Chereads / Cinta Pertama Menjadi Patah Hatiku / Chapter 5 - Leonard Rajasa Wijaya

Chapter 5 - Leonard Rajasa Wijaya

Pelajaran bahasa Inggris sudah berjalan 1 jam, para siswa kelas 11 IPA 1 sedang memeragakan dialog dari tugas yang diberikan.

"Sekarang giliran Qonin dan Zanqi!!" pinta guru bahasa Inggris, ketika dia melihat keadaan Zanqi segera saja Bu Guru memberi perintah terusan, "Tetap di bangku kalian!! Saya akan dengarkan dari sini, mulai!!"

"Sad to see today's children who are addicted to gadgets. Their parents should know when it's time to use it properly. Do you agree with my opinion?" tanya Zanqi fasih dengan logat orang Amerika serta prounantion jelas sehingga membuat Qonin cukup sulit menerjemahkannya, karena cepat sekali seperti ngobrol dalam bahasa sehari-hari.

"Qonin!! Cepat jawab!!" pinta Guru bahasa Inggris yang ikut terpukau mendengar kemampuan Zanqi.

"Ahh!! Ba ... ik Bu," jawab Qonin untuk pertama kalinya gugup untuk menjawab pertanyaan, bukannya tidak bisa, melainkan seperti sudah kalah diawal.

"The majority disagree with your opinion, because they are actually proud when their children can act funny on gadget apllications, even more they can earn money," jawab Qonin menimpali pertanyaan Zanqi sebelumnya.

"Ohh!! Very sad, they should know the dangers of gadgets make their children lazy to study," timpal Zanqi.

"I agree with your opinions, but we can't change the people's minds. Because ...,"

"Okay cukup!!" kata bu Guru bahasa Inggris yang memotong tanggapan Qonin, bu Guru bertepuk tangan melihat dialog mereka berdua, lalu memuji, "Sangat bagus!!! Diantara contoh yang diperagakan siswa, contoh Qonin dan Zanqi yang paling tinggi skornya. Kalian kembalilah duduk!!"

Guru bahasa Inggris tersenyum puas, dia menjelaskan lebih detail kenapa Zanqi dan Qonin meraup skor tertinggi.

"Dalam dialog mereka mengangkat topik yang mudah dipahami, di dalam percakapan ada contoh kalimat Expressions of General Opinions dan Expressions of Personal Opinions, komplit. Kerja bagus!!" ungkap bu Guru sangat senang.

Sontak tepuk tangan dari bu Guru itu membuat siswa ikut bertepuk tangan, sementara Zanqi dan Qonin saling pandang dan tersenyum bangga karena telah berhasil menyelesaikan tugas dengan sempurna.

Ehh!! Apakah tadi Zanqi sedang tersenyum? Batin Qonin tidak percaya, senyumannya hilang saat Qonin memandang wajah dinginnya lagi.

"Permisi Bu Rini," kata Guru Matematika yang datang bersama seorang siswa menghentikan proses belajar mengajar sejenak.

"Iya, Pak. Ada yang ingin anda sampaikan?" tanya bu Rini, pertanyaan itu memancing rasa penasaran semua siswa yang menyaksikan.

"Saya hanya menyerahkan siswa pindahan baru, Bu," jawab Guru matematika, lalu Guru tersebut berkata kepada siswa yang bersamanya, "Masuklah!!"

Siswa itu berjalan sampai di tengah ruang kelas, gerakkannya diikuti oleh mata siswi yang kagum dengan visual siswa baru tersebut.

"Hai!! Aku Leonard Rajasa Wijaya, jika ingin berteman denganku ada syaratnya," sapa Leon percaya diri, lalu dia dipersilahkan duduk dibangku kosong dekat Tom.

"Wah!!! Ganteng sekali!! Berapa tingginya??"

"Iya, walau tampangnya kayak anak berandalan tapi tidak mengurangi ketampanannya,"

Suara riuh rendah yang dihasilkan mayoritas dari anak wanita itu memuji ketampanan Leonard. Guru Bahasa Inggris mengambil alih, "Baik!! Sekarang tempatilah bangku kosong yang tersedia!!"

Bangku kosong itu tidak lain ada di sebelah Tom, Leon pun berjalan sesuai perintah bu Guru tersebut. Kemudian dia melempar tasnya begitu saja diatas meja, bahkan dia tidak peduli dengan tatapan tidak suka Tom.

"Oke!! Anak-anak jam pelajaran saya sudah habis, sampai jumpa di materi berikutnya," kata bu Guru berpaling dari jam tangannya, seraya merapikan buku, lalu keluar ruangan. Pelajaran berikutnya adalah Fisika.

Tom berdiri ketika Guru sudah jauh dari kelas, dia suka sekali mengganggu siswa yang menurut dia lemah, selain itu dia ingin menjadi orang yang paling ditakuti. Dia berseru, "Cepat cari bangku lain!! Aku tidak suka ada orang yang duduk di sebelahku!! Cepat!!"

