Sebuah kartu nama yang Honey terus pandangi membuat ibunya datang menghampirinya.
"Ibu lihat kamu kayak yang lagi bingung, apa ada sesuatu yang terjadi? Apa itu berhubungan dengan kartu nama yang ada di tangan mu?" pertanyaan ibunya membuat gadis itu menghela nafas panjang
"Ibu.... kalau aku punya 2 profesi apakah ibu akan mengizinkannya?" mata Honey terlihat sangat serius saat menanyakan hal itu
"Kamu memang mempunyai 2 profesi bukan? Kamu seoarang atlit taekwondo dan juga seorang pelajar. Ibu masih teringat saat kamu menendang lawanmu hingga terpental...."
"Ibu.... aku serius...." mendengar rengekan putrinya membuat Ibu muda itu tertawa
"Emang kamu mau jadi apa lagi sekarang?" kali ini Ibunya tampak mendengarkan tanpa bercanda, Honey menyerahkan kartu nama Liana pada Ibunya. Saat Ibunya membaca kartu nama itu ekspresi wajahnya langsung kaget, dia langsung menganga
"Kamu.... di tawari jadi model....?" Honey menganggukan kepalanya
"Tentu saja itu boleh.... kamu bisa menjadi model pakaian olahraga terkenal dan juga kamu bisa membintangi iklan bila masuk agency ini...." semangat terlihat jelas di wajah Ibunya yang sudah membayangkan banyak hal
"Lalu pelajaranku....?" pertanyaan itu langsung membangunkan bayangan Ibunya. Dia langsung terlihat berpikir keras tentang masa depan putri nya itu
"Masalah utamanya prestasi di klub taekwondo tidak boleh turun sementara pelajaran sekolah juga harus di kejar, bila menjadi model apakah bisa tetap beristirahat cukup.....? Tapi menjadi model adalah jalan yang cerah untuk masa depannya...." gumaman Ibunya yang bahkan bisa Honey dengar
"Jadi intinya Ibu membolehkan aku bekerja sebagai model asalkan nilaiku tidak turun dan tetap istirahat cukup?" Honey kembali membangunkan lamunan Ibunya
"Iya bisa di bilang gitu, menjadi model majalah dan iklan adalah hal yang baik apalagi dengan prestasimu di klub taekwondo orang-orang akan langsung mengenalimu. Tapi pendidikan juga penting untuk kamu, belum lagi istirahat yang cukup adalah hal yang tak boleh kamu lupakan...." wajah penuh semangat itu sekarang berubah menjadi terlihat khawatir
"Ibu.... aku ini bukan dirimu yang bisa mengerjakan banyak hal dengan sempurna...." Honey menatap Ibunya dengan wajah yang sedih
"Nilai pelajaranku naik karena cedera yang aku alami jadi waktuku hanya di habiskan untuk belajar. Begitu juga saat aku di klub taekwondo karena aku menghabiskan banyak waktu untuk latihan hasilnya aku bisa memenangkan berbagai pertandingan. Tidak pernah dalam hidupku keduanya berjalan lancar, aku tidak bisa mengerjakan keduanya secara bersamaan...." Honey menatap ke arah rak mendali dan piala yang di menangkan oleh kedua orangtuanya. Semua penghargaan itu bukan hanya dari satu pekerjaan ada banyak hal yang berhasil mereka menangkan.
"Honey.... semua yang ada di sana mengalami banyak proses, dan yang sekarang kamu alami juga adalah suatu proses. Dulu Ibu juga tidak bisa mengerjakan banyak hal secara bersamaan. Tapi pengalaman membuat Ibu belajar dan bisa mengerjakan semua itu berbarengan. Seperti sekarang Ibu tetap bekerja meniti karir, menjadi istri dan Ibu, lalu mengerjakan hobi. Semua itu bisa Ibu kerjakan karena pengalaman, dan Ibu yakin kamu juga pasti bisa....." sambil menunjuk ke arah rak yang di penuhi mendali Ibunya berusaha memenangkan hati putrinya. Tapi Honey masih saja tak percaya diri meski sudah mendapat dukungan dari Ibunya, gadis itu hanya menghela nafas panjang.
"Ibu ingat saat kamu liburan kemarin, kamu berlatih taekwondo tapi kamu juga belajar memasak. Dan yang menakjubkan masakan kamu enak meski kamu membuatnya cukup lama. Bahasa Inggrismu juga sudah lebih baik bukan?" pujian Ibunya kali ini terlihat mulai berhasil, Honey mulai tersenyum menyadari peningkatan dalam hidupnya
"Kita mungkin memang tidak ahli dalam banyak bidang, tapi kita bisa mencoba dan berusaha agar menjadi lebih baik bagi diri kita sendiri bukan? Kemampuan yang kamu anggap belum jago ini lama-kelamaan kamu akan bisa melakukannya. Asalkan kamu giat menekuninya....." Belaian tangan Ibunya membuat Honey tersenyum cerah
"Aku ingin mencobanya Bu...."
