Gama menyentak tangan dan menarik sedikit lengan jasnya, menengok jam tangan. Sudah hampir pukul tujuh, tapi Kirana masih saja belum turun. Beberapa kali dia menengok dengan bosan ke atas, dan sudah tiga kali juga dia meneriakkan nama Kirana.
Dia belum berangkat ke rumah ayahnya, tapi emosinya sudah ingin meledak saja gara-gara menunggu perempuan itu dandan.
"Nona Kirana sedang berusaha tampil cantik, Tuan. Kita tunggu sebentar lagi," ucap Sukma yang ikut menunggu juga.
"Mau pake dempul satu kilo pun tidak akan ada yang berubah dari wajahnya. Dia akan tetap menjadi gadis kampung."
Sukma hanya menghela napas, lalu pandangannya ia jatuhkan ke atas. Sudut bibirnya sontak melengkung begitu melihat sosok Kirana muncul dari atas tangga.
"Gadis kampung itu malam ini berubah jadi putri yang sangat cantik."