Mati aku!! Kenapa dia sudah di depan lift ini? Batin Qonin resah, dia terus menunduk sambil menutup ujung alisnya dengan tangan, bersembunyi dari Leon.
Semua siswa sudah keluar, Qonin ikut berbaur berjalan di tengah kerumunan tersebut. Akan tetapi sia-sia ketika dia melihat sepasang kaki menghadang jalanya.
"Kabur kemana Lu??" Suara Leon itu menjadi bunyi yang menakutkan bagi Qonin.
Qonin sudah mencoba menghindar untuk mencari jalan keluar, tapi tetap saja Leon berhasil mencegahnya.
"Hah!!! Kenapa si Lu ikutin Gue melulu!!!" protes Qonin menghela napas kesal, dia cemberut sambil memalingkan muka.
"Apa Lu bilang?? Pakai otak Lu, jangan GR Gue mau nuntut permintaan maaf dari Lu. Jadi cepat minta maaf!!" pinta Leon.
Zanqi tidak sengaja berjalan dari arah berlawanan, kembali dari toilet dan menyaksikan adegan Qonin.
"Minta maaf?? Gue nggak bersalah apa-apa kenapa harus minta maaf?? Lu memang gila deh!!" timpal Qonin tidak percaya dengan omong kosong Leon.
"Cewek Parasit keras kepala!!" umpat Leon, dia sudah mengangkat tangannya, tapi terhenti ketika dikejutkan oleh suara panggilan.
"Qonin!! Dicari bu Ratna!!" teriak Zanqi yang sudah saja berjalan ke arah Qonin diatas kursi roda.
Qonin dan Leon menoleh ke sumber suara, ketika tahu itu Zanqi, Qonin menghampiri Zanqi sengaja menghindar dari amukan Leon.
Duhhh!! Si Narendra cacat itu bikin mood gue hari ini hancur, batin Leon malas, dia memilih berbalik tanpa perlawanan.
Qonin tersenyum puas, dia sekali lagi bisa lolos dari si Penindas Gila dan secara tidak langsung dia berhutang terimakasih kepada Zanqi.
"Qi, kenapa bu Ratna memanggilku?" tanya Qonin tersenyum.
Bukannya dijawab, justru Zanqi berlalu meninggalkan Qonin tanpa sepatah kata pun dengan muka datarnya menuju ke ruang kelas.
Qonin terenyak dengan situasi yang sukses membuat dia bingung, bahkan sedetik otaknya berhenti dengan hal absurd yang dia alami sepagi ini.
"Woii!! Tutup mulutmu!! Awas kemasukan lalat baru tahu rasa!!" Salah satu teman sekelasnya yang berada di kerumunan 3 orang itu tertawa, disambut dengan teman lainya melihat Qonin bengong dan mereka pun masuk kelas yang diikuti Qonin dari belakang.
Aisshh!! Rasanya aku kaya orang bodoh!! Si beruang kutub itu kenapa lagi?? Kenapa rasanya hatiku dibanting ke lantai, gerutu Qonin dalam hati.
"Qonin, disini kamu rupanya?? Cepat ikut Ibu ke ruangan!!" pinta Bu Ratna.
Qonin tersentak dari lamunan tidak masuk akalnya kembali ke dunia nyata, "Tapi Buk, bel masuk sebentar lagi berdering," Qonin mengingatkan Bu Ratna.
"Sudah tidak usah kuatir, saya tadi sudah minta izin ke pak Surya, jadi ikut saja," jelas bu Ratna, dia berjalan mendahului Qonin menuruni tangga menuju ke ruang guru.
"Baik Bu," jawab Qonin merubah haluan, di dalam hatinya sedikit gusar ketika tahu bahwa Zanqi bukan menyelamatkannya, melainkan hanya menyampaikan pesan dari Bu Ratna.
Sementara di dalam kelas Zanqi hanya melihat kepergian Qonin dengan bu Ratna, dia lega ada cara menyelamatkan Qonin.
"Qi!!! Qonin mana?? Apa dia tidak masuk? Yah!! Padahal aku disuruh menyampaikan pesan oleh Bu Ratna," Ketua kelas yang bernama Yesi bertanya sekaligus curhat kali ya.
"Dia sudah bersama Bu Ratna," timpal Zanqi singkat, dia kembali menatap buku yang sebelumnya dia baca.
"Aneh!! Perasaan hanya ada aku waktu berpapasan dengan bu Ratna tadi, terus siapa yang meberitahu Qonin?? Kamu tidak bohong kan?" tanya Yesi bingung.
