"Baik."Alil mengeluarkan ponselnya. "Aku akan memerintahkan Karin untuk menelpon pengacara agar membantu perceraianmu. Aku juga akan mengabarkan berita ini pada Bihan agar menyebarkan desas-desus pernikahan kita ke publik setelah kamu bercerai."
Alil menelpon pengacara. Samar-samar terdengar nada tegas dari ucapannya. Ia mondar-mandir mengeliling kamar, memberikan instruksi yang jelas.
Aisha tersenyum, satu rencana di kepalanya sudah dilakukan. Tinggal satu langkah lagi. Ia akan menjadi nyonya Alil Sanjaya yang memiliki kekuasaan dan uang untuk menghancurkan Daffa. Ia sudah tak sabar, membayangkan hari-hari gelap yang akan dilalui oleh Daffa dan Vana. Mungkin mereka akan serangan jantung mengetahui Aisha masih hidup.
*****
Aisha berdiri di depan cermin. Gaun putih dengan hiasan batu swarovski membuatnya tampil bak ratu dari kerajaan, begitu cantik dan anggun. Riasan wajahnya yang terlihat natural, semakin mengeluarkan aura kecantikannya.
Rambutnya dihiasi dengan crown berlian mahal. Aisha tampak seperti gadis perawan yang baru menikah. Tidak akan ada yang menyangka jika Aisha sudah menjadi janda dan hampir menjadi seorang ibu.
Aisha menatap tubuhnya yang masih terlihat seksi. Tak terlihat bekas penyiksaan di tubuhnya. Aisha tampak segar dan menawan. Memang sebelum pernikahan Alil memberikan kartu bank dengan saldo unlimited agar Aisha mempercantik dirinya menjelang pernikahan. Kulit Aisha bahkan terkelupas karena Daffa dan Vana.
Aisha seorang sosialita yang memiliki selera tinggi, tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Salon dan spa menjadi tujuan pertama, selanjutnya ke dokter kulit, untuk memperbaiki kulitnya yang rusak akibat penyiksaan malam itu. Pergi ke butik desainer terkenal untuk merancang pakaian pengantinnya.
Aisha tak mau mengecewakan Alil yang berstatus pengusaha kaya. Tidak mungkin Aisha mempermalukan Alil. Ia harus tampil sempurna untuk menjadi istri Alil. Meskipun ini pernikahan kontrak namun tetap dibuat seolah pernikahan nyata.
Aisha mendengar suara ketukan pintu,"masuk. Tidak dikunci."
Karin, sekretaris Alil masuk ke kamar Aisha. Karin terpesona dan kagum melihat kecantikan Aisha. Tampak anggun dan berkelas.
"Semua sudah siap Nyonya Alil," katanya menggoda. Karin dan Aisha memang berteman baik. Karin mengurus pernikahan mereka.
"Apakah aku tampak cantik?" tanya Aisha tidak merasa yakin dengan penampilannya.
Karin tersenyum dengan manis,"Jauh lebih cantik daripada perawan yang akan menikah."
Aisha tertawa, m"Karin!"
"Ayo! Ditunggu mempelai pria yang sudah tak sabar mengecup bibirmu." Karin membawa Aisha keluar dari kamar.
*****
Aisha mengetuk pintu yang tampak kokoh itu. Ia baru saja menerima chat dari laki-laki yang ini berstatus menjadi suaminya. Pesta telah usai. Alil memang tidak ingin pesta besar, cukup mengundang beberapa tamu penting. Kini, Aisha dapat melakukan pembalasan dendam pada keluarga Danu.
Taman di mansion Alil sangat luas. Mereka mengadakan resepsi pernikahan disana. Tema acara, garden party.
Pesta yang sederhana namun membuat Aisha seperti Dejavu.
Aisha menghampiri Alil di ruang kerja. Ia tampak cantik memakai piyama dari sutra. Ada tumpukan map dan buku di atas meja dengan kondisi terbuka. Tiba-tiba Aisha merasa cemas. Ia tidak tahu bagaimana menghadapi Alil. Pria ini telah menjadi suaminya.
"Duduk!" Perintah Alil sambil menunjuk kursi di depan mejanya. Ketika sudah Aisha duduk, Alil menyodorkan map."Ini surat perjanjian kita. Disini kutuliskan semua persyaratan pernikahan kontrak yang aku mau dan yang kau mau. Bacalah!"
