6 bulan sudah berlalu. Selama 6 bulan ini Lavanya dan Arzan menjalin hubungan diam-diam dari Ayah dan kakak Lavanya. Atau yang dikenal dengan backstreet. Semua itu Lavanya dan Arzan lakukan karena mereka berdua tidak juga kunjung mendapatkan restu dari Ayah dan kakak Lavanya. Padahal semua cara sudah mereka lakukan untuk mendapatkan restu. Mulai dari Arzan yang meluangkan waktu dan sisihan uang gajinya untuk kuliah hingga banyak belajar mengenai perusahaan. Arzan jga berusaha untuk mendekatkan diri dengan Ayah Lavanya tetapi tetap saja hasilnya nol besar. Hanya Dhira, sahabat Lavanya yang mendukung hubungan mereka berdua.
Namun walaupun begitu Lavanya tetap menjadi anak yang baik. Lavanya tidak pernah pulang larut malam, melawan Ayahnya atau kakaknya. Hanya saja perubahan yang dirasakan oleh Ayah dan kakaknya adalah akhir-akhir ini terlihat lesu dan tidak bersemangat. Lavanya juga terlihat tidak ceria seperti dulu. Di dalam hati seorang Ayah pasti sangat sedih melihat putri nya seperti itu.
Sejak pagi hingga siang seperti ini Lavanya baru keluar dari dalam kamarnya.
"Lavanya, ini kan hari libur. Kamu ga mau keluar sama teman-teman kamu? Sama Dhira?" tanya Ayahnya.
"Engga. Aku lagi ga pingin."
Lavanya langsung bergegas pergi ke kamarnya lagi. Tetapi dengan cepatnya Ayahnya memanggilnya kembali.
"Lavanya, sebentar nak."
"Kenapa, Yah?"
"Kamu undang Arzan malam ini ke rumah ya. Kita makan malam sama-sama."
"Apa? Aya serius Yah?" tanya Lavanya memastikan dengan raut wajahnya yang sangat bahagia.
"Iya Ayah serius. Ayah pingin kenalan aja sama dia."
"Oke Ayah. Kalau gitu aku mau telepon Arzan nya dulu ya, Yah."
"Iya, nak."
Lavanya yang awalnya terlihat sangat lesu tiba-tiba saja terlihat sangat bahagia. Bagaimana tidak? Ayahnya yang mengundang Arzan untuk makan malam bersama adalah suatu kemajuan yang sangat besar. Ayah Lavanya yang merupakan bukan orang sembarangan dan berpendidikan pasti mempunyai tujuan tersendiri kenapa dia mengundang Arzan ke rumahnya.
Emily pun harus mengurungkan niatnya untuk menyusul Hans. Karena jika dia tetap nekat untuk pergi, yang ada Emily akan kena marah habis-habisan oleh Mamahnya Hans.
******
Pagi-pagi seperti ini Ershad sudah pergi dari rumahnya. Dia ingin mencari bukti mengenai masalah foto mesra dirinya dengan Aleysa. Walaupun Ershad juga masih bingung bagaimana cara membuktikannya, tetapi Ershad akan mencobanya sampai berhasil. Apapun itu caranya.
Ketika Ershad sedang dalam perjalanan menggunakan sepeda motornya, tiba-tiba saja Ershad bertemu Dnegan salah satu orang yang sudah berhasil menculik dirinya dan Aleysa waktu itu. Dia sendiri adalah ketua dari para penjahat itu. Bukannya takut, Ershad justru menghampirinya.
"Orang itu kan yang udah culik aku sama Aleysa. Dan aku juga yakin kalo mereka yang udah merekayasa foto mesra aku dan Aleysa. Aku harus tahu jawabannya dari mulut dia langsung," ucap Ershad.
Ershad langsung saja menghampirinya. Kemudian Ershad berhenti tepat di depannya.
"Wihh ada siapa nih yang datang samperin gua. Punya nyali berapa lu berani nyamperin gua kaya gini?" tanya orang itu dengan sombonnya.
Tanpa basa-basi lagi Ershad langsung menghajar penjahat itu. Dan di balas lagi oleh orang itu. Pertengkaran pun terjadi diantara mereka berdua.
"Lebih baik sekarang lu nyerah aja. Lu ngaku sama gua, siapa yang udah suurh lu untuk culik gua dan Aleysa? Dan pasti lu juga kan yang udah fitnah gua dan Aleysa pernah tidur bareng," tanya Ershad.
"Gua ga akan kasih tahu ke lu. Walaupun gua mati pun, gua ga akan kasih tahu siapa yang udah suurh gua untuk lakuin itu semua."
"Kurang hajar."
Ershad kembali memukuli orang itu lagi. Karena Ershad benar-benar emosi dengan orang itu. Dia lebih memilih untuk mati daripada memberitahukan kepada Ershad siapa yang sudah menyuruhnya. Hingga akhirnya orang itu mengambil sebuah balok kayu yang ada di dekatnya dan dia memukul bagian belakang Ershad. Ershad pun terpukul dan dia jatuh pingsan. Sedangkan orang itu pergi meninggalkan Ershad begitu saja dengan menggunakan sepeda motornya.
