Malam ini Jonathan sedang menatap langit di atas balkon kamar hotel yang ditempatinya. Dia bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama Jihan kekasihnya. Mereka sudah menjalin hubungan selama 3 tahun lamanya dan selama itu mereka saling menjaga kesetiaan satu sama lain.
Tadinya Jonathan berharap bisa segera menikahi Jihan tetapi ambisi Jihan untuk menjadi pemain piano terbaik di dunia yang membuat mereka terpaksa mengundur pernikahan.
Akhirnya Jonathan memutuskan menikahi Elisa, seorang gadis yang hamil diluar pernikahan. Semua itu dilakukan Jonathan semata-mata untuk menutupi hasil tes yang mengatakan bahwa dirinya mandul. Sebenarnya Jonathan tidak menyangka kalau dirinya memiliki kekurangan seperti itu. Dia yang selama ini sering melakukan hubungan bebas nyatanya mendapatkan hukuman Tuhan yang luar biasa berat.
Jonathan tidak mau namanya tercemar jika sampai kesehatannya diketahui orang lain. Oleh sebab itulah dia merencanakan pernikahan kontrak dengan seorang gadis yang mengandung. Tujuannya hanya menutupi nama baiknya saja.
Sedangkan untuk masa depannya bersama Jihan, Jonathan masih belum menentukan langkah apa yang akan dilakukan. Dia tahu Jihan pasti menginginkan kehadiran anak yang lahir dari rahimnya tetapi jika Jonathan memiliki kekurangan seperti itu apakah Jihan masih mau menerimanya.
"Apa yang terjadi nanti biarlah waktu yang akan menjawabnya," batin Jonathan sedih.
Malam ini langit Singapura nampak begitu cerah. Rasanya Sayang jika melewatkan keindahan malam hanya dengan buaian mimpi.
Entah mengapa selamat dua hari tidak bertemu Elisa, membuat pria itu tiba-tiba merindukan istrinya. Dia rindu bertengkar dengan Elisa. Dia masih ingin mendengar suara teriakan Elisa yang marah.
Jonathan tertawa.
"Kenapa aku justru merindukan kemarahan perempuan itu?" Gumam Jonathan.
"Aku yakin di Indonesia sana, perempuan itu sedang menikmati tidur lelapnya. Dia memang tukang tidur," gumam Jonathan dengan senyuman manisnya.
Tiba-tiba Jihan datang dan duduk di sebelah Jonathan. Gadis itu tersenyum melihat Jonatan yang tertawa sendirian.
"Kenapa kamu belum tidur sayang? Apakah ada hal lucu yang membuatmu tertawa?" Tanya Jihan yang Penasaran.
Jonathan menggelengkan kepala.
"Tidak. Aku hanya teringat sesuatu yang menggelikan secara tiba-tiba. Bukan sesuatu yang serius," kilah Jonathan. Lelaki itu tidak mau sang kekasihnys curiga dengan apa yang ada di dalam pikiran Jonathan.
"Baiklah kalau begitu. Aku tidak akan mencegahmu untuk tertawa. Aku hanya ingin bertanya tentang rencana pernikahan kita," ungkap Jihan.
Deg.
Jonathan terkejut. Dia tidak siap jika harus membicarakan tentang pernikahan bersama Jihan.
"Pernikahan? Maksudmu kita berdua menikah?" Tanya Jonathan terbata. Dia tidak bisa menutupi keterkejutannya.
Jihan menganggukkan kepala dengan mantap.
"Tentu saja pernikahan kita memangnya pernikahan siapa lagi," sahut Jihan dengan mencubit pinggang Jonathan.
"Iya maksudku itu," sahut Jonathan.
"Aku akan mulai membicarakan hal itu dengan kedua orang tuaku. Aku yakin mereka sudah tidak sabar untuk melihat kita menikah," ucap Jihan dengan penuh percaya diri.
Jonathan justru sebaliknya. Dia sama sekali tidak ingin membahas tentang pernikahan. Bukan karena dia tidak mencintai Jihan tetapi dia masih terikat pernikahan kontrak dengan Elisa. Apa jadinya jika sampai Jihan mengetahui tentang pernikahan tersebut. Jonathan tidak mau kehilangan Jihan.
"Aku belum siap membahas itu sayang. Perusahaanku sedang menitik karir dan aku masih ingin fokus di sana. Kamu juga belum lulus S2 bukan, apa tidak sebaiknya kita fokus pada impian kita masing-masing dulu?" Jelas Jonatan untuk menutupi rahasianya.
