Chereads / Gairah Beracun / Chapter 4 - CEO Dingin

Chapter 4 - CEO Dingin

Alil dan Bihan sedang merencanakan sesuatu. Mereka merencanakan balas dendam pada Danu. Bukan hanya Danu tetapi juga keluarga Danu yang begitu busuk yang telah membuat Aisha menderita.

"Apa dia bicara sesuatu Pak?" Bihan bertanya dan memberikan sebuah amplop coklat pada Alil. Bihan memberikan data tentang Aisha Geraldine dan latar belakangnya.

"Apa ini?" tanya Alil menatap amplop dari Bihan.

"Informasi tentang Aisha dan suaminya."

"Good job. Kau selalu bisa melakukan apa yang aku perintahkan."

"Apa rencana Bapak?" Bihan sangat penasaran.

"Aku pikir Aisha anak kandung Danu. Kita bisa menyakiti Danu melalui putrinya. Ternyata pria itu sangat licik. Aisha hanya anak tirinya. Danu menikah dengan Nadia ketika perempuan itu hamil. Aisha dipastikan bukan anak Danu."

"Lalu apa yang akan Bapak lakukan?"

"Aku akan mengajak Aisha bekerja sama untuk menghancurkan Danu dan keluarganya."

"Apa Bapak yakin?"

"Tentu saja. Aku bisa melihat dendam di mata Aisha. Dia ingin membalas mereka semuanya. Dendam seorang ibu yang kehilangan anaknya. Dendam itu tengah membara dan berkobar."

"Lalu?"

"Aku akan menahan Aisha di sisiku."

"Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui." Bihan meledek bosnya.

"Saya sudah tahu arah permainan Bapak. Pak Alil akam menggunakan Aisha untuk mendapatkan warisan dari kakek. Bapak pasti tidak ingin warisan Opa jatuh pada Alan."

"Kau benar. Kau memang bisa diandalkan." Alil menepuk pundak Bihan.

"Apa Aisha bersedia?"

"Dia yang akan memintaku untuk menikahinya," ujar Alil dengan percaya diri. Ia tersenyum sumringah mengingat api dendam dan amarah di wajah Aisha.

"Bagaimana caranya?" Bihan mencari jawaban dari Alil.

"Bihan. Tolong jaga Aisha, pastikan dia aman." Alil memberikan perintah pada Bihan, asistennya.

"Baik Pak Alil."

Bihan kembali ke dalam ruangan Aisha. Ia melihat Aisha yang tengah duduk menatap ke luar jendela.

"Kenapa kamu kembali Bihan?" Aisha berbalik dan menyapa Bihan.

"Pak Alil yang memerintahkan saya."

"Oh….." Bibir Aisha membentuk huruf O. Ia kembali sedih mengingat bayinya. Ia mengelus perutnya. Anaknya sudah pergi. Ia dibunuh oleh papa dan tantenya.

Tindakan Aisha tidak luput dari penglihatan Bihan. Matanya memicing melihat Aisha. Bihan bisa merasakan aroma dendam dan sakit hati dari wajah Aisha.

"Aisha, kamu jangan khawatir. Pak Alil akan membantu kamu. Kamu bisa meminta bantuan dia?"

Aisha kemudian memalingkan pandangannya ke Bihan dan tersenyum tipis.

"Membantiku?"

"Jika kamu ingin bekerja sama dengan Pak Alil untuk membalas dendam atas perbuatan mereka katakan saja. Saya yakin Pak Alil pasti akan membantumu." Bihan tersenyum menatap Aisha.

Aisha merasa tenang mendengar perkataan Bihan. Ia merasa, akhirnya ada orang yang dapat membantunya sehingga dia tidak sendirian menghadapi semua ini. Alil meski arogan namun ada ketulusan di wajahnya.

