Suara teriakan semangat sudah terdengar meski hari masih pagi, sekolah yang sudah sepi selama 1 minggu terakhir kembali ramai oleh beberapa orang siswa. Barisan siswa berseragam putih taekwondo tampak sedang berlari mengelilingi lapangan. Mereka sangat bersemangat hingga membuat orang-orang yang lewat kagum pada semangat nya. Dan beberapa ada pula yang menggunjingkan hal yang tidak perlu, merasa dirinya lah yang paling baik di antara yang lain.
"Mereka berlari di pagi hari yang dingin seperti ini? Aku bahkan malas bangun bila bukan karena Risman yang memimpin rapat...." keluhan yang sering terdengar dari banyak orang saat melihat klub taekwondo atau klub olahraga lain berlatih. Bagi beberapa orang mejadi atlit adalah hal yang meyulitkan karena harus bangun pagi dan selalu latihan fisik hingga seluruh badan akan terasa sakit. Mereka beranggapan para atlit itu hanyalah orang-orang yang tidak pintar itu sebabnya mereka mengorbankan tubuhnya tersiksa di bandingkan otak yang bekerja. Klub olahraga terkadang di anggap sebagai lelucon dan klub sains atau osis adalah klub yang sangat penting bagi sekolah. Padahal klub sains sendiri hanya Jeffery yang selalu memenangkan pertandingan. Sedangkan osis juga baru tahun ini banyak yang mendaftar itupun di karena kan ada Risman sebagai bintang di sana.
"Helda.... bukankah ikut klub osis sangat membanggakan, kita bisa membuat banyak kegiatan di sekolah. Kita juga yang selalu bertanggung jawab untuk kegiatan penting. Klub osis itu harus cerdas tidak seperti mereka...." dengan wajah yang sombong gadis itu terus menghina klub taekwondo di hadapan Helda
"Hmmm.... kamu benar di klub osis setiap anggota harus masuk rangking 10 besar di kelas barulah mereka bisa masuk sebagai anggota. Aku cukup kaget saat banyak anggota yang di keluarkan karena nilai mereka turun. Dan mereka mulai menyalahkan nilai mereka turun karena terlalu banyak rapat. Padahal rapat di adakan sebelum kelas di mulai ataupun sepulang sekolah, itu pun tak memakan banyak waktu. Tapi bagaimana mereka bisa pulang sampai larut malam dan mengatakan kepada orang tuanya kalau mereka melakukan rapat osis....." Helda melirik ke arah teman yang berjalan bersamanya itu, wajah tak nyaman mulai terlihat di wajah gadis di samping Helda
"Ada banyak siswa yang masuk 10 besar di klub taekwondo padahal mereka sering pulang malam akibat latihan fisik. Lalu apakah orang-orang taekwondo itu tidak cerdas? Tapi mengapa nilai mereka bisa bagus padahal mereka latihan hampir setiap hari? Tapi aku tak heran mereka itu kan punya kegigihan yang tinggi dan juga sebelum bertanding mereka pasti menyiapkan teknik serta strategi agar tidak kalah. Dan strategi itu harus menggunakan otak yang cerdas agar bisa menang....." senyuman di wajah Helda membuat gadis itu terlihat kesal
"Menurutku orang yang cerdas tak akan perduli pada urusan orang lain, mereka tak akan perduli dengan kejelekan orang lain. Karena orang cerdas akan sibuk belajar serta melakukan kegiatan yang bisa memudahkan dirinya di bandingkan menyusahkan dirinya. Membicarakan orang lain akan membuatmu mengundang musuh. Dan mengundang musuh itu adalah yang menyusahkan diri sendiri. Dan hanya orang bodoh yang akan menyusahkan dirinya sendiri..." mata yang tampak penuh amarah membuat Helda tersenyum dan berlalu, sedangkan gadis itu tampak tak percaya dengan apa yang dia dengar
"Dia sangat sombong.... setiap dia mendengarkan gosip pasti jawabannya selalu menyebalkan..." tiba-tiba gadis lain menghampiri gadis yang di bakar emosi itu
"Lihat aja dia pasti nggak bakalan punya temen, dia sok suci banget pura-pura nggak mau denger keburukan tentang orang lain...." orang-orang terkadang menjadikan keburukan orang lain atau bahkan temannya sendiri untuk menarik perhatian. Dan biasanya orang seperti itu akan berkumpul bersama, bagi mereka tak ada yang baik. Semua orang terlihat salah, bahkan teman satu grupnya sendiri akan mereka bicarakan keburukannya bila orang itu sedang tak bersama mereka.
