Chereads / Menuju Hatimu / Chapter 24 - Ujian Penentu

Chapter 24 - Ujian Penentu

Ketegangan terlihat dari wajah para siswa, kebanyakan dari mereka berwajah pucat dan mata panda. Namun di antara para siswa yang terlihat lemas tersebut pasti ada saja yang masih sangat ceria. Dia bagaikan matahari di tengah awan hitam

"Wah..... melihat teman-teman sejawat ku bersusah hati membuat aku sedih...." dia merangkul teman sekelasnya yang tampak lelah

"Heran sama Bapak pejabat di tengah ujian gini mukanya masih aja bahagia....." salah satu temannya menatap heran pada orang yang di sebut pejabat tersebut

"Risman.... kamu tuh kapan sih belajarnya? Nilai ujian kamu selalu bagus tapi aku liat kamu akhir-akhir ini santai, kalo dulu saat ujian datang kamu bakal duduk seharian di bangku dan membaca setiap mata pelajaran yang akan di uji...." pertanyaan teman-temannya itu tak dapat dia jawab, tapi Risman hanya tersenyum. Dia sudah berjanji pada Jeffery yang telah mengajarinya kalau dia tak akan mengatakan pada siapapun kalo Jeffery lah yang mengajarkan semua pengetahuan itu.

"Aku selalu belajar hingga larut malam itu sebabnya nilai ujian ku selalu bagus akhir-akhir ini...." jawab Risman sambil tersenyum bangga

"Benarkah? Aku juga sering belajar sampai larut malam tapi.... nilai ujian ku pas-pasan...." mendengar keluhan teman sekelas nya membuat Risman teringat masa lalu. Dia juga pernah mengalami hal yang sama, dia sering belajar sampai larut malam dan tak pernah lupa mencatat. Tapi semua usahanya itu tak membuahkan hasil yang dia inginkan, walau nilai ujiannya pas-pasan ibunya tak pernah marah. Dia malah sering menyemangatinya, tapi Risman tahu meski ibunya tak mengatakan apapun dia pasti sedikit kecewa.

"Aku akan menghafal sekali lagi...." teman-teman sekelasnya mulai membaca buku sebelum ujian di mulai. Risman yang melihat teman-temannya kembali duduk membuat dia juga ikut duduk di bangkunya dan mulai menghafal. Di saat Risman sibuk membaca tiba-tiba terdengar suara teman-temannya yang lain tertawa kecil. Karena penasaran Risman mencari tahu apa yang membuat teman-temannya tertawa. Setelah melihat-lihat barulah Risman sadar kalau yang mereka tertawakan adalah sahabatnya sendiri.

"Dia pasti sangat bekerja keras...." gumam Risman saat melihat Honey yang tertidur di bangkunya. Terdapat kertas yang di tempel di punggung Honey

"Jangan ganggu nyonya panda...." tulisan itu memang tak terlalu lucu

"Honey kamu ngapain tidur di kelas?" Risman mengambil kertas tersebut dan menepuk-nepuk pundak temannya itu. Honey menggeliat dan perlahan duduk dengan benar

"Wahh....!" Risman kaget saat melihat wajah Honey yang terlihhat pucat dengan lingkaran hitam di bawah matanya

"Pantas dia nggak sadar udah di jahili...." gumam Risman saat melihat Honey yang tampak sangat lelah

"Kamu nggak tidur berapa hari sampai keliatan kacau gitu....?" tanya Risman dengan wajah yang tampak kaget, namun Honey tak menjawab matanya setengah tertutup dan terus saja menguap

"Sebelum masuk sekolah tadi kamu mandi nggak?" tanya Risman masih dengan wajah yang kaget

"Aku... udah mandi... bahkan tadi aku udah makan-makanan pedas supaya bisa terjaga tapi kayaknya aku terlalu bekerja keras....." Honey terlihat sangat lelah

"Kamu belajar semalaman?" tanya Risman dengan mulut menganga dia merasa heran melihat Honey yang bekerja keras untuk nilainya

"Aku harus dapat nilai bagus agar bisa tetap menjadi atlit...." jawaban Honey jelas menunjukan kalau dia pasti mendapat tekanan dari para orang tua

"Ibu mu yang bilang begitu?" Risman terlihat mengkhawatirkan temannya karena dia terlihat sangat lunglai

"Ibuku dan pelatih mengatakan agar aku mendapat nilai yang normal dulu baru mereka akan memperbolehkan aku kembali bertanding...." jawaban Honey tampak membuat Risman bingung

"Aku bisa mengerti kalau ibumu yang mengatakan itu, tapi pelatihmu yang mengatakannya.....?" Risman terlihat bingung