"Kenapa Alil ingin membalas dendam pada papaku?" Aisha masih terbiasa memanggil Danu dengan sebutan papa. Ia menutup mulutnya. Mengutuk dirinya. Kenapa masih menganggap pria itu papanya jika pria itu memiliki andil untuk menghabisinya. Semua karena harta. Hati nurani dan kejahatan seseorang akan terlihat ketika berhubungan dengan uang.

****

Alil datang lagi untuk menjenguk Aisha. Ia melihat keadaan Aisha yang mulai membaik. Kini wajahnya terlihat lebih bersinar daripada kemarin. Ia berharap Aisha bisa segera pulang dan menjalankan rencana balas dendam mereka.

"Aisha. Ini aku bawakan makanan dan buah-buahan. Bagaimana keadaanmu?" tanya Alil sambil mendekati Aisha yang duduk di atas ranjang.

"Saya sudah merasa baikan Pak Alil," ucap Aisha. Suaranya pun lebih bersemangat.

"Aku senang mendengarnya." Alil tersenyum membuat Aisha dan Bihan yang ada di dalam ruang itu terkejut.

Mata Bihan tertuju pada Alil. Bosnya tersenyum. Seorang Alil bisa senyum? Selama ini sangat jarang bahkan langka melihat pria itu tersenyum. Alil tahu jika diperhatikan Bihan. Alil memasang wajah datar.

"Aisha, bagaimana jika kita membuat kesepakatan untuk balas dendam pada Danu dan keluarganya?" Alil memulai pembicaraan.

Aisha kaget. Ia teringat peristiwa pahit di malam itu. Tubuhnya bergetar. Amarahnya meledak-ledak.

"Saya setuju. Aku akan bekerja sama dengan anda," ucap Aisha cepat. Ekspresinya yang tadi datar berubah berapi-api.

Alil dan Bihan merinding melihat wajah Aisha. Wanita itu diliputi dendam.

"Baiklah Aisha. Mulai sekarang kita bekerja sama untuk menghancurkan Danu dan Daffa."

"Setuju."

"Aku akan menghancurkan Danu. Dia menjebakku." Kata-kata itu keluar dari bibir Alil.

Aisha hanya diam melihat ekspresi Alil yang begitu geram. Ia yakin jika Danu melakukan sesuatu yang buruk pada Alil.

Keduanya berjabatan tangan mengesahkan kesepakatan mereka. Aisha akan membalas dendam pada keluarga tirinya. Mereka telah menghancurkan hidupnya dan membunuh bayinya. Kejadian itu memang telah berlalu namun meninggalkan bekas yang dalam di hati Aisha. Wanita itu sangat kehilangan. Kehilangan anak yang didambakan. Setiap luka dan hinaan yang diterima selalu teringat dalam benaknya.

Setiap hinaan dan makian yang mereka ucapkan pada Aisha membuat hasrat balas dendamnya semakin kuat. Ia menyadari betapa naif dirinya selama ini sehingga dengan mudah masuk ke dalam jebakan orang-orang jahat itu.

"Daffa, Vana. Aku tidak akan membiarkan kalian hidup tenang." Aisha berkata dalam hati.

Darahnya membara, setiap bagian tubuhnya memanas. Ia merasa sangat marah mengingat perbuatan saudara tirinya. Banyak hal yang ingin dia lakukan untuk membalas perlakuan kedua orang itu. Bukan hanya itu saja, keluarga tiri yang selama ini menipunya pun tak luput dari amarah Aisha.

Aku akan membuat kalian membayar semuanya.

Aisha mengepalkan tangannya dengan keras. Ia telah ditipu Daffa. Pria itu membodohinya selama ini. Daffa membuat Aisha tak percaya dengan cinta lagi.

Cinta?

Menjijikan, tak akan kubiarkan cinta menguasai diriku lagi. Tak ada satupun ruang untuk cinta. Yang aku inginkan hanya balas dendam. Aku akan hancurkan mereka seperti menghancurkan aku.