Sepanjang hari Beni tidak bisa tenang. Setelah pertemuannya dengan Bryan, sekarang dia hanya bisa mencemaskan tentang Elisa yang sedang berada diantara dua cinta. Keduanya adalah mantan sahabat karib.
"Sekarang apa yang harus kulakukan? Apakah aku perlu melaporkan semua ini pada Jonathan atau memilih untuk bungkam saja?" batin Beni yang sejak tadi sibuk mondar-mandir di apartemennya. Dia bahkan belum makan malam meskipun sudah memesan orderan makanan. Dia tidak berselera sejak mengetahui perasaan Bryan pada Elisa.
"Tadinya ku berharap setelah Elisa bercerai dari Jonathan, aku akan menikahinya demi anak yang dilahirkannya. Anak itu adalah darah daging Jonathan dan aku tidak mau keturunan Jonathan harus menderita. Sekarang kalau Bryan memang menyukai Elisa, aku yakin setelah mengetahui perceraian maka dia akan segera bertindak untuk menikahi Elisa. Elisa tidak mungkin bisa menolak seorang Bryan yang begitu sempurna dan memiliki segalanya," batin Beni yang cemas.
Sejak beberapa jam, Beni hanya sibuk berbicara sendiri. Pemuda itu terkadang nampak menakutkan ketika sedang dalam mode serius seperti sekarang.
Situasinya sungguh aneh karena Beni sedang bersedih dan cemas sementara Jonathan sedang berbahagia bersama kekasihnya di luar negeri. Seperti yang dikatakan oleh Bryan bahwa Beni terlalu banyak mengalah dan tidak seharusnya dia melakukan semua itu.
"Ding Dong," suara bel di apartemen Beni berbunyi. Suara yang cukup nyaring itu nyatanya telah berhasil membuat kaget Beni. Pemuda itu segera membuyarkan lamunanya dan bergegas ke ruang tamu. Sebelumnya di mengintip melalui lubang kecil di pintu untuk mengetahui tamu yang datang.
"Jonathan?" gumam Beni dengan mata membulat. Dia sangat kaget ketika melihat Jonathan berada di apartemennya. Beni langsung membuka pintu dan menyapa Jonathan yang baru tiba dari Korea.
Wajah Beni nampak terkejut ketika melihat sahabatnya sudah tiba di depan apartemennya. Padahal jadwal kepulangan Jonathan masih besok tetapi pemuda itu memang sudah berada di apartemennya.
"Kamu sudah pulang? Kenapa tidak memberikan kabar dulu sih," keluh Beni.
Jonathan sudah berjalan masuk ke dalam apartemen. Dia masih membawa tas tangan dan koper. Entah mengapa Jonathan tidak memulangkan kopernya dulu sebelum datang menemui Jonathan. Beni menduga kalau Elisa bahkan tidak tahu tentang kepulangan Jonathan.
"Aku lelah jadi jangan bertanya yang aneh-aneh dulu. Apakah kamu punya makanan, aku lapar sekali," keluh Jonathan seperti biasanya. Untung saja Beni sudah memesankan makanan meskipun dirinya belum sempat memakannya.
"Ada, aku sudah memesan tetapi belum sempat kumakan," sahut Beni.
Jonathan segera berjalan menuju meja makan dan melihat makanan di atasnya. Dia pun segera menyantap makanan tersebut dengan lahap seolah belum makan untuk waktu yang cukup lama.
"Aku lapar sekali. Makanan ini aku habiskan ya," pamit Jonathan dengan lemah lembut. Beni pun menganggukkan kepala sembari mempersiapkan minuman untuk Jonathan.
"Sebenarnya aku belum pulang ke rumah. Aku masih belum siap bertemu Elisa karena ku tidak bisa berbohong padanya," ungkap Jonathan sambil mengunyah makanan di mulutnya. Dia terlihat sangat lahap.
"Berbohong soal apa maksudmu?" tanya Beni yang penasaran.
Jonathan menatap wajah sahabatnya sembari mengunyah makanan yang penuh di mulutnya. Dia memang selalu nampak bagai anak kecil ketika sedang kelaparan.
"Aku mengatakan kalau sedang urusan bisnis ke luar negeri. Aku yakin Elisa akan curiga dengan kepergianku dan aku tidak ahli dalam menutupi sebuah kebenaran," sahut Jonathan.