"Mencoba jadi model?" tanya Ibunya
"Hmmm..... seperti yang Ibu bilang aku sudah mulai pandai dalam bahasa inggris dan juga memasak. Sebenarnya aku juga sudah membuat jadwal latihan dan belajar agar aku tidak fokus hanya satu pekerjaan. Aku juga ingin seperti Ibu dan Ayah yang sering memplaning apa saja yang akan kalian kerjakan setelah bangun tidur....." Honey tampak percaya diri saat mengatakan keinginannya
"Bagus deh kalo kamu udah mulai dengerin nasihat Ibu dan Ayah...." Ibunya tersenyum mengingat saat mereka memberi saran pada Honey agar membuat jadwal harian dia malah berdalih dan membuat banyak alasan. Siapa sangka sekarang tanpa di suruh dia menyadari pentingnya membuat jadwal harian bila dia ingin hidup teratur dan mengerjakan apa yang ingin dia kuasai.
"Kamu akan memberitahukan padanya hari ini?" Ibunya melirik ke kartu nama Liana
"Sebaiknya aku menunggu sampai dia menelpon duluan agar aku bisa membuat kesepakatan yang tak merugikanku kelak...." jawaban Honey membuat Ibunya terkesan
"Keliatannya kamu membuat rencana yang matang, bisa katakan pada Ibu apa rencana kamu?" wajah yang penasaran tergambar jelas pada Ibunya Honey yang langsung merangkul putrinya tersebut
"Tentu saja aku akan memberitahukan rencanaku pada Ibu, karena Ibu kan wali yang akan menandatangani kontrak...." saking senangnya Ibu Honey sampai lupa kalau anak gadisnya itu masih di bawah umur dan masih dalam pengawasannya
"Ibu lupa.... kamu itu masih anak kecil.... karena kamu selalu bersikap sangat dewasa membuat Ibu melupakan usiamu...." mendengar pujian Ibunya tampak Honey memicingkan matanya
"Ibu lupa kalau aku masih kecil? Apa aku sudah terlihat tua di mata Ibu...." tawa langsung terdengar saat Honey mulai kesal pada Ibunya
"Bukan gitu.... maksud Ibu.... kamu itu udah hampir nggak pernah minta bantuan apapun. Jadi terkadang Ibu pikir anak gadis ku sudah dewasa dia sudah tak memerlukan aku lagi...." ucapan Ibunya membuat Honey terlihat sedih, dia mengingat kembali saat dirinya sering meninggalkan pesan singkat pada Ibunya tanpa persetujuan orangtuanya dulu. Seperti saat akan bertanding ke luar kota Honey hanya mengirimi mereka pesan dan mengatakan sudah berangkat tanpa sepengetahuan orangtuanya terlebih dahulu.
"Maaf iya Bu.... dulu aku egois, aku pikir kalian pasti akan langsung setuju jadi tanpa memberitahukan apapun aku memutuskan segalanya sendiri. Padahal Pak Tono sudah sering mengingatkan dan memarahi ku, tapi aku saja yang bandel tak menurut...." wajah menyesal Honey langsung di usap oleh kedua tangan Ibunya dengan lembut
"Yang penting.... sekarang kamu udah paham kalau memberi kabar itu wajib hukumnya. Dan juga mempertimbangkan keadaan orang sekitar juga adalah hal yang penting. Jangan sampai keputusan yang kamu buat ternyata merugikan atau membuat orang lain jadi khawatir karenanya..." senyuman langsung terpancar di wajah Honey setelah mendengar ucapan Ibunya yang lemah lembut. Honey memeluk tubuh Ibunya dengan erat
"Ternyata mengalami cedera malah membuat aku sadar tentang banyak hal, aku sangat berterimakasih pada Kak Liana...." pikir Honey, malam hari yang biasanya dia habiskan dengan menempelkan koyo di sekujur badannya kini dia habiskan dengan menulis jadwal harian. Dia merencanakan semuanya dengan matang dan hal apa saja yang di anggapnya penting itu akan di lakukan terlebih dahulu. Kata-kata Jeffery tentang memikirkan orang sekitar ternyata berdampak besar pada Honey. Dia melakukan apa yang Jeffery katakan tanpa dia sadari, terkadang jatuh cinta membuat orang bersikap di luar kebiasaannya. Dan itu tergantung pada orang yang di suka bila orang itu baik maka kebaikan akan menerangi jalannya juga. seperti yang Honey alami saat ini, dia mulai menerima dirinya sendiri dan tak membadingkan dengan orangtuanya. Dia juga mulai perduli pada perasaan orang-orang di sekitarnya, mulai bergaul dengan banyak orang hingga tertawa bersama mereka.
****************