Antrian panjang di depan sebuah kedai depan sekolah sudah menjadi hal biasa di saksikan di sana. Para siswa memang sangat menyukai makanan di kedai tersebut itu sebabnya mereka rela mengantri lama
"Aku udah lapar banget...." Honey mulai mengeluh pada Helda
"Tunggu bentar lagi tinggal dua orang di depan habis itu giliran kita..." jawab Helda meyakinkan Honey agar tak keluar dari antrian. Walau kesal tapi akhirnya Honey menurut
"Makanan di sini memang yang paling enak, tapi aku paling kesal saat harus mengantri seperti ini...." ucapan Honey tidak lah salah, karena meski rasa masakannya sangat enak mengantri lama terkadang membuat pelanggan kesal dan akhirnya pergi tanpa membeli apapun.
"Giliran kita langsung se...." belum selesai Helda bicara Honey dengan segera memesan apa yang ada di benaknya.
"Tolong pisang keju, chicken pedas, corn dog dan minumnya aku ingin jus alpukat saja.... tolong susunya di tambah yang banyak iya Bi...." mendengar pesanan Honey yang di pintanya membuat Helda kembali mengenali bakat Honey yang baru
"Kamu bisa nyanyi rap.....?" pertanyaan Helda membuat Honey tersenyum dan menepuk pundak temannya itu
"Aku sangat lapar hingga bisa ngerap kayak Eminem...." jawaban Honey tak membuat Helda kaget
"Aku pesen chicken wings dan minumnya jus jeruk aja...." Helda memesan makanan sewajarnya wanita pada umumnya
"Porsi kita benar-benar berbeda...." Honey menyadari perbedaan besar di antara dirinya dan temannya tersebut. Sambil menunggu makanan tiba mereka berdua duduk di sebuah kursi panjang, penantian yang panjang akhirnya terselesaikan. Aroma makanan membuat Helda dan Honey semakin lapar dan langsung memakan pesanan tersebut.
"Kamu suka atau memang rakus?" Helda masih sering merasa kaget saat melihat Honey makan dengan lahap
"Aku rasa kayaknya rakus deh soalnya rasa lapar sering menyerang...." jawab Honey sambil terus makan
"Kamu makan banyak tapi tubuhmu nggak berubah...." Helda merasa iri dengan tubuh Honey yang tetap langsing meski makan banyak.
"Helda kamu tahu kenapa aku tetap kurus meski banyak makan?" Honey meletakan sendoknya dan bertanya dengan wajah serius
"Kenapa?" tanya Helda penasaran
"Saat pagi hari aku minum segelas air putih lalu memakan sepotong roti dan mulai berolahraga. Setelah berolahraga aku mandi lalu sarapan dan pergi ke sekolah untuk belajar, semua mata pelajaran terasa memberatkan pikiran ku. Setelah pelajaran selesai aku pergi ke tempat latihan dan hanya bisa melakukan pemanasan karena di larang ikut latihan. Proses penyembuhan yang lama membuatku harus menahan diri hingga aku mendapat tekanan batin....." mendengar cerita Honey tampak jelas wajah kecewa di tunjukkan Helda
"Harusnya aku tidak bertanya, itu adalah yang kau bicarakan setiap hari...." Helda sudah bosan mendengar keluhan Honey yang tak bisa ikut latihan tapi harus tetap datang ke ruang latihan taekwondo. Dia selalu bilang saat melihat rekan-rekannya latihan rasanya seperti saat lapar tapi tak ada yang memberinya makan dan hanya bisa melihat makanan tersebut.