Beni hanya bisa mengangguk sembari membayangkan wajah lugu Elisa ketika mendengarkan alasan Jonathan.
"Jo, sebenarnya ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu mengenai Elisa," ungkap Beni lirih. Dia tidak mau membuat Jonathan kaget setelah mengetahui kebenaran yang akan dijelaskan olehnya.
"Apakah dia melakukan kesalahan atau membuat masalah selama aku pergi ke korea?" tanya Jonathan penasaran. Dia bahkan bisa mengesampingkan makanan karena rasa ingin tahunya terhadap sesuatu yang akan dikatakan oleh Beni.
"Bukan seperti itu. Elisa adalah gadis yang baik dan dia tidak sama dengan gadis yang ada di luaran sana," ungkap Beni.
"Sebenarnya aku sudah mengetahui siapa ayah dari bayi yang sedang dikandung oleh Elisa," imbuh Beni yang menatap lekat wajah Jonathan. Jonathan pun langsung memasang wajah serius ketika mengetahui apa yang dikatakan oleh asistennya.
"Jadi, dia sudah mau berbicara padamu tentang ayah dari bayinya? Selama ini dia tidak pernah mau membicarakan hal itu denganku," kata Jonathan. Dia memang sudah beberapa kali menanyakan hal tersebut dan Elisa mengatakan tidak tahu. Kata itu yang selalu diungkapkan oleh Elisa setiap kali Jonathan bertanya tentang kekasihnya yang menjadi ayah bayi di perutnya.
"Sebenarnya dia tidak mau mengatakan apapun karena dia juga tidak tahu siapa ayahnya," ungkap Beni yang sukses membuat Jonathan semakin heran. Beni masih merangkai kalimat supaya tidak menyakiti atau membuat Jonathan terkejut.
"Dia tidak mau mengatakan apapun dan kamu sangat yakin tentang ayah bayinya, bagaimana bisa?" tanya Jonathan yang heran.
"Itu benar, dia tidak mengatakan apapun tetapi aku mengetahuinya secara tidak sengaja ketika mengungkapkan sebuah CCTV di hotel. Disana semuanya terbuka dengan jelas hingga aku nyaris tidak mempercayai penglihatanku sendiri," ungkap Beni.
"Maksudmu?" tanya Jonathan lirih.
Sebenarnya Jonathan tidak peduli siapa ayah kandung dari bayi tersebut karena baginya pernikahan dengan Elisa hanya sebatas kontrak, toh bayi itu akan menjadi milik Elisa setelah dilahirkan. Elisa dan Jonathan akan bercerai dan mereka sepakat untuk berpisah secara baik.
Beni yang berulang kali menghela napas panjang karena bingung menghadapi semua kenyataan di depannya. Dia tidak mungkin menyembunyikan dari Jonathan dan keluarganya. Mereka berhak tahu yang sesungguhnya.
"Sebenarnya ayah dari bayi itu adalah kamu, Jonathan," ungkap Beni yang sukses membuat Jonathan heran. Pasalnya dia tidak bisa memiliki keturunan sesuai hasil pemeriksaan dokter. Namun sekarang, bagaimana ceritanya dia bisa menghamili Elisa tanpa sempat bertemu.
"Jangan bercanda!" tegas Jonathan yang hendak memulai kembali makanannya. Dia begitu santai menanggapi apa yang dikatakan oleh Beni padahal itu adalah sebuah kebenaran yang sesungguhnya.
"Aku serius Jo. Memangnya sejak kapan kamu melihatku berbohong?" tanya Beni.
Jonathan terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali melihat ke arah sahabatnya. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Beni tentang kehamilan Elisa. Dia jelas tidak percaya kalau dirinya adalah ayah dari bayi Elisa. Apalagi mereka tidak saling mengenal sebelumnya.
"Apa maksudmu dengan serius? Aku jelas-jelas tidak pernah bersentuhan dengan Elisa lantas bagaimana dia bisa mengandung anakku?" tegas Jonathan.
"Kenyataannya begitu. Kamu ingat malam ketika kamu mabuk di Bali. Kamu mengatakan ada gadis di kamar hotel itu namun ketika membuka mata ternyata gadis itu tidak ada. sebenarnya gadis itu adalah Elisa, dia salah masuk kamar dan ketika itu kamu menodainya. Dia hamil dan itu semua karena ulahmu," kata Beni dengan penuh ketegasan. Sekarang Jonathan yang terlihat panik dan bingung.