Chereads / CEO'S SECOND WIFE / Chapter 13 - Kekacauan

Chapter 13 - Kekacauan

"Ayo silahkan masuk Arzan," ajak Lavanya.

"Iya, makasih."

Mereka bertiga pun pergi ke ruang makan. Tidak lama kemudian datang kak Esha sebagai kakak dari Lavanya.

"Kak. Sini deh. Kenalin, ini Arzan. Arzan, ini kak Esha. Kakak aku," ucap Lavanya dengan sangat semangatnya tetapi hanya dijawab singkat oleh sang kakak.

"Hallo kak, Arzan."

"Esha."

Setelah itu kak Esha langsung duduk di ruang makan tepat di sebelah kanan dari Ayahnya. Arzan merasa semakin sedih. Karena ternyata bukan hanya Ayahnya Lavanya saja yang tidak suka dengannya, tetapi kakaknya juga.

"Silahkan di makan."

Ayah Lavanya akhirnya mempersilahkan Arzan dan kedua anaknya untuk makan malam bersama. Masing-masing mengambil piring, nasi serta lauk pauk yang sudah dihidangkan. Berbeda dengan Arzan yang masih merasa sangat kaku untuk makan di depan keluarga Lavanya.

"Silahkan di makan. Kenapa diam saja?" tanya Ayah Lavanya.

"Iya, Om."

Arzan pun mulai mengambil lauk pauk yang akan dia makan. Selama makan malam berlangsung, Ayah Lavanya tidak ada henti-hentinya bertanya kepada Arzan. Semua tentang Arzan di usut tuntas olehnya. Arzan merasa risih tetapi dia tidak berani untuk mengungkapkannya. Untung saja Lavanya yang pengertian membantu Arzan supaya keluar dari keterpojokannya.

"Udah, Yah. Sekarang lebih baik kita makan malam aja dulu. Ga usah banyak tanya. Nanti Ayah keselak loh," ucap Lavanya.

Ayah Lavanya hanya terdiam. Ketika mereka semua sedang makan malam bersama, Dhira baru saja tiba di rumah Lavanya. Dia terjebak macat di jalan tadi.

"Selamat malam semuanya," sapa Dhira.

"Hai, Dhira. Akhirnya kamu datang juga. Aku kira kamu ga datang," jawab Lavanya.

"Datang dong pastinya. Malam Om, Pak Esha."

"Malam. Ayo silahkan duduk. Kita makan malam bersama," sambung Ayahnya Lavanya.

Ayah Lavanya terlihat sangat manis dan hangat dalam menyambut kedatangan Dhira di rumahnya. Sangat berbeda ketika dia menyambut Arzan tadi. Itu semua karena Ayah Lavanya tidak suka dengan Arzan.

Lavanya tidak merasa menyesal sama sekali sudah mengundang Dhira untuk ikut makan malam bersama dengan keluarganya. Dia justru merasa beruntung. Karena kedatangan Dhira dapat mengubah suasana yang panas menjadi sedikit lebih sejuk.

Ayah Lavanya memperhatikan Lavanya dan Arzan. Lavanya memang sangat terlihat bahagia ketika dirinya bisa bersama dengan Arzan. Apalagi ketika Arzan bisa makan malam bersama dengan Ayah dan kakaknya. Ditambah juga dengan Dhira sebagai sahabatnya. Tetapi itu semua belum dapat merubah keputusan Ayahnya untuk mengizinkan Arzan mempunyai hubungan spesial dengan Lavanya.

"Ershad? Iya itu kan Ershad. Pak, Pak berhenti Pak. Itu ada teman saya butuh pertolongan," ucap Aleysa kepada anak buahnya Kevin.

"Baik Bu."

Mobil yang disiapkan oleh Kevin pun langsung berhenti. Aleysa langsung keluar dari dalam mobil dan membantu Ershad.

"Ershad, Ershad ya ampun. Kita ke rumah sakit ya," ucap Aleysa.

Tiba-tiba saja Ershad kembali sadar. Dan dia tidak mau di bawa ke rumah sakit. Karena dia merasa jika dirinya tidak kenapa-kenapa.

"Ga usah. Aku ga kenapa-kenapa."

"Ga kenapa-kenapa gimana? Kamu banyak luka gini."

"Ga apa-apa. Aku ga mau repotin kamu dan aku juga ga mau buat Ibu aku khawatir karena aku."

"Yaudah kalo gitu kamu ke rumah aku aja ya. Paling engga.luka.kamu bisa aku obati. Pak, Pak...."

