Chereads / CEO'S SECOND WIFE / Chapter 14 - Nekat

Chapter 14 - Nekat

Esha sebenarnya diam-diam menaruh hati dengan Dhira. Dan Dhira pun sudah menyadarinya. Tetapi Dhira berusaha untuk tidak mempunyai hati juga dengan Esha. Karena Dhira tidak mau mempunyai suami kakak dari sahabatnya sendiri.

"Ga usah, makasih Pak. Saya bisa pulang sendiri. Permisi."

"Iya, silahkan."

Lagi-lagi Esha gagal untuk jalan bersama dengan Dhira. Walaupun itu hanya mengantarkannya pulang ke rumah. Dhira lebih memilih untuk pulang ke rumah dengan menggunakan taksi. Sedangkan di rumah, Ayahnya masih saja sibuk mencari keberadaan Lavanya saat ini.

******

"Lu ga apa-apa bro?" tanya Barra kepada Gavriel.

"Engga, gua ga kenapa-kenapa. Gua salah paham ternyata sama apa yang Aneisha ucapin ke gua tadi pagi?"

"Emangnya tadi pagi Aneisha bilang apa sama lu?"

"Jadi tadi pagi dia diledekin sama teman-temannya kalau kita berdua punya anak, pasti anaknya lucu-lucu. Terus Aneisha bilang gimana kita mau punya anak, pacaran aja engga. Gua kira Aneisha minta gua supaya gua memperjelas hubungan kita berdua. Tapi ternyata gua salah."

"Astaga. Lagian dia kenapa sih nolak lu? Padahal cewek-cewek di luar sana mau jadi pacar lu."

"Dia itu berbeda. Ga seperti cewek yang lainnya. Yaudah ah, gua mau cabut."

"Mau kemana lu?"

"Kemana aja."

Gavriel langsung pergi meninggalkan kedua temannya begitu saja tanpa memberitahukan kepergiannya. Kedua teman Gavriel hanya bisa diam seperti Zora dan Helen tadi.

"Gimana tuh si Gavriel?" tanya Evans.

"Udah biarin aja dia menenangkan diri dulu. Kasih dia waktu buat sendiri dulu. Mending kita juga cabut ke tempat biasa."

"Oke."

Evans dan Barra memilih untuk pergi ke tempat tongkrongan biasa mereka dan membiarkan Gavriel menikmati waktunya sendiri untuk menenangkan dirinya dari permasalahan tadi.

Malam ini Lavanya serang berada di atas motor bersama dengan Arzan. Di temani dengan angin malam dan pelukan erat dari Lavanya. Arzan benar-benar bingung harus pergi kemana saat ini. Karena sebenarnya Arzan tidak ingin Lavanya sampai melakukan hal nekat seperti ini.

"Kita mau kemana? Ga mungkin kan kamu aku bawa ke rumah aku," tanya Arzan.

"Iya ga mungkin Arzan. Aku juga ga mau. Nanti kita ke apartement aku aja ya. Aku bisa tidur di sana. Tapi sekarang aku mau jalan-jalan dulu naik motor sama kamu."

"Oke kalau mau kamu kaya gitu."

Sebagai laki-laki yang baik Arzan hanya ingin membuat wanita yang dia fintainya tersenyum. Arzan mengajak Lavanya jalan-jalan di tengah-tengah keramaian kota. Sampai pada akhirnya mereka berdua memutuskan untuk makan sate taichan di pinggir jalan.

"Sate taichan nya dua porsi ya," pesan Arzan.

"Satu porsi aja," sambung Lavanya.

"Kamu yakin?"

"Iya. Makan berdua itu lebih romantis tau."

"Yaudah kalo gitu sate taichan nya satu porsi aja ya Pak. Sama minumannya es jeruk dua."

"Baik Pak."

Setelah memesan makanan dan minuman, Lavanya dan Arzan langsung mencari tempat duduk untuk mereka berdua. Mereka makan di pinggir jalan sebuah perkotaan. Bukan Lavanya banget kali ini. Karena biasanya Lavanya selalu makan di Restaurant, tetapi karena ada laki-laki yang dia cintai, dia bisa memahami keadaan laki-lakinya dengan cara mau diajak makan walaupun di pinggir jalan. Yang Lavanya pikirkan kali ini adalah yang penting Arzan bisa terus mencintainya.