"Wah.... kamu sadis banget sih...." Helda menoleh pada orang yang menepuk bahunya
"Bapak pejabat apa kabar?" Helda tak memperdulikan pertanyaan sebelumnya dan hanya menyapa orang itu
"Jelas aku baik dong...." jawaban orang itu langsung membuat Helda tertawa kecil
"Aku lupa kalau kamu punya banyak kenalan kakak cantik itu sebabnya kamu sangat ceria seperti ini...." Helda melirik orang yang terllihat sangat ceria menyambut pagi
"Itu menjadi salah satu alasan aku baik, tapi yang membuat aku sangat baik adalah bisa ketemu sama kamu dan teman-teman yang lainnya...." jawaban itu hanya di balas dengan anggukan kepala oleh Helda
"Kenapa reaksi kamu kayak gitu sih? Nggak seru banget deh...." Helda langsung berbalik ke arah orang itu sambil menepuk bahunya
"Risman... kamu itu di rumah sangat di perhatikan oleh keluargamu, sebaiknya kamu tidak usah terlalu mencari perhatian di sini...." mendengar itu Risman langsung menepuk bahu Helda
"Aku suka di perhatikan banyak orang...." jawaban itu sudah Helda duga sehingga dia hanya menghela nafas panjang dan terus berjalan
"Helda.... bareng dong jalannya...." Risman berusaha mengejar langkah Helda yang berjalan cepat. Karena Risman berhasil menyamainya Helda langsung berlari kencang tapi Risman juga ikut berlari mengejarnya. Balap lari berakhir saat mereka tiba di ruang rapat yang masih sepi.
"Keliatannya.... kita datang... kepagian..." dengan suara yang terengah-engah Risman duduk di bangku di susul Helda yang duduk di samping Risman. Meski mereka sudah jelas kelelahan tapi kaki mereka masih saling menendang kecil.
"Sebaiknya..... kita damai aja...." Helda mulai memberi tanda menyerah dan Risman yang sudah lelah menuruti keinginan temannya tersebut. Rasa lelah mulai hilang dan nafas pun sudah kembali normal Risman mulai mengeluarkan laptop di tasnya. Dia kemudian memeriksa bahan presentasinya sambil menghafalkan apa saja yang menjadi point utama di sana.
"Kalau kamu serius kayak gini, terlihat jelas kalau kamu ingin mencalonkan diri jadi ketua osis...." Helda melipat tangannya sambil memicingkan matanya
"Aku sangat percaya diri dengan posisi itu...." sambil tersenyum lebar Risman membenarkan apa yang Helda duga
"Wah.... dasar tukang cari perhatian...." Helda menggelengkan kepalanya merasa heran dengan temannya yang sangat haus perhatian.
"Tadi kenapa kamu sadis banget sih sama cewek-cewek osis itu, kita kan satu klub kalau kamu sampe di benci gimana coba?" Risman mengingat saat tadi dia melihat Helda bersikap sadis pada anggota lain
"Aku udah biasa di benci nggak jelas, lagian emangnya aku salah kalau bilang tentang fakta. Mereka itu kan yang sedang di pertimbangkan sama para senior buat tetep di sini atau keluar?" Risman menganggukan kepalanya tanda membenarkan ucapan Helda
"Mereka memang sedang di pertimbangkan karena kebohongannya terhadap orangtua. Tapi mereka pikir alasan mereka di keluarkan itu karena nilai mereka yang turun...."
"Nilai mereka memang turun...." di tengah obrolan Risman dan Helda terdengar suara yang tak asing bagi kedua orang itu
"Kak Soni.... udah dateng...." Risman dan Helda langsung tersenyum saat melihat pemuda itu datang
"Nilai yang di maksud bukan cuman nilai akademis tapi juga nilai perilaku sehari-hari. Para gadis yang di keluarkan selalu berbohong pada orangtuanya tentang osis. Mereka selalu meminta uang tambahan dengan alasan kalau klub osis membutuhkan dana. Lalu mereka juga berbohong soal klub osis yang sering pulang larut. Kebohongan yang terus berkembang membuat nilai mereka begitu rendah di klub ini. Itu sebabnya aku memutuskan mengeluarkan mereka. Lagi pula kerjaan mereka cuma ngegosip aja...." senyum langsung terpancar di wajah Helda yang merasa pemikirannya terwakilkan oleh Kak Soni
"Risman.... aku rasa kamu masih sangat jauh dengan kata layak untuk menjadi ketua osis...." Helda memicingkan matanya pada Risman
"Aku juga bakalan bijaksana pada waktunya...." jawab Risman tak terima dengan ucapan Helda, sedangkan Kak Soni hanya tertawa kecil memperhatikan kedua adik kelasnya yang bertengkar bagaikan kucing dan tikus.
*****************