan Qonin sudah tidak kuat menahan secangkir teh disaat dia gugup tidak karuan menutup identitasnya.
"Aduh!!! Maaf Tuan, tangan saya gemetaran karena ini pengalam pertamaku," Qonin sangat menyesal itu segera jongkok membersihkan pecahan cangkir yang untungnya bisa dihindari Zanqi.
Hanya saja percikan teh panas itu tumpah di kaki Zanqi, Zanqi langsung berteriak kesakitan.
"Qonin!!! Ngapain kamu ke rumahku?" teriak Zanqi murka, dia kesal dengan pekerjaan Qonin yang tidak becus.
Namora yang tidak sengaja melintas di depan kamar Zanqi sejenak berhenti, lalu menerobos pintu Zanqi dengan kekawatirannya.
"Zanqi!! Apa yang terjadi denganmu?" pekik Namora secara bersamaan dia melihat Qonin membereskan cangkir pecah.
"Hei kau wanita!!! Pergi dari rumahku tanpa menerima uang sepeserpun!!!" pekik Namora yang sama marahnya.