"Boleh aku menanyakan sesuatu?" Helda menatap Honey dengan wajah yang serius
"Apa?" Honey menghentikan aktifitas makannya
"Kenapa bisa sampe cedera gitu?" wajah Helda tampak penasaran tapi matanya tampak khawatir
"Apa Ibu atau Ayahku menghubungi kamu?" Honey malah balik bertanya karena merasa khawatir Helda adalah mata-mata yang di kirim orang tuanya selain Risman
"Aku bahkan nggak pernah lihat mereka bagaimana bisa mereka menghubungi ku..." Helda berusaha meyakinkan Honey yang menatapnya curiga
"Kamu nggak usah ketemu sama mereka.... karena bisa saja kalian hanya berhubungan lewat telpon..." Honey masih curiga
"Aku tidak pernah....." Helda kembali berusaha meyakinkan Honey
"Kalo nggak mau cerita nggak usah di ceritain deh...." melihat ekspresi wajah Honey yang tak berubah membuat Helda menyerah dan kembali memakan pesanannya
"Aku.... cuman takut Ibu atau Ayah mengetahui kalau aku cedera karena mengalami insiden...." Helda menatap Honey sambil terus makan
"Insiden apa?" tanya Helda penasaran
"Para atlit berpikir aku cedera punggung karena tendangan salah satu lawan ku di tempat latihan. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuatku cedera...." Honey yang telah menyelesaikan makannya perlahan meminum jus yang ada di hadapannya
"Aku... menghentikan perampokan di jalan dan terseret motor..." seketika mulut Helda langsung menganga dia terdiam untuk beberapa saat
"Kamu terseret?" tanya Helda menatap Honey serius
"Iya...." Honey menganggukan kepalanya
"Saat itu aku pulang latihan hari sudah mulai malam sekitar jam setengah sembilan malam. Aku dan para atlit lain memesan makanan saat latihan selesai itu sebabnya kami pulang cukup larut. Aku nyaman pulang malam hari karena lingkungan tempat tinggalku cukup aman. Paling juga para anak muda yang mabuk sambil bermain gitar di pos ronda. Tapi aku tidak memikirkan jalan menuju pulang mungkin saja berbahaya. Saat itu tampaknya hari kurang baik menghampiriku, saat menunggu bus pulang seorang wanita yang ada di sebelahku di todong dengan pisau oleh pria yang tiba-tiba menepi dari motornya. Wanita itu terlihat sangat ketakutan orang-orang di sekitar sana tak ada yang berani menolong karena penodong berjumlah tiga orang. Mereka pria besar dengan membawa senjata dan motor yang tampak sudah di modifikasi. Mereka melarang kami bergerak dan meminta untuk menyerahkan semua yang kami miliki. Aku mencuri kesempatan untuk menarik korban dan menyudutkan para preman itu lalu menghajarnya...." Helda tampak sangat serius mendengarkan cerita Honey
"Kamu memojokan dan menghajar para preman itu?" tanya Helda dengan wajah yang sangat penasaran
"Tentu aja.... aku menedang pisau yang dia pegang hingga jatuh ke gorong-gorong. Aku juga mengambil helm dari motor mereka ku gunakan sebagai tameng dan juga senjata. Tapi siapa sangka saat mereka kabur bukannya mereka memukul ku..... mereka malah naik ke motor dan menarik tanganku hingga aku terseret dan jatuh. Aku mendengar suara rentakan di bahu saat itu aku pikir semua baik-baik saja. Tapi mereka malah menghancurkan karir ku karena telah membuat mereka babak belur dan kehilangan mangsa...." wajah Honey terlihat sedih
"Mereka mungkin menyadari kamu seorang atlit...." ucapan Helda di jawab dengan gelengan kepala dari Honey
"Aku memakai jaket oversize dan masker mereka tidak akan mengenaliku, mereka juga tidak akan tahu aku pria atau wanita. Aku pikir mereka berniat membunuhku malam itu, mereka menarik tubuhku agar tertabrak mobil yang lewat. Tapi mobil-mobil itu berhenti tanpa melukaiku dan aku berhasil melepaskan diri..." Helda menatap serius wajah Honey yang terlihat sedih
"Kamu merasa menyesal karena menyelamatkan wanita itu?" tanya Helda
"Aku tidak tahu...." wajah murung yang jarang terlihat membuat Helda sedikit memahami Honey
"Bila aku tak menyelamatkan wanita itu sepertinya aku akan menyesal, dan mungkin saja bukan hanya wanita itu yang di rampok aku juga pasti kena...." Honey berusaha terlihat baik-baik saja
"Kalau kamu tidak menyesal kenapa bersusah hati dan mengatakan pada semua orang kau terluka karena latihan?" tanya Helda terlihat wajah nya merasa heran
"Karena aku tak mau menarik perhatian orang, mereka akan mulai membicarakan aku dan itu rasanya menyebalkan. Aku suka saat memenangkan pertandingan, tapi aku sangat benci saat di wawancara...." penjelasan Honey mengingatkan Helda pada berita di internet tentang Honey.
"Itu sebabnya banyak artikel tentang mu yang mengatakan kalau kau sangat angkuh hingga tak mau di wawancara setelah menyampaikan pidato...." Honey tersenyum dan menganggukan kepalanya tanda mengiyakan hal tersebut.
"Lalu bagaimana nasib para perampok?" Tanya Helda
"Tentu saja mereka babak belur di hajar warga dan di tangkap polisi, aku juga di introgasi oleh polisi tapi sebagai saksi....." Mendengar jawaban Honey senyum Helda merekah. Pikir Helda, dia merasa senang bisa berteman dengan gadis yang bukan hanya cantik dan berprestasi tapi juga baik hati.
*****************