Rasa rindu menyeruak ke dalam hati Kirana ketika kakinya menapak di bumi Yogyakarta, tanah kelahirannya. Dia rindu bapak dan ibu, serta kedua adiknya. Meski tidak berbekal apa pun kecuali pakaian yang melekat di tubuh dan tas yang tersampir pada bahuna, Kirana tak menjadikan itu sebagai masalah.
Keduanya dijemput oleh seorang laki-laki setengah baya yang mengaku dari perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaan Gama. Lelaki dengan sebuah blangkon di kepalanya itu mengenalkan diri bernama Dibyo. Gama dan Kirana diantar langsung menuju kantor perusahaan untuk menemui klien mereka.
"Saya yakin dengan pemasaran yang bagus, produk kami di sini akan berkembang sangat pesat. Sasarannya masih anak muda. Bahkan produk olahan kami bisa didistribusikan ke restoran atau kafe-kafe yang saat ini sedang menjamur," terang Gama ketika pada akhirnya dia selesai mempresentasikan materi kepada kliennya.