"Maaf ya kita cuma makan di pinggir jalan kaya gini," ucap Arzan.

"Ga apa-apa. Seru juga ternyata ya makan di pinggir jalan kaya gini. Sambil liat mobil dan motor yang lewat. Terus menikmati angin malam."

"Seharusnya kamu bisa makan di Restaurant kalau bukan sama aku."

"Kamu jangan bicara seperti itu. Aku aja fine fine aja kok."

Tidak lama kemudian pesanan mereka berdua datang.

"Permisi Pak, Bu. Pesanannya."

"Asik. Makasih ya Pak."

"Sama-sama."

"Ayo di makan. Kayanya sate nya enak banget nih."

Lavanya langsung memakannya dengan sangat lahap. Lavanya benar-benar menikmati makan malam di pinggir jalan seperti ini hanya berdua dengan Arzan.

"Lavanya itu benar-benar wanita yang baik. Aku beruntung banget bisa bertemu dengannya. Aku akan mencintainya dengan tulus," ucap Arzan di dalam hatinya.

Setelah selesai makan malam bersama, Lavanya memutuskan untuk langsung pergi ke Apartement nya. Malam ini Lavanya akan tinggal di Apartement miliknya. Apartement yang tidak diketahui oleh Ayahnya. Sedangkan Arzan tetap pulang ke rumahnya. Karena mereka tidak mau terjadi apa-apa atau menimbulkan fitnah diantara mereka berdua.

"Kamu ga apa-apa kalau aku tinggal sendiri di sini?" tanya Arzan memastikan.

"Iya ga apa-apa. Di sini kan juga pengamanannya ketat. Aku pasti akan baik-baik aja di sini. Kamu pulang aja. Kamu juga kan harus istirahat."

"Yaudah kalo gitu. Tapi nanti kalo ada apa-apa kamu langsung telepon aku aja ya."

"Iya. Makasih ya."

"Yaudah aku pulang ya. Kamu jaga diri kamu baik-baik."

"Iya. Kamu juga hati-hati ya."

"Iya."

Perlahan demi perlahan Arzan meninggalkan kamar Apartment milik Lavanya. Sesekali Arzan menengok ke belakang untuk memastikan Lavanya terus. Hingga akhirnya Arzan sudah tidak terlihat lagi. Dia sudah benar-benar pergi meninggalkan Lavanya di Apartment nya.

Setelah Arzan pergi, Lavanya juga langsung masuk ke dalam kamar Apartement nya. Di kuncinya pintu kamarnya dan Lavanya langsung berbaring di atas kasur. Sejak tadi bersama denfan Arzan, Lavanya tidak pernah mengecek handphonenya. Sekalinya Lavanya mengecek handphonenya, ternyata sudah banyak sekali telepon masuk dari Ayahnya. Bukan hanya dari Ayahnya saja, tetapi dari kak Esha dan juga Dhira. Yang Lavanya pilih untuk telepon balik adalah Dhira. Karena orang kepercayaan Lavanya saat ini hanyalah Dhira.

"Hallo Dhira."

"Hallo Lavanya. Ya ampun kamu dimana? Dari tadi aku teleponin kamu ga diangkat-angkat. Kamu baik-baik aja kan? Kamu ga kenapa-kenapa? Terus sekarang kamu dimana? Masih sama Arzan?"

Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan oleh Dhira sebagai bentuk rasa khawatir kepada Lavanya. Sampai-sampai Lavanya bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu. Dan akhirnya Lavanya menceritakan apa saja yang sudah terjadi antara dirinya dengan Arzan selama kepergiannya dari rumah tadi.

Lavanya menceritakan semuanya dari awal yang sudah dia lalui bersama dengan Arzan. Mulai dari jalan-jalan naik motor tidak jelas tujuannya, makan sate taichan hingga akhirnya sekarang Lavanya sudah berada di Apartement dan Arzan sudah pulang ke rumahnya. Dhira sebagai sahabat Lavanya sangat lega setelah mengetahui jika Lavanya baik-baik saja saat ini.

-TBC-