Hari ini merupakan hari paling membahagiakan bagi Jonathan karena hendak bertemu dengan sang kekasih. Jadwal penerbangan akan terlaksana sebentar lagi, Jonathan yang sebelumnya telah mempersiapkan semua barang-barang bawaannya ke dalam koper dengan begitu bahagia menarik benda kotak beroda itu keluar dari kamarnya.
Di ruang tengah, Jonathan yang hendak pergi tak sengaja menatap Elisa yang juga baru saja keluar dari kamarnya. Rasa gundah menerpa hati pria itu yang sontak menimang hendak mengucap pamit atau tidak.
Namun, angan yang sekelebat mengingatkan dirinya dengan peristiwa dua hari lalu membuat Jonathan mengurungkan niatnya. Masih tergambar jelas dalam memori Jonathan saat niat baiknya berpamitan justru dibalas tatapan dan ucapan ketus dari Elisa. Meskipun mereka menikah karena kontrak namun dia tetap saja harus menghormati keberadaan Elisa sebagai pasangannya.
Jonathan yang mengingat itu pun dilanda geram. Segera dia menutup pintu kamar dan menguncinya kemudian melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan Elisa yang terdiam mematung di tempatnya.
"Kamu yang sudah membuatku kesal, sekarang kamu rasakan akibat dari sikap genitmu pada lelaki lain," batin Jonathan dengan seringai liciknya.
Jonathan yang telah berhasil melakukan penerbangan segera mengabari kekasihnya jika dia sudah tiba di bandara internasional. Namun, belum sempat pria itu mengirimkan pesan, Jonathan sudah dikejutkan dengan suara seorang wanita yang begitu dia rindukan terlantun merdu di sebelahnya.
Jonathan sontak menolehkan pandangan. Dan betapa terkejutnya dia saat mendapati wanita yang begitu dia rindukan itu ternyata sudah berada tepat di sisinya.
"Jihan? Kenapa kamu menungguku ada di sini?" tanya Jonathan bingung dengan Jihan yang sudah ada di sana.
"Karena kamu spesial," jawab Jihan lalu menyandarkan dirinya begitu saja di atas dada bidang Jonathan.
"Bisa saja." Jonathan yang mendengar itu pun seketika melayangkan senyumnya.
"Mau mencari hotel dahulu?" tawar Jihan pada kekasihnya itu, yang segera dibalas berupa deheman kecil oleh Jonathan.
"Bagaimana kalau satu kamar denganku?" Jihan kembali memberikan penawaran namun Jonathan yang mendengar itu justru sontak membelalakkan matanya.
"Apa maksudmu?"
"Aku memesan double bed," terang Jihan tak ingin membuat Jonathan semakin memikirkan hal buruk. Jonathan yang mendengar itu tampak menimbang, kemudian mengangguk.
"Baiklah, lokasinya tidak jauh dari sini," ujar Jihan, lalu keduanya segera bergegas mencari taxi yang dapat membawa mereka menuju hotel.
"Jadi kita mau ke mana hari ini?" tanya Jonathan setelah tiba di dalam kamar dan telah selesai dengan kegiatan beres-beresnya.
"Hari ini? Tidak besok saja? Kamu pasti capek."
"Tidak. Lagi pula perjalanan hanya dua jam. Tidak ada istilah jetlag untuk itu." Jonathan terkekeh pelan.
"Kamu benar. Bahkan rasanya hanya seperti sedang naik taxi." Jihan yang mendengar pun tertawa riang, membuat Jonathan yang melihatnya seketika tertegun.
"Jadi kita hari ini akan ke mana, hm?" Jonathan melabuhkan pelukannya pada tubuh Jihan membuat gadis itu seketika membeku karena cukup lama mereka tidak menjalin kedekatan intim seperti itu.
"Bagaimana kalau kita ke Universal?" ajak Jihan membuat Jonathan tampak sedikit menimbang.
Sudah lama aku tidak menaiki rollercoaster. Aku juga ingin kembali merasakan Canopy Flyer. Ah, itu pasti akan sangat menyenangkan." Jihan menjelaskan.
Jonathan menilik jam di tangannya. "Boleh juga."
"Kamu serius? Terima kasih, Sayang," seru Jihan begitu bahagia kemudian mendaratkan kecupan lembut pada salah satu pipi Jonathan membuat pria itu kembali terhenyak.
"Sebentar, aku akan membawa baju ganti seandainya pakaianku nanti basah. Kamu bisa mempersiapkan pakaianmu juga, Sayang. Nanti biar kusatukan semuanya di tasku ini."
