Chereads / SWITCH LIFE / Chapter 21 - Suara Hati

Chapter 21 - Suara Hati

"Anjing banget tu cewek! Dia pikir, dia siapa? Seenak jidat maki-maki gue di depan Putri. Lo tau kan Heng, gue sulit deket sama cewek yang klik di hati gue. Tiba-tiba si Nere itu datang dan merusak semuanya" omel Naraka di dalam mobil

Ntah mengapa sekarang Aheng merasa dirinya seperti samsak kedua temannya. Tadi pagi Luo, sekarang Naraka.

"By the way, namanya Tere. Bukan Nere. Lo mau cari kembaran lo apa? " tanya Aheng.

"Maksud lo?"

"Ya nama lo kan Naraka, tu cewek jadi Nereke kan terdengar seperti anak kembar. Nara dan Nere" jelas Aheng membuat Naraka keki.

"Gue lagi kesel lo Heng!"

"Gue tau. Lo dah ngomel-ngomel seperti bapak gue kalau si Stevi jebolin kartu kreditnya. Persis lo deh, macam semua orang tidak ada yang benar di depan bokap" curhat Aheng,

Naraka menghela nafasnya kesal. Dia sungguh tidak menyangka awal yang baik di pagi hari akan berakhir buruk ketika Tere datang dan membuka identitasnya di depan Putri.

"Lo kenapa nyusulin gue ke sana?" tanya Naraka, membuat Aheng menoleh ke arahnya sekilas. Karena saat ini Aheng sedang mengambil alih untuk membawa kemudi mobil yang mereka berdua tumpangi.

"Gue gabut"

"Anjir! Gabut lo bilang. Kerjaan lo di kantor udah kelar?" tanya Naraka memastikan pekerjaan Aheng yang biasanya selalu terbengkalai dan endingnya dia akan menyelesaikan semua tugas-tugas Aheng.

"Udah. Beli kopi di tiga café berbeda" jawab Aheng rada gondok, karena Naraka mengingatkan Aheng ke pada kejadian naasnya di pagi hari.

"Lo turun pangkat jadi OB?" tanya Naraka hati-hati, dia tidak ingin Aheng tersinggung dengan apa yang akan dia tanyakan ke pada sahabatnya itu.

"Lo mikirnya sama seperti yang apa gue rasakan. Luo lagi galau gara-gara bocil."

"Bocil? Siapa ?"

"Agatha"

"Kenapa lagi? Agatha udah bikin masalah baru lagi. dia bully siapa?" tanya Naraka kepo.

"Gue rasa bukan itu. Karena Luo tiba-tiba liatin foto Agatha mulu. Seperti orang kasmaran. Tapi tiba-tiba dia geser lagi layar ponselnya ke foto Rei. Trus buru-buru minum kopi. Baru satu seruputan, udah gak mau. Terus minta gue buat beli ke café lainnya. Gile gak itu orang? Ke tiga tempat café berbeda tempat Rei dulu kerja sambilan. Ingat gak lo?" curhat Aheng yang mendapatkan tatapan prihatin dari Naraka. Jujur saja Aheng dan Naraka saat ini sedang menatapi nasib mereka masing-masing. Merasa tidak beruntung karena kegalauan seseorang. Sedih.

*.*.*

Rei segera mengambil tas ranselnya dia ingin segera menjenguk raganya. Berharap Agatha segera bangun dan memikirkan solusi agar tubuh mereka berdua bisa saling tertukar kembali.

Sayangnya Rion menghalangi niat Rei untuk pergi ke panti. Dia menunggu kedatangan Rei di gerbang sekolah. Rei tampak kebingungan karena tidak menemukan kehadiran Pak Badri, sopir pribadinya yang ditunjuk oleh Luo untuk antar jemput Rei saat Luo sedang sibuk bekerja.

"Kamu cari siapa?" tanya Rion, membuat Rei kaget dan tersenyum kikuk ke arahnya.

"Pak Badri" jawab Rei,"seharusnya Pak Badri tunggu aku di sini" lanjut Rei terdengar sendu,

"Pak Badri sudah aku minta untuk pulang" papar Rion, membuat Rei mengernyitkan dahinya.

Rei masih kebingungan mendengarkan perkataan Rion. Bukannya hari ini Rei harus pulang dengan Pak Badri. Tetapi mengapa Rion meminta Pak Badri untuk pulang. Apakah Luo sudah menegtahui hal ini?

