Rei terbangun oleh terpaan sinar matahari yang menerpa wajahnya. Rei menggeliat. Tubuhnya terasa berat, seperti tertimpa sesuatu. Rei mengerjapkan kedua matanya. Mengumpulkan sukma. Rei sedang menata hati. Mengingat rangkaian kejadian yang terjadi semalam. Rei masih belum bisa percaya, jika saat ini dia dan Luo berada di dalam satu ranjang yang sama. Rei dapat melihat gurat wajah lelah Luo. Rei tersenyum, menikmati pagi bersama orang kita cintai memang benar-benar indah. Bahkan Rei dapat melihat muka bantal Luo secara jelas.
"Belum puas melihat wajah aku?" tanya Luo dengan mata yang masih setia tertutup. Rei bergerak membelakangi Luo. Dia malu karena aksi diam-diamnya menikmati wajah Luo harus tertangkap basah oleh sang empunya wajah.
Luo tersenyum melihat tingkah Agatha yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Hei! Sampai kapan aku akan memandang punggung mu? Sedangkan kamu dengan puas bisa memandang wajah ku. Bukankah itu sangat tidak adil?" sindir Luo, membuat Rei mau tidak mau berbalik kea rah Luo.
"Sejak kapan kamu bangun?" tanya Rei to the point.
"Sejak alarm di ponsel kamu berbunyi. Kenapa kamu harus bangun jam lima pagi?"
"Aku harus sekolah. Aku bukan seorang pekerja seperti kamu, bahkan aku harus membuat sarapan untuk kita berdua setiap hari." Jelas Rei, membuat Luo menganggukkan kepalanya,"memangnya sekarang jam berapa?" tanya Rei sembari mencari ponselnya. Sayangnya, Rei tidak dapat menemukan ponselnya. Dia menatap Luo penuh curiga.
"Kenapa kamu melihat ku seperti itu? Aku hanya meminjamnya sebentar. Karena suara alarm mu sangat berisik." Jelas Luo dengan santai, dia segera memberikan ponsel yang kini berada di tangannya. Rei menatap layar ponselnya, wallpaper ponsel Rei berubah menjadi gambar diri Luo.
"Sejak kapan?" tanya Rei sembari menunjuk wallpapernya.
"Sejak hari ini. Bukankah kita pasangan sesungguhnya. Jadi bukan hal yang aneh, jika kamu menyimpan foto ku kan? Tapi sebenarnya bukan itu poin penting di pagi ini" kata Luo sembari mengingatkan Rei tentang sesuatu. Rei menepuk dahinya. Rei membelalakkan kedua matanya.
Panik. Itu yang Rei rasakan. Bagaimana tidak? Luo membuat dirinya terlambat sekolah. Saat ini ponsel Rei menunjukkan pukul tujuh siang. Dan itu berarti, Rei terlambat pergi ke sekolah.
"Aku terlambat Luo! Bagaimana ini? Aku tidak bisa berangkat sekolah secepat kilat. Kamu benar-benar ya!" protes Rei.
Rei segera bangun dari posisi tidurnya dan bergegas turun dari ranjang Luo. Luo segera memeluk pinggang Rei. Menahan langkah Rei untuk turun. Rei menatap Luo penuh tanya.
"Tunangan kamu sedang sakit. Apa kamu tega meninggalkan aku seorang diri di apartemen?" tanya Luo mulai merajuk. Rei bimbang dengan apa yang harus dia lakukan selanjutnya,"lagipula, aku sudah minta Naraka untuk mengirimkan surat ijin ke sekolah mu. Agar hari ini kamu mendapatkan ijin untuk tidak masuk sekeolah." Jelas Luo membuat Rei bernafas legah.
"Seharusnya kamu bilang dari tadi. Meskipun aku tidak sekolah. Aku harus buat sarapan untuk berdua. Aku juga harus membersihkan mangkok dan piring kotor bekas makan malam kita semalam. Jadi, tolong jangan halangi pekerjaan ku pagi ini. Cukup kamu tidak membuat aku untuk tidak pergi sekolah" omel Rei.
Dengan berat hati. Luo melepas pelukannya. Wajah Luo berubah masam. Membuat Rei gemas dengan wajah kekasihnya itu. Siapa kira, pria dewasa seperti Luo akan merajuk dengan semanis ini"
"Baiklah. Lakukan tugas mu. Aku juga akan bekerja dari rumah hari ini"
"Jangan lupa untuk mandi. Aku akan segera membuatkan mu sarapan dan kita berdua akan sarapan bersama, setelah itu kamu bisa minum obat" kata Rei sembari mengelus surai legam Luo.
