Chapter 16 - Rumah Nenek

Elisa menuruti keingian Jonathan untuk menjenguk neneknya. Dia cukup terkejut karena sang nenek rupanya memiliki rumah yang cukup besar dan suasana yang begitu iasri. Rupanya sang nenek memang menyukai perkebunan seperti yang pernah dikatakan oleh Jonathan.

Setelah sopir menghentikan kendaraan. Elisa langsung turun dan menatap sekeliling untuk menemukan keberadaan nenek Jonathan yang mungkin saja berada di salah satu kebun. Di depan rumah sudah terpampang hamparan tanaman bunga yang beraneka warna. Suasana di halaman rumah besar itu tidak kalah dengan pemandangan yang selalu muncul dalam video klip film india yang biasanya dilakukan di luar negeri. Semua nampak begitu memanjakan mata.

Elisa berjalan menuju teras dan mendapati ukiran yang cukup estetik yang menghiasi dinding dan tiang penyangga rumah. Benar-benar bergaya arsitektur yang cukup artistik dan berseni, gumam Elisa. Gadis itu menekan bel yang berada di depan pintu dan menunggu ada seseorang yang membukakan. Tak kurang dari satu menit, pintu terbuka dan seorang maid berpakaian biru menyapanya dengan ramah.

"Selamat datang! Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya maid tersebut dengan ramah dan menyenangkan. Wajahnya juga tidak berhenti mengulas senyuman sehingga membuat para tamu menjadi nyaman.

"Saya ingin bertemu Nenek. Saya diminta Jonathan untuk datang kemari secara langsung," ungkap Elisa dengan jujur dan sopan.

Sang maid menatap heran ke arah Elisa, seolah dia adalah pelaku sebuah kasus yang perlu diamankan di kepolisian. Elisa merasa tidak nyaman namun dia berusaha tetap tenang lagipula memang benar Jonathan yang memintanya kesana.

"Mari saya antar menemui Nyonya Besar. Saat ini dia ada di halaman samping rumah," jelas sang maid sembari membuka pintu dan mempersilakan Elisa masuk ke dalamnya. Suasana di dalam rumah nenek tidak kalah istimewanya dengan halaman penuh bunga di depan rumah.

"Rumah Nenek benar-benar indah," puji Elisa di dalam hatinya. Perlahan dia menyusuri jalan menuju ke pintu samping yang langsung menghadap ke arah taman yang begitu luas dan sangat terawat.

Maid meminta Elisa menunggu di bangku taman ketika dia bergegas menuju ke lokasi tempat nenak berada. Selama menunggu, Elisa memilih untuk duduk karena tidak mau membuat janinnya bermasalah karena kelelahan yang dilakukannya.

Elisa melihat seorang perempuan tua yang masih nampak cantik dengan senyuman terukir di wajahnya yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Elisa bisa mengetahui kalau perempuan itu pasti neneknya Jonathan karena wajah mereka yang mirip satu sama lainnya.

Elisa langsung berdiri kala jarak diantara keduanya sudah mulai mendekat. Sang maid yang memanggil tadi berjalan di belakang majikannya yang nampak ramah dan baik budinya.

"Selamat siang!" sapa Nenek lebih dulu ketika menatap Elisa yang sungguh cantik dan mempesona. Perempuan tua itu terlihat senang menyambut kedatangan Elisa.

Elisa mengangguk dan berusaha menghormati Nenek. Dia yakin sang nenek akan selalu menyambutnya dengan ramah meskipun bukan itu yang tadi ada di dalam hatinya.

"Kamu siapa dan mana Jonathan? Aku meminta anak nakal itu untuk datang namun dia malah mengirimkan seorang gadis kemari," tanya Nenek sambil menatap wajah Elisa yang menurutnya cantik.

"Saya adalah istrinya. Kami sudah menikah secara resmi hanya saja dia belum menghubungi anggota keluarga yang lainnya," jelas Elisa yang membuat nenek langsung kaget. Nenek hanya bisa membelalakkan matanya karena tidak menyangka sang cucu yang bandel ternyata berani menikah secara diam-diam tanpa memberitahunya.

"Kamu pasti bercanda. Mana mungkin Jonathan berani menikah tanpa meminta ijin keluarga. Selama ini dia tidak pernah mau berurusan dengan pernikahan karena suka bermain-main. Jadi mana mungkin dia bisa berubah secepat itu," sanggah Nenek yang membuat Elisa bingung. Nenek masih memicingkan matanya karena merasa ragu dengan keterangan yang diberikan oleh Elisa.

