Chereads / VINCENZO_ELLEANOR / Chapter 2 - Because I hate it.

Chapter 2 - Because I hate it.

Bahkan untuk menoleh pun ketika Buddy menggonggong ia enggan, ia juga tahu jika saat ini anjing peliharaan Vincenzo Squire tengah mengikutinya, meski tak sampai mendekatinya.

Apa telah terjadi sesuatu? Apa anjing itu akan mencengkeramnya? Pikir Elleanor Allmora yang semakin mempercepat langkahnya. Vincenzo Squire tidak akan perduli, meski tubuhnya di cabik cabik oleh seekor anjing, terlebih itu anjing peliharaannya sendiri, bahkan saat melihat ia tenggelam dan nyaris mati di dasar danau pun Vincenzo Squire tak peduli.

Pria kaku, dingin, menyebalkan seperti dirimu mana mau peduli, lagi pula apa yang kau lakukan di sini, bukannya berkurung saja di istanamu.

"Mengapa kau terus mengikutiku?" tanya Elleanor Allmora yang akhirnya membalikkan tubuh setelah mengumpulkan keberanian untuk menghentikan langkahnya. Berbalik ke arah Buddy yang juga ikut berhenti, bahkan langsung duduk di tengah jalan sambil terus mengibaskan ekornya.

"Pulanglah... apa kau akan menggigitku? Aku tak heran jika kau seperti tuanmu." ucap Elleanor Almorra masih berdiri, meski terlihat memundurkan langkah kakinya dengan perlahan saat Buddy kembali berjalan mendekatinya sambil menggonggong.

"Pergi... jika tidak.... " kalimat Elleanor Allmora terhenti saat Buddy tiba tiba duduk di hadapannya sambil menggoyangkan ekornya, sungguh pemandangan yang sangat menggemaskan, hingga membuat gadis itu sangat ingin memeluk hewan berbulu tebal kecoklatan itu.

"Ada apa? Kau nampak senang," tanya Elleanor Allmora yang sangat ingin menyentuh Buddy, namun masih terlihat ragu, sebab ia sangat tahu, jika buddy adalah peliharaan Vincenzo Squire. Seorang pria bertemperamen buruk, psikopat, tak punya hati. Itulah sosok seorang tuan muda Vincenzo Squire di matanya sekarang ini.

"Apa kau lapar? Aku memiliki beberapa biskuit, tapi.. bisakah kau tidak mengikutiku setelah mendapatkan biskuit lezat ini?" tanya Elleanor Allmora mengeluarkan beberapa keping biskuit dari dalam saku bajunya, melipat lutut di atas permukaan rerumputan dan meletakkan beberapa kepingan biskuit tersebut di atas telapak tangannya yang bahkan langsung di makan oleh buddy dengan cepat sambil terus mengibaskan ekornya, sedang Elleanor Allmora hanya tersenyum lebar dengan tingkah Buddy yang memang terlihat lucu dan menggemaskan.

"Look, you seem to like it. Kau bahkan memakannya dengan sangat lahap Buddy, itu namamu kan?" tanya Elleanor Allmora saat mengingat Vincenzo Squire meneriakkan nama Buddy di hadapannya. Teriakkan keras yang nyaris memecahkan gendang telinganya.

Teriakan yang terdengar seperti kemarahan bagi Elleanor Allmora, bahkan sampai saat ini pun, ia masih belum mengerti, mengapa Vincenzo Squire tak menyukainya, mengapa pria itu selalu bersikap dingin padanya, dan hal terburuknya lagi, mengapa pria itu tak menyelamatkan dirinya saat akan tenggelam di dasar danau. Ada beberapa pertanyaan yang selalu timbul di dalam hati Elleanor Almorra selama ini.

Hingga tak mendapatkan jawaban membuat Elleanor Allmora jadi membenci sosok Vincenzo Squire yang saat ini tengah berdiri di balik pohon besar, bersandar dengan tangan bersedekap, sambil mendengar segala ucapan Elleanor Almorra yang tengah mengajak Buddy mengobrol. Diam-diam menyukai suara khas gadis itu, bahkan satu sudut bibir nampak terangkat ke atas.

"Aku tidak tahu alasannya, mengapa tuanmu sangat tidak menyukaiku, tapi... aku harap kita bisa berteman. Maukah kau berteman denganku Buddy?" tanya Elleanor Allmora kembali mengulurkan tangan kearah Buddy yang bahkan langsung menyambutnya dan ikut meletakkan tangan di atas telapak gadis itu.

"Good boy buddy, ini akan menjadi rahasia kecil kita berdua, dan aku harap tuanmu tidak mengetahui ini," ucap Elleanor Allmora yang akhirnya mengusap kedua telinga Buddy yang penuh buku lembut. "Aku membencinya," sambung gadis itu yang membuat jantung Vincenzo Squire berdenyut nyeri.

Mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Elleanor Allmora cukup membuatnya terganggu. Yah tentu saja. Gadis itu akan membencinya setelah apa yang sudah ia lakukan padanya. Bahkan baru beberapa menit lalu ia memberi gadis itu tatapan tajam serta sentakkan. Jadi hal yang wajar jika akhirnya Elleanor Almorra membencinya saat ini.

"Baiklah, karena hari mulai gelap, aku harus pulang Buddy. Aku harap kau tidak mengikutiku lagi," ucap Elleanor Allmora yang kembali mengusap kepala Buddy.

"Kamu sangat lucu, aku akan memberimu biskuit jika kita bertemu lagi, sampai jumpa Buddy, ingat rahasia kecil kita. Oh iya... aku hampir melupakan satu hal, namaku Clementi Nerine. Ethan biasa memanggilku Azurri. " ucap Elleanor Almorra mengedipkan mata sebelum beranjak dan melangkah dengan sedikit tergesa sambil menegok ke atas, menatap matahari yang hampir tenggelam. Ia tidak ingin melewatkan matahari terbenam hari ini. Sedang Vincenzo Squire semakin sesak nafas di balik pohon saat mendengar nama 'Ethan' keluar dari mulut Elleanor Allmora, berbalik menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh dari pandangan matanya.

"Oh Tuhan, Mary dan lainnya pasti sudah menungguku," ucap Elleanor Almorra semakin mempercepat langkah kakinya.

Sejak Allyse tinggal di Villa, Reberta pengasuhnya sudah tidak pernah lagi berkunjung ke rumah pondok. Fokus Reberta terus tertuju ke pada Allyse dan juga Vincenzo Squire. Meskipun demikian, Elleanor Allmora benar benar tidak keberatan. Ia tahu jika Reberta dan Celio harus mengurus Vincenzo Squire sebagai sang pemilik Villa, tanpa menyadari jika keberadaannya sangat di rahasiakan, dan tak boleh di ketahui oleh siapapun, termasuk Allyse.

Dan sejak Reberta meninggalkannya dua minggu lalu, Elleanor Allmora harus bisa mandiri, dia juga selalu belajar untuk melakukan banyak hal agar bisa mengurus dirinya sendiri. Tanpa mengandalkan sang pengasuh dan pengawal, yang memang sudah di siapkan oleh Vincenzo Squire untuknya.

Dengan sedikit berlari saat pondok sudah terlihat, Elleanor Allmora mengangkat rok yang dipakainya agar tak menghalangi jalannya, meraih sebuah wadah berisi air untuk menyirami tanaman, dan menangkap kelinci peliharaannya satu persatu untuk di masukan kedalam kandang. Dan sebelum matahari terbenam, Elleanor Allmora terlihat berjalan menuju danau dan duduk di tepi dermaga sambil memainkan air danau dengan ujung kakinya, kepala mendongak menikmati matahari terbenam seorang diri. Biasanya Ethan Sharos, sahabat satu-satunya sekaligus guru privatenya selalu menemani untuk menikmati matahari tenggelam saat usai belajar bersama. Namun sudah dua hari ini Ethan Sharos tak terlihat, dan hal itu cukup membuat Elleanor Allmora kesepian, sebab sejak Reberta dan Celio tak bersamanya, hanya Ethan lah satu satunya yang selalu menemaninya.

"Aku harap kau bisa menyelesaikan semua urusanmu dengan cepat Ethan, aku kesepian, kau bahkan sudah berjanji akan mengajariku memanah.. " gumam Elleanor Allmora yang masih menatap bola orange yang bergerak turun di atas sana hingga menyisahkan warnah keemasan yang menghias langit yang mula gelap.

Elleanor Allmora menarik nafas panjang. Semua terlihat begitu indah hingga membuatnya selalu tersenyum, seolah menikmati semua yang di lihatnya. Bahkan dengan perlahan mengulurkan tangan ke atas, terlihat sedang menulis sesuatu di udara dengan jari telunjuknya. Semua nampak menyenangkan di mata Vincenzo Squire yang sejak tadi mengawasinya dari balik pohon pinus. Ia bahkan sengaja menyuruh Buddy untuk mengikuti gadis itu, khawatir jika hewan melata seperti ular dan lainnya akan mengganggu perjalannya gadis itu.

"Kau nampak terlihat bahagia, siapa nama yang kau tulis di sana? Apakah itu Ethan? Aku akan membunuhnya jika itu benar." ucap Vincenzo Squire yang terus mengawasi, begitu juga dengan Buddy yang menjadi penurut, sebab sejak tadi hanya duduk di samping Vincenzo Squire. Seolah mengerti jika saat ini mereka tengah mengintai seseorang yang spesial bagi majikannya.

* * * * *

Bersambung...