Aleysa memanggil anak buah Kevin. Aleysa meminta tolong lagi kepada mereka supaya mereka bisa membantu Ershad masuk ke dalam mobil.

"Lavanya memang terlihat sangat bahagia kalau ada Arzan di sisinya. Tapi bagaimana aku bisa mematikan kalau Lavanya tetap akan seperti ini selamanya. Aku hanya takut putri kesayangan ku jatuh di tangan laki-laki yang tidak tepat," ucap Ayah Lavanya di dalam hatinya.

Ketakutan terbesar seorang Ayah kepada putrinya adalah takut jika putri yang sudah dia rawat dari kencil hingga besar jatuh ke tangan laki-laki yang salah. Apalagi selama merawat Lavanya, Ayahnya hanya seorang dije tanpa ada pendamping di sampingnya. Yaitu Ibu dari Lavanya. Sehingga Ayah Lavanya mempunyai ketakutan yang lebih besar dari seorang Ayah pada umumnya.

Acara makan malam telah selesai. Arzan memutuskan untuk langsung kembali ke rumahnya. Karena Ayah Lavanya juga sudah tidak mengajaknya ngobrol lagi.

"Kalau gitu saya pamit pulang ya Om, kak Esha, Lavanya," ucap Arzan.

"Yasudah silahkan pulang. Kalau bisa, malam ini adalah pertemuan terakhir kalian berdua," jawab Ayah Lavanya dengan sangat ketus.

"Ayah!!" sambung Lavanya yang tidak terima ketika Ayahnya bicara seperti itu.

"Apa lagi? Kamu mau bela dia gimana lagi? Kamu itu ga cocok sama dia. Dengarkan aja apa kata Aya."

"Selama ini aku udah nurut sama Ayah. Aku udah melakukan apa aja buat Ayah. Tapi kali ini aku ga bisa dengar apa kata Ayah. Karena ini masalah hati, Yah. Ga ada yang bisa merubah isi hati aku. Arzan, kita pergi aja dari sini."

"Tapi Lavanya."

"Udah, ayo."

"Lavanya. Berani kamu keluar dari rumah bersama dengan laki-laki itu, jangan harap kamu bisa kembali ke rumah ini lagi."

"Oke. Ga apa-apa. Daripada aku harus tinggal di sini tapi aku tertekan. Ayo Arzan."

Arzan sangat bingung harus berbuat apa kali ini. Tetapi karena Lavanya terus memaksanya, akhirnya Arzan hanya bisa pasrah mengikuti apa keinginan Lavanya kali ini. Yaitu pergi dari rumahnya.

"Lavanya, Lavanya," teriak Ayahnya yang tidak di respon sama sekali oleh Lavanya.

"Udah lah Yah biarin aja dia pergi sama Arzan. Palingan juga sehari atau dua hari dia udah balik lagi ke sini," sambung kak Esha.

"Kamu itu gimana sih? Lavanya itu perempuan. Kalau Lavanya di apa-apain sama Arzan gimana? Ayah ga bisa diam gitu aja."

Ayah Lavanya yang sangat menyayangi putrinya lebih dari dirinya sendiri tidak bisa tinggal diam begitu saja ketika Lavanya pergi dari rumah. Apalagi kali ini Lavanya pergi bersama dengan seorang laki-laki. Dan laki-laki itu adalah orang yang tidak disukai oleh Ayahnya. Ayah Lavanya langsung menelpon anak buahnya.

"Hallo. Ada tugas buat kalian semua. Kalian semua cari putri saya sampai ketemu. Dan langsung kabarin saya dimana dia berada, sama siapa. Kalau perlu kalian paksa Lavanya pulang. Tapi ingat, jangan melakukan kekerasan terhadap putri saya."

Karena merasa bingung dan sudah tidak dibutuhi lagi keberadaannya, akhirnya Dhira memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Hari juga sudah mulai malam. Anaknya yang sedang berada di rumah sendirian pasti sudah menunggunya pulang. Walaupun begitu Dhira juga cemas dengan keberadaan Lavanya dan Arzan saat ini.

"Kalau gitu saya pulang dulu ya Om, Pak."

"Oh, iya. Maaf ya jadi kaya gini suasana makan malamnya," jawab Ayah Lavanya.

"Iya ga apa-apa. Nanti aku coba bantu cari Lavanya juga ya."

"Iya, iya. Terima kasih banyak ya Dhira."

"Sama-sama Om. Permisi."

"Mau aku antar aja?" tanya Esha menawarkan Dhira untuk pulang diantar dengannya.

-TBC-