Chereads / Terjerat Pernikahan Kontrak CEO Angkuh / Chapter 22 - Hubungan Rahasia

Chapter 22 - Hubungan Rahasia

Elisa hanya mengangkat bahu acuh saat melihat Jonathan melenggang pergi begitu saja bahkan tanpa mengucap sepatah kata pun. Elisa memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda dan segera melenggang pergi menuju dapur karena memang sejak awal keluar dari dalam kamar niatnya adalah ingin membuat sebuah minuman.

Elisa menengok ke arah kulkas untuk melihat persediaan apa saja yang ada di dalamnya. Dan betapa terkejutnya Elisa saat dia dapati ternyata kulkas itu telah berisi banyak buah, susu dan juga sayur mayur. Tidak lupa dengan telur, selai, roti, sirup, juice kemasan, dan pelangkap makanan yang lain.

Padahal semalam isi kulkas itu hampir saja habis. Elisa benar-benar tidak menyangka jika Jonathan akan mengisinya sebelum pria itu pergi.

Tanpa sadar Elisa mengembangkan senyumnya. Dia tidak menyangka jika Jonathan yang selalu bersikap dingin dan ketus padanya itu ternyata akan bersikap sebaik ini dan memperdulikan dirinya di saat pria itu hendak pergi selama beberapa hari.

Lalu perlahan hati Elisa dipenuhi rasa bersalah saat sekelebat bayangan tentang dirinya yang bersikap acuh pada Jonathan kemarin malam, di mana saat pria itu hendak mengutarakan tentang rencana kepergiannya.

Elisa masih ingat jelas bagaimana raut tercengang dan juga raut kecewa yang Jonathan tunjukkan saat pria itu telah mengutarakan niatnya namun berakhir hanya dia balas dengan ucapan ketus hingga membuat Jonathan akhirnya melenggang pergi begitu saja dengan perasaan kecewa.

Sebenarnya Elisa pun tidak ingin melakukan hal itu. Namun perasaan kesal yang melingkupi benaknya saat Jonathan tiba-tiba menerobos masuk di momentum yang sama sekali tidak tepat benar-benar membuat Elisa berakhir tak bisa sama sekali mengontrol sikapnya.

Elisa hanya menghela napas pasrah ketika benaknya mengingatkan hal itu. Mungkin itulah yang membuat sikap Jonathan begitu acuh dengannya pagi ini.

"Mungkin aku harus mengucapkan permintaan maaf saat nanti Jonathan sudah pulang," gumam Elisa, kemudian dengan gerak gontai mulai memilah buah apa saja yang akan dia gunakan untuk membuat jus.

Setelah selesai dengan kegiatannya di dapur, Elisa segera melenggang pergi untuk kembali menuju kamarnya dan membersihkan diri.

Hari ini Elisa benar-benar tidak tahu harus melakukan kegiatan apa. Yang dia lakukan hanyalah makan, minum, menonton film, serta hal-hal lain yang akhirnya berujung membuat Elisa diliputi rasa bosan. Tidak ada teman berdebat dan berkelahi rupanya begitu memuakkan, karena suasana rumah yang biasanya terasa ramai dan selalu dihiasi dengan tatapan datar nan tajam pun kini terasa sunyi sepi.

Cukup lama berkutat dengan kesendiriannya. Elisa pun akhirnya memilih untuk sejenak keluar apartemen meluangkan penat. Segera Elisa melempar remot kontrol televisi yang berada di atas pangkuannya ke sembarang arah. Lalu gadis itu memasuki kamar untuk mengambil dompet dan berakhir melenggang pergi menuju tempat yang telah dia tetapkan sebelumnya. Taman kota di ujung barat apartemen tempat tinggalnya.

Elisa melangkahkan kakinya dengan begitu bahagia kala tiba di taman bunga tujuannya. Suasana taman yang begitu ramai dengan tawa dan jerit anak-anak kecil itu mampu menghapus rasa bosan di benak Elisa. Meski sesekali pasangan yang sedang memadu kasih begitu mesra juga beberapa kali berhasil memutar balik perasaannya. Antara sedih, iri dan senang kala dirinya melihat pemandangan itu.

Tanpa sadar Elisa mengusap perut buncitnya berharap dirinya bisa merasakan tawa kebahagiaan seperti yang dirasakan oleh gadis yang berdiri tidak jauh dari dirinya tersebut. Gadis yang sedang mendapatkan hadiah berupa bunga mawar merah dan dua bungkus cokelat dengan ukuran cukup besar. Ah, dan jangan lupakan tentang boneka beruang kecil yang masih berada di dalam saku celana bagian belakang pria itu.

