Di tengah ruang latihan yang sepi terlihat seorang gadis sedang di marahi oleh seorang pria. Gadis itu hanya menunduk wajahnya terlihat menyesal sedangkan pria itu tampak sangat marah.
"Kamu mau jadi apa kalo bolos sekolah....! Saat aku bilang kamu nggak bisa ikut pertandingan musim ini, itu bukan berarti kamu malah jadi sesukamu dan membuat masalah. Apa kamu kira karena latihanmu di kurangi kamu bisa keluyuran seharian....! Kamu harusnya fokus sama pelajaran di kelas, anggap saja pelajaran itu pengganti pertandingan...." pria itu membuang muka sambil bertolak pinggang
"Denger iya....! Kalo sekali lagi kamu kabur dari sekolah dan keluyuran nggak jelas.... meski kamu kartu as di tim ini... aku akan memberimu peringatan keras.... mengerti...!" teriakan itu langsung di jawab
"Siap....!" jawab gadis tersebut
"Honey denger iya.... aku sangat marah saat tahu kamu lari dari sekolah, dan aku lebih marah lagi saat tahu kalo kamu nggak kontrol ke rumah sakit. Sudah aku bilang hal yang paling penting di tim ini adalah kesehatan para atlitnya. Jangan buat aku mengulangi kata-kataku, pergilah ke rumah sakit. Kamu harus sembuh bukan...?" amukan pria itu tidak di tunjukan karena dia membenci gadis tersebut. Justru sebaliknya, dia sangat mengkhawatirkan keadaan gadis itu. Saat mengetahui gadis bernama Honey itu kabur dari sekolah pria yang tak lain adalah pelatih taekwondonya langsung khawatir. Seolah belum cukup dengan kabur dari sekolah Honey juga tidak datang ke rumah sakit sebagaimana jadwal seharusnya.
"Maaf Pak.... aku nggak akan ngulang hal yang sama lagi...." wajah Honey terlihat sangat menyesal membuat pelatihnya tak meneruskan amarahnya
"Cepat pulang sana.... jangan keluyuran...." setelah di rasa Honey menyesali perbuatannya pelatih tersebut pergi meninggalkan Honey. Melihat pelatihnya sudah jauh terllihat beberapa orang menghampirinya
"Honey.... kamu nggak tremor kan akibat di marahin habis-habisan gitu...."
"Duduk dulu yuk di pinggir lapangan...." mereka menggandeng Honey dengan wajah yang khawatir. Mereka membawa Honey duduk di bangku yang ada di pinggir lapangan. Perlahan Honey duduk dan mengatur nafasnya
"Aku kira pelatih akan menghajarku tadi....." Honey memegangi dadanya dengan wajah yang pucat
"Wajar kalo kamu mikir gitu, karena kamu salah...."
"Walau ngeselin.... tapi kamu bener Linda, aku salah dengan kabur dari sekolah dan tak melakukan pemeriksaan. Sekarang leher dan punggungku rasanya sakit...." ucapan Honey semakin membuat orang-orang yang ada di sana sedih
"Aku kira pelatih hanya perduli pada mendali saja, tapi setelah aku cedera seperti ini. Aku tahu dia sangat mengkhawatirkan setiap atlitnya.... " sambil menarik nafas panjang Honey bangun dari duduk nya, dia sudah terlihat lebih baik setelah duduk di temani teman-temannya
"Aku harus ke rumah sakit untuk pemeriksaan...." Honey bangkit dari duduk nya dan menenteng tas ransel yang sedari tadi dia gusur ke sana kemari
"Kenapa tas ranselnya gede banget? Tangan kamu nggak sakit bawa itu?" pertanyaan rekan-rekannya membuat Honey tersenyum senang
"Tenang aja buku pelajaran sudah di amankan, yang aku bawa cuman buku tugas aja...." Honey menggoyangkan tasnya yang terlihat lebih ringan setelah dia memberi penjelasan
"Setelah selesai pemeriksaan kasih kabar iya...." Linda masih saja terlihat khawatir, dia tahu betul ambisi Honey adalah menjadi atlit taekwondo kelas dunia. Tapi melihat keadaannya yang sekarang impian Honey perlahan memudar. Itu yang membuat Linda sangat mengkhawatirkan Honey
"Iya... kalian cepet pemanasan para atlit lain udah dateng...." Honey menunjuk ke arah pintu masuk yang mulai di lewati oleh banyak atlit. Beberapa ada yang menyapa Honey tak sedikit juga yang hanya tersenyum ke arah Honey. Melihat keramahan itu Honey hanya melambaikan tangan sambil tersenyum lalu pergi dari sana. Senyuman di wajah itu berusaha dia pertahankan karena meski sudah keluar tempat latihan masih banyak para siswa yang berada di lorong. Mereka tampak bersiap untuk mengikuti ekskul masing-masing
"Kamu mau ke rumah sakit?" pertanyaan itu di barengi dengan tas nya yang di ambil
"Kebiasaan kamu itu suka nyuri tas orang iya Jeff?" tawa kecil menghiasi awal percakapan mereka
"Aku kasian aja liat yang lagi sakit malah bawa tas segede gini...." pencuri tas yang tak lain adalah Jeffery itu menggoyangkan ransel Honey dan menentengnya di pundak
"Makasih atas perhatiannya...." Honey membungkukan badannya dan di balas dengan tangan Jeffery yang mengelus kepala Honey layaknya mengelus kepala hewan peliharaan
"Sama-sama...." mendapat perlakuan itu Honey menepis tangan Jeffery dan memelototinya. Namun Jeffery malah tertawa melihat Honey yang marah
"Kamu naik apa buat pergi ke rumah sakit...?" tanya Jeffery
"Tadinya mau naik burraq tapi takut nggak di anterin pulang...." jawaban Honey kembali membuat kedua remaja itu tertawa
"Aku anterin gimana? Soalnya aku juga mau pergi ke rumah sakit yang sama dengan kamu...." wajah Honey kaget mendengar Jeffery akan mengantarnya pergi ke rumah sakit
"Ada kenalan kamu yang sakit?" tanya Honey yang penasaran dengan alasan Jeffery kesana
"Iya... bisa di bilang gitu..." jawab Jeffery santai
"Siapa?" tanya Honey
"Ayah aku...." jawab Jeffery santai sambil terus berjalan, mendengar nama ayahnya di sebut tapi sikap Jeffery tampak santai membuat Honey menganga langkahnya seketika terhenti
"Anak itu udah sakit, ayahnya masuk rumah sakit dia malah santai gitu..." gumam Honey sambil melihat Jeffery yang menenteng dua ransel di punggungnya
"Kamu ngapain bengong? Ayo cepet nanti keburu macet...." seru Jeffery menoleh ke arah Honey yang terdiam memperhatikannya. Langkah Jeffery yang cepat membuat mereka tiba di parkiran dengan singkat.
"Kamu masih bengong aja? Mikirin apa sih? Jangan terlalu khawatir, kamu pasti akan segera sembuh....."Jeffery memasangkan helm di kepala Honey sambil terus berbicara
"Aku mikirin kamu...." jawab Honey dengan wajah yang polos
"Kenapa malah mikirin aku....?" jawab Jeffery sambil memasang helm di kepalanya
"Kamu harus pergi ke psikiater deh, soalnya kamu mulai nggak punya hati...." jawab Honey yang mengingat ekspresi Jeffery tadi saat mengatakan ayahnya masuk rumah sakit
"Aku kan emang nggak punya hati dan lagi aku emang udah sering ke psikiater, hampir tiap hari malahan...." jawaban Jeffery itu membuat Honey kaget hingga menutup mulutnya yang tercengang oleh jawaban Jeffery
"Kamu pergi ke psikiater?" tanya Honey sambil berbisik
"Iya..." jawab Jeffery ikut berbisik
"Kamu konsultasinya udah sejak kapan?" Honey terus berbisik
"Sejak aku SD..." jawaban Jeffery semakin membuat Honey tercengang
"Kamu pergi sendirian ke sana?" mengingat orang tua Jeffery yang sibuk Honey berpikiran kalau temannya itu mengalami kesulitan saat pergi ke psikiater. Namun Jeffery tampak menahan tawa setiap mendengar pertanyaan Honey
"Iya..."
"Jeff, kamu nggak takut pergi sendiri?"
"Nggak lah.... soalnya psikiater aku ada di pinggir rumah...." jawaban Jeffery menyadarkan Honey kalau psikiater yang di maksud Jeffery adalah ibunya.
"Wah.... kamu... sumpah ngeselin banget..." Honey terlihat kesal dan meninju serta menendang angin, tingkah Honey itu membuat Jeffery tertawa lepas
"Ayo cepet naik... kita harus pergi ke rumah sakit bukan?" sambil terus tertawa Jeffery mulai menyalakan motornya. Dan Honey yang masih kesal berusaha menenangkan diri, dia merasa telah di permainkan oleh Jeffery
"Aku malas naik angkutan umum, jadi harus sabar...." gumam Honey sambil bertolak pinggang
"Cepet... jangan bengong...." Jeffery masih saja tertawa, walau Honey kesal dia akhirnya tetap pergi di bonceng oleh Jeffery. Perjalanan ke rumah sakit bagaikan perjalanan wisata karena terus di warnai oleh tawa. Panasnya jalanan dan baunya asap kendaraan tak membuat tawa mereka terhenti.
************