Aisha membaca surat itu lalu matanya terpaku pada sebaris kalimat yang tertulis di sana. Aisha menelan ludah dan menatap Alil. "Ini juga?" ia bertanya.
Alil tertawa,"Kalau kamu tidak setuju dengan syarat dariku, besok pagi kamu boleh angkat kaki dari rumah ini!"
Mata Aisha tajam menatap Alil."Jadi, aku harus memuaskanmu di ranjang juga?" desis Aisha menahan emosi. Ia tak menyangka Alil akan mengajukan syarat itu.
"Kamu istriku yang sah. Apa salahnya aku memintanya? Wajar? Aku menyetujui semua syarat yang kamu berikan. Kamu juga harus menyetujui syarat dariku."
Aisha terdiam sejenak, tekadnya sudah bulat untuk membalas dendam. Tidak ada cara lain. Alil harapannya satu-satunya. Ia mengambil pulpen yang tergeletak di samping map.
Aisha menandatangani perjanjian mereka."Oke, aku setuju. Aku akan melayani kamu, asal membantu aku membalas dendam," katanya sambil menyerahkan map pada Alil. "Apa aku punya pilihan lain?" katanya menatap Alil yang kini tersenyum penuh kemenangan.
****
Bihan diperintahkan Alil untuk mengajarkan beladiri pada Aisha.
"Bihan. Bantu Aisha untuk belajar bela diri. aku yakin akan berguna bagi Aisha!" Alil memberikan perintah dengan tegas. Bihan mengiyakan perintah sang bos.
Keesokan harinya, Bihan mengajak Aisha untuk belajar bela diri.
"Aisha. Ikut denganku untuk belajar bela diri," ucap Bihan sambil mengajak Aisha menuju lapangan. Mansion Alil memiliki tempat khusus untuk berolahraga. Bihan dan Alil biasanya berlatih disana. Berlatih di alam bebas.
Bihan mengajarkan gerakan bela diri dasar, yang sangat berguna untuk melindungi diri Aisha dari orang jahat.
"Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui Aisha. Sebagian besar penjahat biasanya berjenis kelamin laki-laki. Jadi kamu wajib tahu titik lemah yang perlu diserang saat bertemu dengan penjahat."
"Pertama adalah bagian mata, kelamin, hidung, lutut, dan kepala."
"Aku yakin, kamu sering melihat gerakan ini di film-film action. Saat seseorang mulai mendekatimu dan berusaha menyentuh tubuhmu dari depan, maka kamu perlu menendang alat kelaminnya. Kelemahan pria ada di alat kelamin. Gunakan tenaga maksimal agar berhasil. Sekarang coba kamu ikuti gerakan ini," jelas Bihan menatap Aisha... Ia memperagakan berbagai gerakan yang kemudian diikuti oleh Aisha.
Bihan mengajari Aisha banyak gerakan meskipun gerakan yang diajarkan Bihan adalah gerakan dasar yang pastinya mudah untuk diikuti. Namun karena fisik Aisha belum terlalu kuat sehingga Bihan melatih tidak terlalu keras.
"Bihan, apa masih lama? Aku sangat lelah." Aisha mengeluh. Keringat bercucuran dan nafasnya terengah-engah.
"Sebentar Aisha, masih ada beberapa gerakan lagi yang perlu aku ajarkan."
"Kenapa aku harus belajar beladiri? Kalau Alil khawatir ada orang, tinggal menyewa pengawal saja, nggak perlu ribet." Aisha memprotes.
"Maaf Aisha, ini perintah dari bos. Aku tidak berani membantah," jawab Bihan.
Bihan bawahan yang patuh pada atasannya. Meskipun Aisha memohon padanya, Bihan akan diam. Dia tidak akan berani melawan perintah Alil.
"I see. Yang penting kamu sudah mengajari aku. Bilang saja sudah selesai latihannya"
"Aisha. Pak Alil memerintahkan aku untuk mengajarimu bela diri agar kamu bisa melindungi diri kamu sendiri saat diserang oleh orang jahat. Pak Alil ingin kamu mandiri karena kami tidak selalu ada untuk melindungi kamu. Jadi kamu harus bisa bela diri agar tidak bergantung dengan orang lain. Latihannya memang berat, tapi ini demi kebaikan kamu."