"Hmm, baiklah." Putus Luo membuat Rei tersenyum dan meninggalkan Luo yang sebenarnya masih ingin berduaan dengannya.
Rei segera melakukan rutinitas paginya. Dia segera membuatkan bubur ayam untuk Luo dan sandwich untuk dirinya sendiri.Rei juga menyiapakan segelas teh hangat untuk Luo.
Setelah semua urusan dapur selesai, Rei segera bergegas mandi. Dia merasa seluruh tubuhnya lengket.
Tidak butuh waktu yang lama bagi Rei untuk membersihkan diri, dia segera berganti pakaian dengan dress floral yang tersedia di wardrobe milik Agatha. Rei mengikat rambut panjang Agatha. rei selalu berpikir, jika Agatha sangat beruntung. Rambutnya sangat indah. Kulitnya juga sangat halus, menjadi orang kaya yang memiliki banyak uang sangat menyenangkan, tidak perlu memikirkan hal-hal lain untuk memenuhi kehidupan. Seperti apa yang Rei lakukan selama ini.
Bukannya Rei mengeluh dengan kehidupannya yang sederhana. Rei juga merasa bersyukur karena di panti dia memiliki keluarga besar yang sangat menyayanginya. Tidak seperti Agatha, yang kebanyakan melewati hari-harinya seorang diri. Tanpa keluarga Gianina di sekitar Agatha.
Sebuah ketukan di pintu kamarnya, membuat Rei menghentikan perdebatan hatinya. Rei segera berlari ke arah pintu kamarnya dan membukakan pintu untuk Luo.
"Aku kira kamu pergi" kata Luo dengan tatapan khawatir. Ntah mengapa Rei merasa Luo memiliki rasa trauma tentang ditinggalkan oleh seseorang. Tapi Rei tidak berani bertanya, dia hanya bisa menunggu Luo menceritakan hal itu sendiri kepada nya.
"Aku baru selesai mandi." Sahut Rei.
"Oh, aku tunggu kamu di meja makan" kata Luo. Sembari berbalik meninggalkan Rei. Rei menahan langkah Luo. Dia segera menutup pintu kamarnya. Luo mengernyitkan keningnya.
"Kenapa?" tanya Luo,
"Kita pergi bersama. Kenapa kamu harus menunggu. Kalau kita berdua bisa pergi sama-sama" jelas Rei membuat Luo tersenyum mendengar jawaban kekasihnya. Setidaknya Luo membuat Rei sedikit tenang.
Rei dan Luo menikmati sarapan mereka dalam diam. Setelah itu, mereka berdua menikmati waktu bersama di ruang televisi, sembari menonton acara reality show kesukaan Luo.
Tiba-tiba pintu apartemen Luo terbuka. Tanpa permisi Aheng dan Naraka masuk ke dalam apartemen Luo. Membuat Luo dan Agatha alias Rei yang sedang berpelukan saling menjauh. Aheng dan Naraka tak enak hati dengan apa yang mereka lakukan.
"Ups, sorry Bro! gue kira lo sendirian di apartemen" sahut Aheng, yang kini mendapat lirikan tajam dari Luo.
"Gue udah bilang kan, kalau Luo udah ada yang rawat. Lo-nya aja yang kepo berlebihan. Dia sakitnya Cuma demam doing. Kenapa harus heboh banget sih!"omel Narak membuat Aheng menyikut perutnya.
"Sakit njir!" protes Naraka.
"Em, kalian berdua sudah sarapan?" tanya Rei mencoba melerai pertikaian dua sahabat Luo yang terlibat adu mulut di depannya.
Naraka dan Aheng yang mendengar angina segar yang berkaitan dengan perut kompak menatap ke arah Agatha.
"BELUM" jawab Naraka dan Aheng kompak.
Luo menutup wajahnya dengan kedua tangannya, merasa gemas dengan perilaku kedua sahabatnya yang tampak memalukan di depan Agatha.
Rei segera bangkit dari posisi duduknya, dia bergegas ke dapur untuk membuat nasi goreng untuk Naraka dan Aheng. Dua sahabat Luo yang saat ini sedang bergabung bersama Luo di ruang televise. Mereka bertiga tampak serius membicarakan sesuatu. Ntah apa itu. Rei tidak tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam.