Chereads / Menuju Hatimu / Chapter 19 - Keyakinan

Chapter 19 - Keyakinan

Wajah yang tampak marah dan juga penuh rasa penasaran terlihat dari ke dua orang di hadapan Honey. Melihat mata mereka yang hendak menerkamnya nyali Honey mendadak ciut.

"Kalian berdua bisa tenang sedikit nggak? Risman.... jangan liatin aku kayak gitu.... kamu juga Helda.... jangan marah-marah gitu...." bujuk rayu itu tak mempan, mereka masih saja menatap tajam ke arah Honey.

"Kemarin kamu dari mana? " pertanyaan itu langsung membuat Honey tersenyum kaku, dia pura-pura membuka buku

"Kemarin kita belajar apa?" Honey menoleh ke teman yang ada di bangku belakang

"Kemarin cuman nyatet nggak ada ujian atau tugas kok...."

"Kalo gitu aku pinjem bukunya boleh?"

"Boleh...." setelah mendapatkan buku catatan Honey tersenyum dan berterima kasih. Semyuman Honey harus hilang saat melihat Risman dan Helda yang masih menatapnya tajam

"Kamu nggak akan jawab pertanyaan aku?" mata yang terlihat marah itu berubah menjadi khawatir

"Aku nelponin kamu seharian tapi kamu nggak angkat...." Honey menundukan kepalanya karena merasa bersalah

"Aku juga dateng ke rumah kamu tapi nggak ada siapa-siapa di rumah...." Honey menatap Risman yang sampai datang ke rumahnya karena merasa khawatir

"Kita udah denger dari Linda kalo kamu nggak boleh ikut bertanding tahun ini, selain cedera tangan ternyata punggung kamu juga bermasalah bukan?" Honey menatap sedih ke arah teman-temannya

"Awal nya kita nebak aja karena kamu sering pegangi punggung dan leher lalu terlihat menyeringai menahan sakit. Padahal yang cedera itu tangan tapi kamu malah sering pegang punggung. Kecurigaan kita terbukti setelah bertanya sama pelatih kamu. Dia bilang selain cedera tangan kamu juga cedera punggung, meski kamu terlihat biasa saja tapi tahun ini kamu harus istirahat...." Honey langsung menangis setelah mendengar semua rahasia nya telah di ketahui oleh para sahabatnya itu

"Aku harus gimana....? Aku nggak punya kemapuan lain.... yang aku bisa cuman maen taekwondo...." Helda langsung memeluk temannya itu, suasana gaduh berubah menjadi tenang. Rasa saling menghargai di kelas itu sangat tinggi perlahan anak-anak di kelas keluar dan menunggu tangisan Honey reda.

"Aku sudah mendengar dari banyak atlit yang pernah cedera punggung, walau mereka sudah pulih total dan beristirahat cukup.... kemampuan mereka hilang.... mereka tak bisa seperti dulu.... hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pensiun.... pelatih sangat yakin aku bisa kembali seperti sedia kala setelah beristirahat selama musim ini. Tapi aku tidak yakin.... dan ingin mengakhirinya saja di musim ini. Aku tak ingin kecewa atau mengecewakan siapapun...." tangisan Honey membuat orang-orang yang mendengar nya ikut sedih. Bahkan wali kelasnya yang sudah ada di luar kelas tak marah melihat murid-muridnya diam di luar. Guru itu malah ikut berdiri diam di luar kelas, terlihat beberapa murid ada yang ikut menangis. Mereka turut merasakan sakit yang Honey sembunyikan selama beberapa hari terakhir. Padahal saat Honey tak ikut latihan karena cedera, dia terlihat sangat ceria. Siapa duga ternyata dia sedang menyembunyikan luka

"Ketika mimpi di pertaruhkan dan kepercayaan malah membuatnya menjadi beban, rasanya sangat sakit bahkan untuk bernafas sekalipun....." gumam wali kelas Honey yang tampak paham betul perasaan Honey.

"Tapi rasa sakitnya akan bertambah bila dia menyia-nyiakan kepercayaan itu..." tatapan sedih guru itu berubah menjadi tatapan yang penuh tekad.

"Apa salahnya bila Pak Tono yakin kalo kamu bisa sembuh dan kembali membawa pulang mendali emas?" perlahan Honey, Helda dan Risman menatap kedatangan gurunya yang tersenyum ramah. Sambil terisak Honey menghapus air matanya

"Honey.... Pak Tono pasti mengerti perasaan kamu saat ini, dan dia juga yakin dengan kemampuan kamu. Lalu kenapa kamu malah nggak percaya sama keyakinan itu...." senyuman manis dan harapan dari gurunya sama sekali tak menghibur, Honey masih terlihat sedih.

"Anggap saja sebagai taruhan...." mendengar ucapan itu terlihat semua orang menoleh ke arah asal suara tersebut. Dengan senyuman nya yang menyebalkan orang tersebut menghampiri Honey sambil memberinya sebungkus tisue. Menyadari wajahnya sedang kacau Honey mengambil beberapa lembar tisue dan mengusap wajahnya. Dia berusaha bersikap tenang setelah mengusap air matanya itu

"Aku denger cedera tulang belakang bisa sembuh dalam waktu 1 sampai 6 bulan tergantung tingkat keparahannya. Melihat leher kamu yang tanpa penyangga sepertinya itu akan segera sembuh. Tapi karena kamu atlit, cedera ini bisa kambuh lagi bukan...." bukannya terhibur Honey malah kesal saat mendengar ocehan orang itu

"Kemarin itu seharusnya kamu pergi ke dokter lagi bukan? Untuk memeriksakan punggung mu itu...." Honey terlihat kaget saat mendengar orang itu mengetahui jadwal nya

"Jeffery kok kamu tahu sih?" tanya Honey dengan wajah yang tampak konyol.

"Iya, Jeff kok kamu tahu sih?" Helda dan Risman juga tampak bingung dan penasaran

"Saat kamu ke rumah sakit kebetulan aku ada di sana, salah satu client ayahku di rumah sakit. Ayah menyuruhku mengantarkan suatu berkas yang tertinggal di rumah, tanpa sengaja suster menjatuhkan berkas milikmu. Awalnya aku kira hanya namanya aja yang sama, tapi melihat kamu keluar ruangan yang suster itu tuju.... perkiraanku ternyata tepat...." cerita yang di sampaikan Jeffery tampak tak membuat guru dan sahabat Honey kaget. Mereka hanya mengangguk langsung percaya dengan ucapan Jeffery. Sedangkan Honey yang mendengar itu malah jadi kesal tapi walau kesal dia tak mengatakan apapun. Di rasa keadaan sudah membaik teman-teman sekelasnya mulai memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran. Bu Guru yang melihat para muridnya yang baik sudah duduk di bangku mereka masing-masing tersenyum lega.

"Baik.... sekarang kita mulai pelajarannya...." wajah guru itu semakin tersenyum senang saat melihat murid-murid yang jarang masuk kelas tampak hadir di jam pelajarannya

"Yoga... Hendry... dan Jony kalian terlihat sangat segar iya... ibu harap bisa sering liat kalian di kelas...." senyuman dari Bu Guru di balas senyuman yang malu-malu, para teman sekelasnya juga ikut tersenyum melihat ke tiga anak laki-laki itu akhirnya mengikuti kelas juga. Jam terus berputar, para guru datang dan pergi sesuai jadwal. Ada kesamaan yang mereka tunjukan saat datang ke kelas. Yaitu wajah yang kaget namun terlihat senang, kebanyakan dari mereka tak ada yang berkomentar. Tapi beberapa ada juga yang menunjukan rasa senangnya itu

"Bapak denger kelas ini adalah kelas yang paling kompak saat siswanya lengkap, keliatannya itu bukan gosip...." meski jelas itu di tunjukan pada Yoga dan teman-temannya para siswa langsung bersorak senang.

"Iya pak... kelas ini selalu kompak dan setia kawan...." kata-kata itu bukan hanya kebohongan, meski di kelas itu terdapat beberapa kubu. Tapi mereka tetap satu, saat teman-temannya ada masalah maka mereka akan saling membantu.

********************