Semua anak di dalam kelas terdiam sambil menyaksikan drama yang dibuat Tom, mereka paling malas jika berurusan dengan Tom dan lebih suka menghindar.

"Berisik!! Lu saja yang pindah!!" timpal Leon santai.

"Apa Lu bilang!!! Lu tidak tahu Gue siapa?" gertak Tom sambil mencekram kerah Leon.

"Ahhh!!!" Aksi Tom mengundang suara pekikan tinggi bagi siswi yang tidak terima. Sementara Qonin masih acuh, Zanqi hanya melirik dalam diam.

Secepat kilat Leon membalik keadaan dengan mencengkeram serta memutar tangan Tom hingga mengerang kesakitan, "Aughhh!!! Lepaskan!!"

"Lu harus bilang maaf, baru Gue lepaskan!! Cepat katakan!!" gertak Leon.

"Berhenti kalian!!" teriak Qonin yang sudah hilang kesabaran, dia sudah saja di hadapan Leon dan Tom.

Disaat bersamaan Guru Fisika datang sambil berteriak, "Kembali duduk di tempat kalian!! Pelajaran akan saya mulai!!"

Leon melihat tajam ke arah Qonin, dia kesal ketika kesenangannya diganggu dan mengingat betul wajah Qonin seraya berkata lirih, "Tunggu saja giliranmu!! Haha!!"

Qonin melotot berlalu dari hadapan Leon menimpalinya dengan bahasa tubuh mengangkat kedua tangan yang diterjemahkan berbunyi 'What ever!!'

Tom yang ketakutan sudah pindah bangku, lalu disebalah Leon duduklah Cika salah satu siswi yang mengagumi Leon dengan jelas.

Lah!! Ngapain Cika duduk dengan si anak baru songong itu?? Batin Qonin tidak habis pikir, kenapa teman baiknya suka dengan tipe Leon yang kasar itu.

Beda dengan batin Zanqi, dia merasa sedikit terancam dengan keberadaan Leon. Padahal dia sudah mulai nyaman ketika Tom sudah tidak berani menatapnya dengan pandangan menghina.

Haduh siapa lagi dia?? Hah!! Semoga saja dia tidak berulah!!!

Jam pelajaran Fisika berlalu sangat cepat, sudah saja digantikan dengan jam pelajaran Kesenian, Leon hanya menguap di sepanjang pelajaran. Dia masuk melalui orang dalam dengan otak pas-pasan.

"Tiriingg!!! Ring!!"

"Hah!! Waktunya istirahat!!" seru Cika yang senang sudah bebas mengamati Leon, dia tidak konsentrasi selama jam pelajaran berlangsung, lalu dia mengajak Leon bicara, "Ayo ke kantin!! Aku tunjukkan tempatnya!!"

Leon langsung berdiri disambut Cika yang sudah bersemangat, tidak sabar untuk jalan ke kantin dengan orang tampan.

"Eits!! Mau kemana, Lu?" kata Leon yang justru tertarik menghadang jalan Qonin, daripada menerima ajakan Cika.

"Apaan sih?" timpal Qonin kesal, dia melihat Cika yang cemberut akibat ajakkannya tidak dihiraukan Leon.

"Hoi!! Leon!! Gimana sih?? Jadi kita ke kantin nggak?" protes Cika.

"Nggak!!!" jawab Leon tanpa menoleh.

"Ihhh!!! Orang kagak jelas!!" gerutu Cika sebal, dia melirik banyak pasang mata memperhatikannya, dia yang malu langsung pergi begitu saja dari ruang kelas.

"Hei!!! Cika tunggu!!" seru Qonin, lalu dia kembali menatap Leon, "Kamu minggir nggak?"

"Nggak!! Minta maaf dulu!!" timpal Leon.

"Hah!!! Kenapa aku harus minta maaf?" protes keras Qonin yang merasa tidak bersalah.

Zanqi hanya memasang telinga, dia yang sudah memegang sumpit, tapi tidak makan-makan lantaran dia tertarik dengan apa yang akan terjadi antara Qonin dan Leon.

Hah!! Dasar cewek sok jadi pahlawan!! Sekarang lihatlah akibatnya!! Gerutu Zanqi kesal ketika Qonin terlibat dalam perseteruan antara Leon dan Tom.

"Lu sudah mengganggu kesenanganku tadi," jawab Leon menatap tajam ke arah Qonin.

Qonin biasa saja, atau mungkin sudah terbiasa dengan pandangan benci dari seseorang, dia menimpali, "Apa kamu bilang?? Berantem seperti tadi bikin kamu senang?? Dasar tidak waras!!!"

Qonin mendorong paksa bahu Leon yang bengong untuk sesaat, dia sudah yakin sudah memasang wajah seseram mungkin. Hah!!! Kenapa dia tidak takut denganku?? Batin Leon.

"Hei!! Cewek sialan tunggu!!" teriak Leon membalikkan badan sambil melihat kepergian Qonin.

Zanqi menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dia sendiri ingin mengeluarkan Qonin dari pikirannya.

Ahhh!!! Kenapa aku harus memikirkan cewek koran itu??? Batin Zanqi.