Ntahlah Rei bingung.

Rei memutuskan untuk mengikuti Rion ke dalam mobil miliknya. Rei tidak punya pilihan lain, selain mengikuti langkah Rion, karena jujur saja Rei tidak memiliki sepeser uang di tas nya. Karena kejadian tadi pagi saat sarapan di apartemen. Rei melupakan dompetnya di dalam kamar.

Rei duduk di samping kemudi bersama Rion.

"Kamu seperti jaga jarak gitu sama aku?" tanya Rion,

"Aku takut menganggu kamu. Karena kita kan sedang dalam masa ujian" kilah Rei,

"Syukurlah kalau begitu, aku berharap kamu dan aku seperti biasanya. Meskipun sekarang aku dan kamu hanya sebatas teman" jelas Rion.

"Tentu saja begitu"

"Kalau begitu. Kamu bisa ikut aku ke tempat resto Jepang favorit aku kan? Aku lapar, dan sedang tidak ingin makan seorang diri" kata Rion membuat Rei tidak dapat menolak permintaannya. Rei menganggukakn kepalanya.

Mobil Rion melaju. Membawa Rei dan Rion ke tempat tujuan mereka. Rei mengigit bibir bagian bawahnya. Dia amsih ragu untuk berkomunikasi dengan Luo. Karena bagaimanapun juga Luo harus tau, jika saat ini Rei sedang bersama Rion. Tetapi, kejadian pagi hari tadi membuat Rei enggan mengirimkan pesan singkat ke padaLuo.

*.*.*

Hari telah gelap. Luo tidak menemukan keberadaan Agatha di apartemennya. Pak Badri bilang, Agatha tidak ada saat dia menjemputnya di sekolah. Luo mencoba menghubungi ponsel Agatha dengan ponselnya. Sayangnya, nomer Agatha sedang dialihkan. Luo mencoba mencari petunjuk ke mana Agatha kira-kira pergi.

Luo masuk ke dalam kamar Agatha. Dia menemukan dompet Agatha di meja belajarnya. Luo semakin khawatir dengan keberadaan Agatha, karena Agatha tidak membawa uang sepeser pun di tas nya.

Luo bergeegas mengambil kunci mobilnya dan memutuskan untuk mencari Agatha. Karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Luo menyusuri sepanjang jalan arah dari apartemen mereka sampai sekolah Agatha. Namun nihil, semua tanpa hasil dan sia-sia. Luo kesal. Seorang Agatha Gianina bisa membuatnya hilang kendali seperti ini. Luo memutuskan untuk memutar balik mobilnya. Dia segera melajukan mobilnya menuju panti, tempat Rei berada. Setidaknya hatinya bisa sedikit tenang memiliki tempat untuk Luo tuju.

Luo menyusuri koridor panti. Langkahnya yang tenang membuat irama dengan ketukan sepatunya di lantai. Tidak butuh waktu lama bagi Luo untuk tiba di kamar Rei. Kamar beraroma bunga mawar, Luo sengaja menghiasi kamar Rei dengan beraneka bunga mawar. Dia ingin saat Rei membuka matanya, Rei mengingat sedikit kenangannya dengan Luo. Walaupun kemungkinan itu snagat tipis, Luo masih berharap semua itu akan membuahkan hasil.

Luo menggeret kursi yang berada di sebelah ranjang Rei. Menggenggam tangan Rei yang hangat. Sehangat senyum Rei di hari pertama pertemuan mereka berdua di panti ini. Ntah Rei mengingatnya atau tidak. Luo tidak peduli.

"Hai! Kamu masih belum bangun?" tanya Luo ke pada Rei yang kini masih setia dengan mata yang terpejam.

"Aku minta maaf. Aku terlalu pengecut. Tidak datang tepat waktu saat kamu membutuhkan aku. Aku harap, saat kamu membuka mata mu. Kamu akan mengingat ku. Bocah kecil yang kamu tolong di pinggir danau panti ini" jelas Luo,"Aku menantikan kamu untuk segera membuka mata. Akan aku tebus semua kesalahan aku. Maafkan Agatha, dia hanya seorang gadis manja yang masih labil akan cinta. Maafkan juga aku yang merusak kebahagiaan hidup mu dan membawa mu masuk dalam permasalahan keluarga ku" jelas Luo dengan nada sandu sarat akan luka. Setetes air mata jatuh di pipi Luo. Seolah-olah mewakili rasa sakit yang Luo pendam selama ini.