Dan sekarang Lavanya sudah tiba di rumah sakit.
"Selamat pagi Ayah...," sapa Lavanya.
"Eh, sayang. Selamat pagi nak... Kak Esha mana?"
"Kak Esha udah ke kantor duluan, Yah. Aku ke sini dulu karena mau bawain makanan untuk Ayah dan Mas Arzan. Karena makanan di sini pasti ga enak kan?"
"Iya, nak. Makanan di sini ga enak. Semua rasanya hambar."
Lavanya tersenyum mendengar ucapan Ayah nya yang seolah-olah seperti anak kecil yang sedang mengadu kepadanya jika makanan di sana terasa tidak enak.
"Iya, Ayah makanya ini aku bawain masakan Bibi ke sini. Aku suapin ya, Yah."
"Iya sayang."
"Kamu juga makan, Mas."
"Aku mau pulang aja bisa ga ya? Aku juga harus ke kantor soalnya."
"Jangan."
Tiba-tiba saja Ayah Lavanya melarang Arzan untuk pergi kerja. Padahal pekerjaan itu adalah pekerjaan satu-satunya Arzan yang sangat berharga. Karena di luaran sana belum tentu ada yang mau menerimanya kerja dengan posisi yang seperti sekarang, di kantoran dan hanya lulusan Sekolah Menengah Atas.