Latihan di minggu pertama terasa sangat melelahkan, itu bukan karena mereka malas. Tapi ternyata latihan mereka di tambah porsinya, tampaknya pelatih sedang mempersiapkan para atlitnya dengan ambisi yang besar. Saat dia memulai metode baru dia juga melihat perkembangan yang di tunjukan para muridnya. Namun, kali ini metode lama kembali di terapkan itu sebabnya para atlit merasa lega. Latihan yang di rasa berat pun berubah menjadi menyenangkan kembali. Honey yang sudah sembuh dari cedera terlihat sangat bersemangat. Walau semangatnya menggebu tidak bisa di pungkiri kalau kemampuannya saat ini sedikit menurun. Wajah Honey pun terkadang menjadi kusut karenanya
"Kamu kesal...." entah sejak kapan pelatihnnya berdiri di sampingnya
"Sedikit...." jawab Honey dengan suara yang terdengar berat
"Anita pasti sudah bisa membaca gerakanmu itu sebabnya kamu kalah darinya. Pikirkanlah bagaimana cara mengalahkannya, pertandingan bukan hanya tentang mengadu kekuatan fisik tapi juga teknik dan insting...." ucapan pelatihnya seakan menyadarkannya, dia mungkin tak bisa membuat lawannya terpental lagi tapi dia bisa menjatuhkan lawannya dengan teknik yang tepat. Setiap orang pasti punya kelemahan, kunci dari mengalahkan lawan menggunakan teknik adalah waktu dan mengenali target.
"Linda....!" Honey memanggil temannya yang sedang beristirahat, mendengar namanya di panggil Linda menoleh dengan malas. Tapi saat melihat pelatih berdiri di samping Honey seketika gadis itu berlari menghampiri
"Bapak manggil saya?" tanya Linda
"Aku yang manggil bukan Pak Tono...." wajah Linda yang tadi di penuhi rasa hormat berubah menjadi terlihat kesal
"Maaf Pak..." Linda menghampiri Honey
"Kenapa manggil?" bisik Linda sedikit kesal
"Ayo kita tanding...." mendengar ajakan Honey tawa Linda langsung terdengar
"Aku sering kalah dan sekarang kamu ingin bertanding denganku?" Linda langsung menolak permintaan Honey
"Bantuin aku dong, please....." Honey berusaha membujuk Linda yang tak mau bertanding dengannya. Tapi rengekan Honey siapa yang tahan, selain ahli bela diri Honey juga ahli dalam membuat orang jengkel padanya hingga membuat orang itu menuruti keinginan Honey.
"Walau kamu istirahat lama tapi aku yakin kamu masih jago...." Linda berusaha meyakinkan Honey agar tidak usah bertanding dengannya
"Kamu sering dapet perunggu dan perak hampir di setiap pertandingan, itu semua karena teknik dan insting yang kamu punya. Kalau kamu berlatih lebih keras lagi aku yakin mendali emas akan berjajar dengan namamu...." Honey terlihat putus asa
"Kenapa kamu yakin aku bisa dapet mendali emas kalau berusaha?" Linda melirik Honey yang terduduk lemas
"Saat kamu bersungguh-sungguh ingin mendapatkan sesuatu.... kamu sangat tekun dan selalu berhasil...." Honey mengingat saat Linda berlatih keras dan akhirnya mendapat mendali perak. Tapi setelahnya dia tak memenangkan apapun, saat di tanya mengapa dia bisa kalah padahal sebelumnya dia sangat hebat. Dan jawaban Linda membuat Honey bingung sampai sekarang
"Aku nggak akan terlalu bersungguh-sungguh lagi karena sudah mendapatkan 3 perak dan 3 perunggu keinginan ku sudah tercapai. Aku tidak suka mendali emas jadi kamu saja yang bawa..." jawaban tak biasa dari Linda membuat pelatihnya menghela nafas panjang dan memilih pergi meninggalkan kedua sahabat itu
"Kamu nggak suka mendali emas?" tanya Honey dengan wajah yang tampak bingung
"Hmmm...." Linda menganggukan kepalanya
"Kenapa?" tanya Honey dengan wajah yang kebingungan, selama 4 tahun dia berteman dengan Linda tak sekalipun Honey penasaran tentang temannya itu. Tapi kali ini jawaban Linda membuat Honey sangat penasaran
"Karena bila mendali emas maka aku akan menjadi pusat perhatian, aku tidak suka terlalu di perhatikan...."