Ershad meringis kesakitan. Hingga akhirnya dia jatuh pingsan. Tidak lama kemudian kebetulan sekali ada Aleysa yang sedang lewat jalan itu. Aleysa sedang pergi bersama dengan anak buah Kevin untuk m ncari bukti jika dirinya dan Ershad benar-benar sudah dijebak oleh orang. Aleysa yang melihat Ershad pun langsung menghampirinya.
"Aku pingin tahu bagaimana sikap Arzan kepada Lavanya. Apakah dia benar-benar tulus atau tidak? Apakah Lavanya benar-benar bahagia dengannya atau tidak?" ucap Ayah Lavanya di dalam hatinya.
Sedangkan di dalam kamar Lavanya sedang loncat-loncat kegirangan. Lavanya langsung menelepon Arzan untuk mengundangnya ke rumah hari ini. Diambilnya handphone miliknya dan detik itu juga Arzan pun langsung mengangkat telepon darinya.
"Hallo. Arzan, kamu lagi dimana?"
"Aku lagi di rumah. Kenapa? Kayanya suara kamu lagi senang banget. Ada apa ini?"
"Iya aku emang lagi senang banget Arzan. Kamu tau karena apa?"
"Apa?"
"Ayah ngundang kamu ke rumah malam ini untuk makan malam bersama."
Arzan langsung terkejut mendengar informasi yang diberikan oleh Lavanya. Arzan sempat terdiam sebentar dan kemudian setelah itu Arzan memastikan kembali kepada Lavanya.
"Apa? Kamu serius? Kamu ga bohong kan?*
"Ya engga dong. Ngapain juga aku bohong. Pokoknya nanti malam jam 7 kamu udah di rumah aku ya. Aku tunggu."
"Oke kalo begitu. Pasti aku akan datang ke sana."
"Yaudah kalau gjtu. Bye."
"Bye."
Tidak lupa juga Lavanya menghubungi Dhira, sahabatnya untuk memberikan kabar gembira ini. Dhira tidak boleh ketinggalan tentang berita yang bahagia ini. Bahkan Lavanya juga mengundang Dhira dan anaknya untuk ikut makan malam di rumahnya. Dan Dhira pun menyetujuinya.
******
Selama menunggu pukul 7 malam, Lavanya menghabiskan waktunya di salon. Dia perawatan rambut, wajah dan juga tubuhnya. Supaya ketika makan malam yang spesial nanti Lavanya sudah sangat cantik dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lavanya juga membeli dress baru untuk digunakan nanti malam. Ayah Lavanya pun merasa ikut bahagia ketika melihat putri kesayangannya bahagia.
Bukan hanya Lavanya yang sibuk mempersiapkan makan malam kali ini, tetapi Arzan juga. Bedanya Arzan tidak mampu untuk pergi ke salon apalagi membeli baju baru. Arzan hanya memakai pakaian terbaik yang dia punya. Arzan akan memakai pakaian formal pada malam ini. Lengkap dengan jas berwarna hitamnya. Tidak afdol rasanya jika Arzan datang ke rumah Lavanya dengan tanga kosong. Arzan pun memutuskan untuk membawa buah tangan yang dia beli dengan semampunya.
"Semoga aja kali ini Ayahnya Lavanya undang aku untuk makan malam bukan untuk menjatuhkan aku. Semoga aja untuk mengizinkan hubungan aku sama Lavanya," ucap Arzan berharap-harap cemas sebelum dia pergi ke rumah Lavanya.
Setelah semuanya siap, Arzan langsung pergi ke rumah Lavanya dengan menggunakan sepeda motor kesayangannya. Arzan tidak punya mobil seperti Lavanya. Jadi jika hujan turun, Arzan pun akan kehujanan. Tetapi untungnya malam ini alam semesta mengizinkan Arzan untuk datang ke rumah Lavanya dengan aman dan selamat.
Lavanya, lengkap dengan Ayah dan kak Esha sudah menunggu kedatangan Arzan di ruang tamu. Hingga akhirnya Arzan tiba di sana.
"Selamat malam," sapa Arzan.
"Malam," jawab Lavanya, Ayahnya dan juga kak Esha.
"Maaf Pak, saya cuma bisa kasih ini aja sedikit."
"Oh iya ga apa-apa. Bi... Bi... Tolong bawa ini ke dapur ya."
"Oh, iya. Siap Tuan."
Ternyata sikap Ayahnya Lavanya masih sangat dingin kepada Arzan. Buah tangan yang Arzan bawa saja tidak mau dia ambil dengan tangannya langsung. Harus melalui asisten rumah tangganya terlebih dahulu dan langsung dibawa ke dapur. Lavanya ikut sedih melihat pemandangan itu. Tetapi Lavanya tetap berusaha untuk mencairkan suasana supaya Arzan tidak merasa terintimidasi oleh Ayahnya sendiri. Dengan cara mengajak Arzan untuk segera masuk ke ruang makan dan membicarakan topik lain. Sehingga Arzan juga tidak terlalu merasa sedih dengan sikap Ayah Lavanya kepadanya.
-TBC-