Elisa menelan salivanya karena panik dan tidak tahu cara menghadapi Nenek Jonathan.

"Saya tidak berbohong, Nenek. Saya memang istrinya Jonathan. Nenek bisa menghubunginya untuk meminta penjelasan," jelas Elisa dengan ketakutan. Dia tidak mau dicap sebagai penipu dan dilaporkan polisi.

"Kamu tidak berbohong? Apakah kamu tidak sedang menipuku?" tanya Nenek untuk memastikan.

Elisa menggelengkan kepalanya sambil menatap wajah Nenek dengan lekat.

"Kalau memang Nenek tidak percaya, saya bisa pergi sekarang juga," tawar Elisa yang hendak berbalik meninggalkan rumah sang nenek.

Elisa hendak pergi namun secara mengejutkan sebuah tangan membuat Elisa terkejut. Seseorang memegang pergelangan tangannya dan membuat Elisa mendongak kaget.

"Bryan?" gumam Elisa yang merasa kaget. Dia tidak menyangka kalau dunia memang sangat kecil sehingga akhinya mempertemukan mereka kembali.

"Hai, akhirnya kita bertemu lagi. Apa kabar?" sapa Bryan pada Elisa dengan lembut. Gadis itu tidak menyangka Bryan berada di rumah Neneknya Jonathan. Bisa dipastikan Jonathan akan kesal sekali.

"Aku baik saja, rasanya tidak menyangka kalau kita masih bisa bertemu di tempat ini," ungkap Elisa dengan jujur. Dia tidak bisa menghentikan senyumannya karena Bryan memang terlihat tampan dan mempesona.

"Apakah kamu juga mengenal gadis ini, Nak?" tanya Nenek penasaran dan menatap wajah Bryan yang nampak berseri-seri. Mereka saling berpandangan dan membuat Elisa kebingungan.

"Tentu saja aku mengenalnya. Dia memang istrinya Jonathan. Jonathan sendiri yang bercerita pada teman-temannya beberapa waktu yang lalu," sahut Bryan yang mengulas senyuman sambil menatap Elisa. Bryan memang menyukai Elisa sejak pertama melihatnya di acara pesta makan malam tempo hari.

"Jadi maksudmu benar kalau anak nakal itu diam-diam menikah tanpa ijin dari keluarga?" cecar Nenek dengan kesal. Bryan menjawab pertanyaan dari nenek dengan sebuah anggukan keluarga dan senyuman yang sangat manis.

"Semua itu benar, Nenek," sahut Bryan yang nampak kagum pada Elisa. Pemuda itu tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang terpampang jelas di wajahnya.

"Dan kalau tidak salah sekarang Elisa sedang mengandung anaknya Jonathan. Benar begitu bukan?" tanya Bryan kepada Elisa yang membuat gadis itu tersipu. Dia tidak menyangka berita tentang kehamilan ternyata sudah sampai dengan cepat. Elisa langsung memegang perutnya yang mulai membesar.

Elisa terpaksa hanya menganggukkan kepalanya karena kesekapakatannya yang telah diajukannya bersama rupanya sulit untuk diterima oleh akal sehat. Mereka sudah menikah secara diam-diam dan sekarang hamil pun sengaja disembunyikan. Sungguh terdengar tidak masuk di akal.

"Aku tinggal di dekat sini, lebih tepatnya aku bertetangga dengan Neneknya Jonathan. Sejak kecil aku sudah mengenal Jonathan dan sedikit banyak sudah memahami karakternya," sahut Bryan. Pemuda itu sangat mempesona dan rasanya Elisa tidak mampu mengalihkan pandangan dari sosoknya yang begitu baik.

"Oh kebetulan sekali," tanggap Elisa.

"Jadi kamu sedang hamil, kenapa tidak bilang. Seharusnya kamu banyak istirahat," kata Nenek yang mempersilakan Elisa duduk di kursi taman. Bryan mengikuti dan duduk di sebelah gadis itu.

"Kehamilanmu sudah berapa bulan?" tanya Nenek yang membelai perut Elisa dengan lembut. Tampak Nenek berseri-seri ketika mengetahui cucunya akan menjadi seorang ayah.

"Hampir tiga bulan," sahut Elisa singkat.

"Jonathan beruntung sekali mempunyai istri yang cantik dan sekarang sudah mau menjadi ayah. Aku jadi iri padanya," kata Bryan dengan pura-pura kesal. Elisa hanya tersenyum menanggapi gurauan tang dilontarkan oleh Bryan. Rasanya menyenangkan bersama dengan Bryan.