"Ibu bilang aku harus bisa memiliki nilai cukup bagus agar di masa depan tidak menyesali apapun. Tapi pelatihku bilang aku harus banyak belajar agar tidak bodoh. Cedera yang ku alami kemarin karena kebodohan dan kecerobohanku sendiri, itu yang dia katakan...." jawaban pelatih yang sangat jujur membuat Risman merinding

"Sekarang aku tahu alasan kamu sering bicara blak-blakan....." Risman berpikir kebiasaan Honey berasal dari pergaulannya di tempat latihan

"Aku mau tidur tapi dia sudah datang...." Honey melihat ke arah lorong yang terlihat seorang guru dengan amplop coklat besar di tangannya datang ke kelas. Risman langsung duduk di bangkunya dan Honey tampak mulai mengatur nafasnya.

"Baik..... para siswa sekalian.... ini pagi yang indah untuk mengakhiri hari ujian bukan?" senyum ceria namun terlihat berkharisma di tunjukan guru cantik yang masuk ke kelas Honey

"Iya.... Bu....." serentak para siswa menjawabnya dengan senyuman cerah

"Bagaimana Bu Rika bisa secantik itu, rasa kantuk yang tadi menyerang langsung hilang...." gumam para siswa yang terpesona oleh wajah rupawan di hadapan mereka. Bahkan Honey yang tadi terlihat seperti mayat hidup perlahan berubah menjadi manusia.

"Karena kalian terlihat ceria, ibu harap kalian semua bisa mendapat nilai bagus. Jadi kalian nggak usah ikut remedial...." para siswa tentu langsung semakin ceria setelah mendengar kata-kata penyemangat yang di ucapkan guru cantik itu

"Siap Bu...." jawab para siswa serentak

"Ibu cape bikin soal mulu jadi kalian harus lulus, ok...!" semangat guru itu sekali lagi membuat para siswa ceria. Setelah di rasa para murid yang mengantuk dan cemas sudah kembali ceria dia membagikan kertas ujiannya. Para siswa pun mulai mengerjakan soal-soal ujian

"Aku memang benar-benar tidak bersahabat dengan matematika...." gumam Honey yang merasa pusing melihat banyaknya angka

"Aku mulai merasa mual...." mendramatisir keadaan adalah salah satu keahlian yang Honey miliki, waktu terus berputar semangat yang tadi menggebu mulai memudar. Soal-soal yang tadi di kira mudah ternyata sangat sulit di kerjakan. Tak sedikit siswa yang akhirnya memilih dengan asal ataupun malah menyerah dan tidur. Guru cantik itu menggelengkan kepalanya dia merasa kalau murid-muridnya lucu.

"Apa yang Honey lakukan hingga dia sangat berkeringat, dia bukan sedang dalam pertandingan taekwondo tapi berkeringat begitu banyak...." gumam guru itu sambil tersenyum melihat ke arah Honey yang gemetaran mengerjakan soal ujian

"Sekarang dia tersenyum.... sepertinya dia bisa menjawab soalnya...." Bu Rika tersenyum, dia kembali melihat-lihat murid lain.

"Dia memang berbeda dari anak-anak yang lain...." melihat Jeffery yang tertidur di jam ujian sama sekali tak membuat guru cantik itu khawatir. Perlahan dia mendekat ke arah Jeffery

"Apa dia manusia? Bagaimana bisa dia mengerjakan semua itu dengan cepat...." Bu Rika terlihat kagum karena lembar jawaban yang sudah terisi semua dan tampaknya jawabannya tepat.

"Tentu saja dia akan mengerjakan ini dengan sempurna...." seketika guru itu teringat prestasi yang Jeffery capai selama di sekolah. Soal yang di kerjakan dengan mudah oleh Jeffery bukan berarti teman-temannya pun bisa mengerjakannya. Mereka yang tidak bisa mengerjakan soal belum tentu mereka tidak belajar. Karena banyak dari mereka yang belajar hingga larut malam, tapi hasilnya saat ini mereka masih terjebak dalam kebingungan. Yang terpenting dalam setiap pelajaran bukan hanya mengulang tapi juga harus mengerti. Bila sudah mengerti maka soal yang sulit pun akan terasa mudah. Berbeda dengan yang hanya mengulang pelajaran, karena bisa jadi soal yang di ulang tak akan muncul di ujian. Itulah yang sering Jeffery gumam kan dan itu juga yang dia katakan pada Risman. Melihat Risman yang mengerjakan ujiannya dengan tenang, jelas dia juga sudah mengerti dengan pertanyaan yang di maksud.

******************