"Oke, baiklah."
Sesampainya di tempat tujuan, Jihan terlihat begitu bahagia. Mereka pun mulai menaiki banyak wahana yang ada seperti Revenge of the Mummy, Puss In Boots' Giant Journey, Canopy Flyer, Battlestar Galactica si roller coaster duel tertinggi di dunia, dan masih banyak permainan yang lain.
"Ini adalah hari yang sangat menyenangkan," terang Jihan begitu bahagia, sementara Jonathan masih senantiasa terdiam sembari terus berusaha meraup udara sebanyak-banyaknya. Dia bahkan hampir kehilangan jantungnya karena permainan yang hingga saat ini terus dia rutuki itu. Jika saja bukan Jihan yang memintanya tentu saja Jonathan enggan melakukan semua itu.
"Saatnya basah-basahan!" seru Jihan masih dengan hati diliputi perasaan bahagia. Bahkan tanpa menunggu lama gadis itu dengan segera menggandeng tangan Jonathan dan membawa pria itu menuju wahana yang sengaja akan dia rasakan di waktu paling akhir.
Jurassic Park Rapids Adventure, sebuah wahana rakit air yang akan membawa para pengunjungnya untuk mengarungi sungai dengan pemandangan dinosaurus yang berkeliaran. Ah, dan jangan lupakan tentang bagian pengunjung yang akan dibawa naik ke air terjun untuk meluncur kembali ke sungai.
Jonathan dan Jihan pun tertawa riang mendapat tubuh mereka yang telah basah. Segera keduanya meluncur ke area ganti, lalu setelah itu berjalan seraya menikmati ragam pertunjukan yang tersedia di sana. Mulai dari pertunjukan karakter animasi terkenal hingga pertunjukan kembang api.
Di perjalanan pulang, mereka memutuskan untuk mampir di salah satu restoran terkenal tak jauh dari komplek Universal Studio. Keduanya pun memesan aneka hidangan kesukaan dengan sesekali membahas hal-hal ringan.
"Bagaimana dengan Korea? Apa menyenangkan tinggal sendirian di sana?" tanya Jonathan di sela makan mereka. Selama ini Jihan memang menempuh pendidikan S2-nya di korea yang menurutnya lebih bisa menunjang cita-citanya selama ini. Dan mereka sengaja membuat janji temu di Singapura karena sekalian ingin menghabiskan waktu libur berdua.
"Cukup menyenangkan. Penduduknya begitu ramah dan baik. Selama di sana, sesekali aku menghabiskan waktuku untuk melakukan kegiatan freelance, mengisi job music di beberapa cafe yang memang manaungi kegiatan itu. Aku memainkan piano di sana." Dengan begitu riang Jihan menjelaskan aktivitasnya.
"Kamu tidak berubah. Selalu menjadi wanita mandiri." Jonathan memuji, lalu ingatan akan Elisa yang sering membuatnya kesal sontak terlintas dipikiran.
"Lalu bagaimana dengan kuliahmu?"
"Aman." Jihan membentuk sebuah kode melalui jemarinya seolah menandakan jika semua berjalan dengan sempurna.
"Setidaknya aku masih bisa membagi waktu tidurku dengan sekolah, mengerjakan tugas, bermain dan juga bekerja." Jihan mengembangkan senyumnya. Sementara Jonathan yang mendengar itu menatap kekasihnya dengan begitu bangga. Jihan-nya memang tidak pernah berubah. Dia selalu cerdas, pintar, penuh wawasan, ceria, mandiri, dan penuh semangat. Jonathan merasa tidak salah memilih pasangan hidup.
Tetapi, tunggu. Pasangan hidup? Jonathan yang teringat dengan statusnya sekarang sontak mendesah pelan.
"Sayang? kenapa kamu terdiam? kamu melamun?" tanya Jihan saat dirinya balik melayangkan tanya namun gadis itu dapati pria yang duduk di depannya justru hanya terdiam.
"Ah, tidak. Aku tidak apa-apa," jawab Jonathan yang telah kembali di alam sadarnya membuat Jihan seketika mengembangkan senyuman.
"Oh, iya sayang. Satu semester lagi pendidikanku telah selesai." Jihan masih senantiasa mengembangkan senyum. "Setelah itu aku ingin kembali tinggal di Indonesia," terang gadis itu yang sontak membuat Jonathan terhenyak di tempatnya.
"A-- apa? Kamu akan kembali?"
"Hm, iya. Bagaimana? Kamu senang 'kan? Kita tak perlu terpisah dengan jarak yang begitu jauh lagi."