Zanqi tidak bergeming, dia terus bersikap dingin meskipun Yesi mencoba mengajaknya bicara lagi, pak Guru sudah memasuki ruangan dan semua siswa kembali ke tempatnya masing-masing.
Ternyata waktu ke toilet, Zanqi sempat dengar ketika Yesi ngobrol bersama temannya, jika dia sedang mencari Qonin. Alhasil cara itu dia gunakan untuk menyelamatkan Qonin dari Leon.
Aku kemarin seperti melihat Leon di acara pesta mamah, apa mungkin dia ya?? Batin Zanqi sambil mengamati Leon dari jauh.
"Apa Lu?"
Leon tersadar jika Zanqi sedang memandangnya, dia bertanya tanpa keluar suara tapi mulutnya jelas mengejakan kata tersebut.
Zanqi balik menatap papan tulis untuk mendengarkan pak Surya menerangkan materi, Leon bersungut-sungut ketika ancaman dia tidak dihiraukan.
Iya tidak salah lagi, dia kemarin ada di dalam pesta itu, batin Zanqi.
Dua jam pelajaran pak Surya bergulir cepat, pergantian jam pelajaran berikutnya sedang berlangsung. Disaat bersamaan Qonin kembali ke ruang kelas, dia sudah duduk di bangku dengan wajah berseri.
Bahagia sekali?? Apa yang dia bicarakan dengan bu Ratna? Batin Zanqi yang sempat menangkap ekspresi bahagia Qonin.
Dua barisan di belakang Qonin, tepatnya di bangku nomor tiga dihitung dari dekat jendela, Leon juga sedang memperhatikan Qonin.
Si Cewek sialan itu bahagia sekali!! Puas-puas lah Lu tersenyum, lihat saja waktu istirahat nanti!! Batin Leon tanpa sadar menyeringai.
"Baiklah anak-anak berhubung waktu saya sudah habis, untuk tugas kalian kerjakan paket halaman 55 di rumah dan sampai bertemu minggu depan," ucap pak Surya menutup kelasnya.
Dan bel istirahat pun berdering nyaring, seperti biasa semua siswa banyak keluar kelas untuk beristirahat.
Brakk!!! Gebrakan meja Qonin mengagetkannya, Leon mengambil paksa tas Qonin dan dikeluarkan semua isinya.
"Haha ... Haha!!! Rasain Lu, Gue tidak akan berhenti mengganggu Lu sampai keluar kata maaf dari mulut lu!!! Ngerti nggak!!" ancam Leon.
Qonin terlihat santai menanggapinya, dia berdiri sambil menyejajarkan pandangannya ke Leon, "Oke, Gue minta maaf Leon, masalah kita beres kan?"
Leon gagap, dia yang mau marah menjadi tidak tertantang ketika Qonin yang biasanya keras kepala menjadi lunak, apalagi minta maafnya ditambah dengan senyuman maut Qonin, seketika Leon terpukau dengan pesonanya.
"Apa Lu lihat-lihat!! Makanlah saja!! Sial!!" umpat Leon, dia mengalihkan kemarahannya kepada Zanqi, lalu dia pergi meninggalkan bangku Qonin.
Zanqi terlihat cuek diluar, ternyata di dalam hatinya ada secuil rasa takut dengan Leon dan mencoba menahan agar tidak terlihat takut.
Seram sekali!! Apa Qonin menyerah?? Dia gampang sekali memaafkan si pemarah gila itu!! Batin Zanqi sambil menguyah makanannya.
"Orang gila yang aneh!! Dia hobi sekali marah. Hah!! Biarlah sajalah, aku tidak ingin merusak kesenanganku hari ini," gumam Qonin yang sudah merapikan semua barangnya ke dalam tas.
Atap kokoh lantai paling atas menjadi tempat Leon beristirahat, dia mengeluarkan sebungkus rokok, mengambilnya sebatang lalu mengisapnya.
"Sialan!! Kenapa dia meminta maaf sambil tersenyum begitu?? Aku tidak rela jika meloloskannya begitu saja!!" gerutu Leon, sekelebat wajah Qonin tersenyum dengan lesung pipit kembali terlintas di pikirannya. Tanpa sadar Leon ikut tersenyum simpul.
"Tidak Leon!!! Sadarlah!! Dia hanya wanita sialan yang harus sengsara!!!" gumam Leon kesal sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat berharap pikiran itu bisa keluar.
Seorang siswa tidak terlihat, tertutup bangunan di samping Leon tidak sengaja mendengarkannya, dia keluar dan berkata, "Apakah Gue boleh ikut?"