"Bapak tidak apa-apa?" tanya Kirana lirih.
Sejak mengajak Kirana keluar dari rumah besar Sultan, Gama terus saja diam. Tatapnya fokus ke depan jalan, tapi pikirannya mengembara entah ke mana. Salah, dia memang selalu salah di mata ayahnya. Bahkan ketika dirinya mencoba mengalah untuk datang ke rumah itu, lelaki tua itu sama sekali tidak menyambutnya.
"Apa saya terlihat baik-baik saja?" sahut Gama dingin.
"Bapak mau makan?" tanya Kirana lagi, yang langsung menyadarkan lelaki itu bahwa Kirana saat ini pasti kelaparan.
Gama membelokkan kemudi ke sebuah restoran terdekat tanpa menyahut pertanyaan Kirana. Seorang pelayan restoran menyambut mereka di depan pintu masuk, serta mengantar keduanya ke sebuah meja yang cukup untuk dua orang.
"Padahal di pesta ultah Pak Sultan tadi banyak makanan loh, Pak. Kalau ki—"
Kirana sontak menghentikan ucapannya ketika mendapat pelototan tajam dari Gama. Sedikit meringis, dia lantas bergerak duduk.