"A ... ku hanya peduli sebagai teman, iya hanya itu. Kenapa kamu tidak terima?? Baiklah!! Aku akan pergi sekarang," ucap Zanqi bergegas menutup kotak bekalnya, lalu menjalankan kursi rodanya sendiri.
"Ehh!! Qi!! Tidak siapa bilang aku keberatan," timpal Qonin segara memberi penjelasan kepada Zanqi agar tidak terjadi kesalahpahaman, dia sudah di belakang Zanqi untuk mendorong kursi rodanya, bersamaan itu bel masuk pelajaran terakhir berdering.
"Wahh!! Kita harus cepat kembali!! Pegang yang erat ya, Qi!!" pinta Qonin, dia dengan sekuat tenaga mendorong kursi roda tersebut memasuki lift, ketika sudah berada di dalamnya Qonin memencet tanda turun.
"Wah!!! Hati-hati!! Awas jangan sampai terjatuh!!" seru Zanqi, dia merasa jiwa terlepas dari raganya, tapi asyik dia merasakan adrenalinnya terpatik saat baru pertama kali merasakan keseruan diatas kursi roda yang berjalan kencang.
Mereka berdua tertawa ketika berhasil sampai di depan kelas sebelum guru tiba, tapi tidak bertahan lama saat Leon baru sampai di ambang pintu yang sama.
"Woi!! Minggir!! Gue mau lewat!!" seru Leon masuk begitu saja dengan muka cari masalah.
Tom yang mengikuti Leon dari belakang berani menendang kursi roda Zanqi, dia sudah tidak ada rasa takut lagi ketika bisa berlindung di balik punggung Leon.
"Minggir dong!!! Menghalangi jalan saja!!" Tom berlagak, bahkan suaranya lebih keras daripada Leon.
"Lu pikir jalan milik nenek moyang Lu!!! Berhenti tidak!!" Qonin yang lebih tersinggung ketika Zanqi diperlakukan seperti itu, dia bahkan mengejar Tom, akan tetapi tangannya ditarik oleh Zanqi.
Zanqi menggeleng sambil menatap ke arah Qonin yang masih mengerutkan dahi, mau tidak mau Qonin menuruti permintaan Zanqi dan berjalan menuju bangku mereka.
Tom mulai berani, apakah dia sudah tidak takut dengan ancaman Mamah? Batin Zanqi ketika melihat Tom sudah kembali dengan sikap angkuhnya.
"Dua orang itu kesambet apa sih!! Lagaknya itu loh seperti pemilik sekolah ini saja!!" Qonin masih saja menggerutu, walau Guru sudah berada di ruang kelas, dia masih tidak bisa menahan amarahnya.
"Ssstt!!!" Zanqi menempelkan jari telunjuk ke mulutnya, lalu dia memperingatkan Qonin, "Diam dulu Nin, jika tidak mau mendapat masalah!!"
Helaan napas kasar yang keluar dari mulut Qonin begitu saja, dia memutuskan untuk menyimpan amarahnya dan beralih mendengarkan materi yang disampaikan Guru.
Tidak terasa usai sudah kegiatan belajar mengajar di sekolah, selang 30 menit pun sekolahan sepi akan siswa tinggal segelintir siswa yang masih ada di dalamnya.
"Mana mamah?" gumam Zanqi, dia sudah menelepon Namora kedua kalinya tapi tidak juga diangkat.
"Praak!!" Ponsel Zanqi terlempar jauh dari genggamannya akibat pukulan Tom yang berada disampingnya.
"Aa... Aaa!! Anak mama nangis lah!! Pulang sana jangan pernah sekolah lagi disini!!" Tom mengejek Zanqi yang tidak bisa berkutik ketika rasa kaget dengan gerakan yang tiba-tiba dan takut menjadi satu.
"A ... pa mau kalian? Aku tidak pernah mengganggu kalian, jadi lepaskan aku!!" seru Zanqi yang seluruh tubuhnya bergetar hebat.
Leon yang tadinya malas melihat kelakuan Tom dari jarak 3 langkah di belakang Tom mulai tertarik, berjalan mendekati Zanqi. Dia berujar, "Hei anak Narendra!!! Jangan Lu pikir Gue bodoh."
"Gue mengetahui satu fakta tentang kejadian tangan Gue yang berdarah waktu itu lu sempat memandangi Gue dengan gerakan yang mencurigakan," seru Leon dengan suara meninggi.
Mampus!! Tamat riwayatku!! Batin Zanqi.
"Apa yang terjadi waktu itu berhubungan dengan si anak cacat ini??" tanya Tom penasaran, dia sudah saja berada di samping Leon.