"Yes i know. Tapi aku hanya ingin memastikan kalau kamu akan menikahiku. Di luar sana banyak sekali gadis yang membicarakan tentang kehebatanmu dan aku tidak suka mendengarnya. Aku benci jika ada orang lain yang mengagumi dirimu. Cukup aku saja yang ada di dekatmu," ungkap Jihan dengan manja.
Jonathan mengerti karakter Jihan yang suka cemburu. Bukankah cemburu itu tanda cinta
Jonathan merasa dicintai ketika bersama dengan Jihan.
"Kamu terlalu cemburuan sayang, tetapi aku suka," rayu Jonathan.
Tiba-tiba Jihan bangkit dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Jonathan.
Perlahan wajah mereka bersentuhan dan bibir Jihan memicu bibir Jonathan dengan penuh cinta. Mereka saling berciuman.
Jonathan bahasa bahagia karena kekasihnya berada di hadapannya.
"Apakah kamu tidak masuk ke dalam? Aku rindu kamu sayang," rayu Jihan sebagai kode supaya Jonathan masuk dan menemaninya tidur.
Jonathan hanya tersenyum. Dia masih belum ingin melakukan hubungan yang lebih dengan Jihan. Setidaknya untuk saat ini dia masih menjaga tubuhnya karena secara hukum dia masih menjadi milik Elisa. Jonathan tidak semudah itu mengingkari janji pernikahan.
"Kamu tidurlah dulu nanti aku menyusul," janji Jonathan kepada Jihan.
Jihan pun berbalik dan berjalan menjauh dari Jonathan. Nampaknya perempuan itu sudah mengantuk.
Jonathan menghilang nafas panjang. Dia merasa bersalah karena sudah menghianati cinta Jihan. Dia berjanji hanya sampai beberapa bulan lagi maka dia menjadi milik Jihan sepenuhnya.
"Tunggulah aku Jihan," batin Jonathan.
Ketika sedang melamun tiba-tiba sekelebat bayangan Elisa muncul di kepala Jonathan.
Lelaki itu terkejut.
"Astaga kenapa tiba-tiba aku memikirkan gadis itu," batin Jonathan bertanya-tanya.
Dia tidak seharusnya memikirkan Elisa ketika ada Jihan disampingnya.
"Bodohnya aku, tidak seharusnya aku memikirkan Elisa di sini," kata Jonathan.
Supaya tidak larut dalam lamunan Jonathan pun mulai memainkan ponselnya. Dia menjelajah sosial media untuk menemukan berita terbaru yang mungkin penting untuknya. Namun sayangnya tidak ada yang menarik. Sampai kemudian tiba-tiba sebuah DM membuatnya terkejut.
"Bryan? Kenapa dia mengirim DM. Emangnya ada urusan apa dia denganku," kata Jonathan di dalam hati.
Lagi itupun membuka pesan yang dikirimkan oleh Brian padanya.
"Sepertinya kamu menikmati kebersamaan dengan kekasihmu di Singapura. Tampaknya kamu bahagia sampai merupakan istri yang sedang mengandung buah cinta kalian," kata Brian dalam pesannya.
"Diam kamu. Jangan pernah ikut campur dalam rumah tangga ku. Kamu hanyalah orang lain," tegas Jonathan.
"Baiklah aku tidak akan ikut campur. Lagipula semakin dekat hubunganmu dengan Jihan maka semakin memperbesar peluangku untuk mendapatkan Elisa. Rasanya aku sudah tidak sabar menunggu perceraian kalian," ancam Bryan.
"Tutup mulutmu! Tidak ada yang akan bercerai. Aku tidak akan membiarkan kamu mendapatkan Elisa," jelas Jonathan dengan penuh amarah. Dia tidak suka sikap Bryan yang to the points pada sasarannya.
Brian tertawa. Baginya sangat lucu ketika melihat Jonathan marah seperti itu.
"Bukannya aneh ketika sudah memiliki istri yang sedang hamil tetapi malah bersenang-senang dengan kekasih simpanan," sahut Brian dengan berani.
Jonathan semakin terbakar amarah.
Ingin rasanya dia bertemu dengan Bryan dan memukuli lelaki itu. Bryan terlalu mudah menyimpulkan sesuatu yang tidak diketahui secara jelas.
"Sudah kubilang untuk tidak ikut campur!" Tegas Jonathan.
"Baiklah aku tidak akan ikut campur. Lagi pula sejak awal sasaranku adalah Elisa. "Semakin cepat kamu bercerai maka itu akan semakin baik untuk semuanya. Pertimbangkan hal itu baik,' kata Jonathan.