"Bukannya kamu suka di perhatikan?" tanya Honey
"Tentu aku suka di perhatikan oleh pria tampan, tapi aku tak suka di anggap sebagai ancaman oleh pria tampan. Yang selalu membuat orang penasaran adalah juara pertama bukan? Sementara juara kedua dan ketiga biasanya hanya di anggap pelengkap. Dengan strategi ini aku akan tetap berprestasi dan juga tetap di sukai anak-anak tampan...." Wajah ceria Linda membuat Honey menganga
"Aku sudah betahun-tahun berteman dengan mu dan aku masih tidak mengerti apapun tentang mu...." Honey menggelengkan kepalanya dan pergi mencari rekan lain untuk di ajak latihan
"Tentu saja dia tak akan mengerti karena yang dia inginkan hanyalah kemenangan di pertandingan. Dia sama sekali tak ingin menarik di hadapan para pria...." Linda memperhatikan Honey dari belakang sambil mengikutinya, Honey yang mendengar ucapan Linda sama sekali tak terganggu. Gadis itu tidak perduli lagi pada Linda yang membuatnya bingung. Sedangkan pelatihnya yang memperhatikan kedua sahabat itu hanya bisa mengelus dada
"Aku sering mengatakan banyak hal yang bisa membuat jiwa kompetitifnya tumbuh. Dan lihatlah hasilnya, Linda sama sekali tidak perduli...." Pak Tono mengingat bagaimana dia membujuk Linda agar berlatih lebih keras untuk memenangkan pertandingan. Namun, jawaban yang di berikan Linda sama seperti yang dia katakan kepada Honey. Bagi Honey yang tak perduli terhadap pandangan orang lain tentu mendali emas adalah kewajiban. Tapi Linda masih memiliki sisi feminim yang sangat ingin dia jaga. Itu sebabnya mendapat mendali perak di pertandingan baginya sudah cukup. Dia juga banyak menggunakan teknik di bandingkan kekuatan, layaknya seorang wanita pada umumnya. Dia ingin menunjukan meski dia tidak kuat tapi dia cerdik hingga membuat lawan kalah telak. Padahal kenyataannya Honey dan Linda hampir di tingkatan yang sama, tapi bedanya tekad mereka yang berbeda. Setelah berkeliling mencari lawan dan kalah berkali-kali Honey terkapar di atas matras dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Bukan hanya Honey tapi juga beberapa orang lain yang berlatih dengannya.
"Honey.... kamu ingin.... menggunakan teknik...." pertanyaan dari rekannya yang terdengar sangat kelelahan langsung di jawab oleh Honey
"Iya...." jawaban singkat itu membuat rekan-rekannya menoleh ke arah Honey
"Kenapa kamu sangat serakah? Kamu sudah sangat kuat dan sekarang kamu ingin meningkatkan kemampuanmu...." suara lelah lain ikut menimpali
"Aku.... sudah terkena cedera punggung.... jadi aku harus menggunakan otak ku...." jawab Honey sambil terengah-engah
"Kita ini bodoh... kenapa harus gunakan otak... gunakan insting bertarung mu saja...." jawaban jujur dari salah satu rekannya langsung di setujui rekan tim yang lain
"Tapi... pelatih bilang insting akan semakin tajam bila teknik yang kita gunakan tepat...." jawab Honey mulai duduk
"Benarkah? Kalau gitu kita coba lagi nanti.... aku sudah mencapai batas.... jangan ajak aku berlatih lagi hari ini...." para rekan Honey mulai pergi ke ruang ganti dengan lemas, sedangkan Honey kembali terkapar karena malas mengantri. Beberapa murid sedang piket membereskan matras ada juga yang menyapu.
"Kamu nggak mau pulang...?" tanya rekannya sambil membereskan matras
"Kak Seno... gimana rasanya jadi kakak kelas?" tanya Honey mulai berdiri dan membantu seniornya piket
"Rasanya.... tidak ada yang istimewa...." jawaban Kak Seno yang datar membuat Honey menatapnya datar
"Iya... deh aku jawab dengan benar..." Kak Seno tertawa kecil sambil mengangkat matras dan menumpuknya di gudang. Honey yang ingin mendengar cerita seniornya langsung mengikutinya dengan membawa matras lain
"Menurutku semuanya terasa biasa, tapi saat masuk ke ruang latihan dan para junior datang.... aku merasa terancam..." jawaban Kak Seno persis seperti yang Honey pikirkan
"Saat aku melihatmu tadi sepertinya kamu juga mulai mengkhawatirkan itu kan....?" pertanyaan Kak Seno langsung di balas anggukan tanda setuju dari Honey
"Kamu adalah junior yang paling aku takuti...." Kak Seno menatap Honey sambil tersenyum
"Kenapa Kak Seno takut padaku...?" Honey memukul lengan seniornya itu sambil tertawa bersamanya
"Karena kamu paling berbakat...." tawa langsung terhenti begitu pengakuan seniornya yang serius itu keluar
"Aku baru sekali mendapatkan mendali emas dalam hidupku, saat menerima tawaran dari staff timnas rasanya sangat membanggakan. Tapi hanya segitu kemampuanku, aku terus kalah dari yang lain. Kemudian kamu datang dengan semangat yang menakutkan, meski sering di rundung senior sebelumnya kamu terlihat tak perduli dan terus berlatih. Tekadmu itu membuat para senior mu berhenti mengganggu dan mulai serius berlatih. Meski serius berlatih, kamu masih yang paling fokus dan membuat semua orang bangga. Semenakutkan itu lah kamu di mataku, tekadmu untuk menang membuat semua orang di sekitarmu merasa kecil..." Honey mematung menatap seniornya yang sedang tersenyum ke arahnya itu
"Sekarang pun masih takut?" Honey menatap dengan khawatir ke arah seniornya
"Hmmm.... masih takut, karena tekad mu sekarang lebih besar dari sebelumnya. Bahkan pelatihpun tak bisa menghentikanmu...." seniornya itu mengacak-acak rambut Honey dan meninggalkannya yang mematung
"Dia takut padaku tapi tetap bersikap manis...." gumam Honey memikirkan sikap seniornya itu, ada banyak hal yang tak dia pahami dari orang-orang di sekitarnya. Dan itu membuatnya bingung serta ingin lebih mengenal mereka lebih dalam.
*****************