Leon menengok ke arah Tom sebentar, lalu dia kembali menatap Zanqi, "Tidak tahu, hanya saja gue kesal ditertawakan oleh si cacat itu!! Sebentar, tapi gue merasa aneh saat tangan Gue tertusuk jarum Jangka, bagaimana bisa sampai menyasar ke tangan Gue ya?"
Tom menepuk jidat ketika pertanyaan bodoh keluar dari mulut Leon, dia pikir Leon mengetahui pelakunya, ternyata hanya buaian belaka.
Huh!! Untunglah dia belum mengetahuinya, aku pikir tadi mau meminta pertanggungjawaban dariku, batin Zanqi sedikit mengulas senyuman lega.
"Wah ... Wah!! Lu berani ngetawain Gue lagi!! Nantangin Lu!!" seru Leon naik pitam, dia tidak sengaja menangkap senyuman Zanqi di tengah kebingungannya.
"Tidak ... aku hanya memikirkan hal lain, tersenyum kan hak asasi," Zanqi membela diri, dia tidak ingin memperpanjang masalah.
Zanqi terus berharap di dalam hati, Siapa pun!! Cepatlah datang kemari!!
"Jangan percaya dia Leon!! Gue juga tahu dia ngetawain Elu, dia harus dikasih pelajaran!!" Tom mulai memanasi hati Leon yang sudah berasap, sedikit ada pematik saja langsung terbakar.
"Lu memang tidak bisa dibiarkan!!" ucap Leon membalikkan kursi roda Zanqi sekuat tenaga, dan benar saja Zanqi yang otot kakinya melemah tidak mampu menopang tubuhnya, sehingga dia jatuh keluar dari kursi rodanya.
"Aduh!!" keluh Zanqi tidak berdaya, sakit tubuhnya lebih dari rasa sakit hatinya, dia malu sebagai lelaki tidak mampu melawan, bahkan untuk sekedar berlari melindungi diri.
"Rasain Lu!!! Sekarang giliran Gue tertawa!! Ha ha ha!!" seru Leon tertawa jahat yang diikuti Tom, seakan jatuhnya Zanqi itu adalah sebuah pertunjukkan menarik dan lucu.
Qonin keluar dari perpustakaan untuk meminjam beberapa buku, jarak 50 meter bangunan di samping parkir menyuguhkan pemandangan lapang ketika kendaraan para siswa dan Guru sudah tiada.
"Eh .. eh!! Bukannya itu Leon!! Siapa yang dia tendang?" gumam Qonin sambil berjalan mendekat, dia semakin terpekik kaget ketika tahu korban keganasan itu adalah Zanqi.
"Aauwww!! Sakit goblok, siapa yang melemparku??" pekik Leon memegangi kepalanya, dia menunduk dan menemukan buku tebal sekitar 1000 halaman.
"Hei!! Berhenti Lu, kalau tidak Gue timpuk lagi mau??" ancam Qonin yang menjaga jarak sekitar 5 langkah, dia sudah bersiap melempar buku.
"Duhhh!! Wanita sialan itu!!!" gerutu Leon, sedangkan Tom meringis kesakitan membayangkan jika buku tebal tersebut menghantam kepalanya.
Leon sedikit oleng, kepalanya serasa dihantam batu, dia tidak berani berjalan mendekati Qonin ketika pandangannya sedikit kabur.
"Leon, Lu nggak papa?" tanya Tom kuatir.
"Kita pergi dari sini dulu!! Bantu Gue berjalan!!" pinta Tom sudah tidak kuat berdiri, bumi terlihat berputar dalam pandangannya, dia semakin marah ketika Tom tidak juga membantunya, "Cepat!! Gue pusing!!"
"Bagus .. bagus!!! Cepatlah kalian pergi cowok-cowok sialan!!" umpat Qonin yang masih waspada di tempatnya berdiri.
Dan benar saja Leon yang dipapah Tom berjalan cepat meninggalkan Zanqi yang tergeletak di tanah lapang yang sudah di paving.
"Ya ampun Zanqi!! Bertahanlah!!" seru Qonin panik sambil berlari ke arah Zanqi, segera saja dia membetulkan kursi roda tidak lupa menguncinya, lalu membantu sekuat tenaga untuk menempatkan Zanqi ke atas kursi roda.
"Hah ... Hah, untung aku bisa membantumu berdiri," ucap Qonin kehabisan tenaga, dia sampai berjongkok untuk mengambil napasnya yang hilang, "Kamu ... ada yang terluka tidak?" ucap Qonin yang napasnya belum pulih.
Tampak Zanqi sendiri pun kelelahan, dia sekuat tenaga juga menggerakkan kakinya yang kaku, " Aku baik- baik saja, terimakasih Qonin."
"Syukurlah!!!" ungkap Qonin sampai terduduk di bawah. Mereka berdua saling pandang dan tertawa bahagia, mungkin karena berhasil mengusir Leon dengan cara yang tidak terpikirkan sebelumnya.