"Dia gadis yang sangat beruntung." Elisa bergumam pelan. "Kapan kira-kira aku bisa seperti itu?" imbuhnya dengan tatapan yang telah berubah sendu. Lalu Elisa kembali berusaha mengingatkan dirinya sendiri untuk bersyukur dengan hidupnya yang sekarang.

Setidaknya, meskipun dia dan Jonathan tidak saling cinta dan menjalin hubungan hanya berdasarkan ikatan kontrak, namun kehadiran Jonathan di hidupnya telah menyelamatkan dirinya dari cibiran buruk. Jonathan juga bertanggung jawab dengan dirinya, serta anak yang dikandungnya. Hal itu seharusnya cukup untuk Elisa sekarang.

"Ya, aku tidak boleh terlalu berharap lebih. Semua orang memiliki takdirnya sendiri," gumam Elisa kemudian melanjutkan perjalanan.

Hingga tiba-tiba terdengar suara seseorang berusaha memanggil namanya. Elisa pun menolehkan kepala seraya mengedarkan pandangan. Lalu dia dapati Bryan mulai datang mendekat.

"Aku memanggil dirimu sejak tadi, tetapi kamu malah terus saja berjalan," ucap Bryan setelah berhasil mendekati Elisa, tampak pria itu mulai kembali mengatur napasnya.

"Maaf, aku tidak mendengarnya tadi," terang Elisa tak bohong

"Kamu melamun?"

"Em? Ah, tidak juga. Hanya saja aku tidak terlalu memperhatikan teriakan itu. Lagi pula aku pikir mungkin seruan itu ditujukan untuk orang lain. Siapa juga yang akan mencariku?" Elisa terkekeh pelan. Namun sesaat kemudian tawa itu sirna saat Elisa mendengarkan jawaban Bryan.

"Aku. Aku mencarimu. Dan aku sangat bahagia bisa bertemu denganmu di sini."

"Mau es krim? Aku membeli dua tadi," tawar Bryan saat mendapati Elisa hanya terdiam, membuat Elisa sontak semakin tertegun di tempatnya.

"Hei, kamu memang suka melamun ya?" ujar Brian saat lagi-lagi mendapati wanita di sampingnya itu kembali terdiam.

"Kamu kenapa di sini sendirian? Mana Jonathan?" tanya Brian mengedarkan pandangannya.

"Dia tidak ikut. Jonathan sedang berada di Singapura sekarang," terang Elisa sembari sesekali menyendok es krim di tangannya.

"Jonathan pergi ke Singapura? Untuk apa?" tanya Brian mengerutkan kening. Sementara Elisa yang mendengar itu hanya mengangkat bahunya acuh.

"Entahlah, mungkin untuk perjalanan bisnis?" ujar wanita itu menebak. Sementara Bryan masih senantiasa mengerutkan kening namun memilih untuk diam.

"Kamu tidak capek berjalan terus seperti ini?" tanya Bryan terus mengiringi langkah Elisa. Pemuda itu heran karena Elisa tetap terlihat bugar meski tengah berbadan dua.

"Tidak. Memangnya kenapa? kamu capek? kita bisa mengambil duduk di sana," papar Elisa menunjuk pada sebuah bangku panjang yang berada di dekat mereka.

"Ah, tidak, aku tidak apa-apa, lagi pula--" sahut Bryan yang tidak berani meneruskan.

"Ayo!" pekik Elisa lalu menggandeng tangan Bryan asal hingga membuat pria itu membulatkan matanya.

Mereka pun menduduki bangku panjang itu seraya mengobrolkan hal-hal ringan dengan diiringi tawa Elisa yang kian membuat Bryan terpesona.

Hingga tak sengaja Bryan yang tengah membuka laman sosial medianya karena ingin menunjukkan sesuatu pada Elisa seketika terkesiap melihat foto awal yang muncul di kolom beranda menunjukkan kebersamaan Jonathan dan Jihan.

"Jadi, selama ini Jonathan diam-diam masih menjalin hubungan dengan Jihan? Apakah itu artinya Jonathan menduakan Elisa?" Benak Brian semakin berkecamuk, namun dengan cepat dia sembunyikan saat Elisa kembali mengeluarkan suaranya.

"Mana, Bri? Katanya kamu ingin menunjukkan foto masa kecilmu?" tanya Elisa dengan wajah polosnya. Bryan merasa tidak tega untuk melukai perasaannya.