Chereads / Aflif dan Rahasia Agro / Chapter 7 - Ketidakadilan dari Aflif

Chapter 7 - Ketidakadilan dari Aflif

Aflif sejak dibentuk, adalah untuk menegakkan keadilan di dunia bela diri. Mulai ada awalnya untuk membawa kedamaian dan agar setiap seniman beladiri berada di bawah naungan peraturan, sehingga tidak saling menghancurkan. Aflif didirikan dengan tujuan dan perdamaian.

Sayangnya, kelompok yang kuat pada akhirnya yang menjadi pemegang kekuasaan, jika dipegang oleh orang yang jahat tentu saja ketamakan akan membuatnya lupa pada tujuan awal didirikannya Aflif.

Dalam dunia ini, ada 5 tingkatan beladiri yang umum diketahui

Tembaga, Perunggu, Perak, Emas dan Kristal.

Manusia biasa bisa dianggap mereka berada pada level Tembaga, atau bahkan Besi karena tak memiliki kemampuan bertarung sama sekali.

Hanya sedikit para seniman beladiri yang mencapai Emas maupun Kristal yang tentunya akan menjadi orang yang sangat dihormati dan disanjung.

Ada 3 cara memperoleh kekuatan di seluruh benua ini

Pertama : Dengan berlatih keras

Kedua : Dengan memakan Buah Syurga

Ketiga : Dengan menyerap energi, yaitu menyerap energi core dari Rakuta

Kebanyakan orang berlatih dengan giat sehingga mendapatkan poin pertama, harapan untuk mendapatkan buah surga menjadi perebutan, hanya segelintir orang yang memperolehnya. Sedangkan menyerap core Rakuta pun harus berani bertempur dengan Rakuta dan mempertaruhkan nyawanya.

Biasanya untuk mendapatkan core dari Rakuta, mereka melakukan raid dengan tim Aflif mereka, bahkan meminta bantuan Aflif lainnya.

***

Aflif 'True Demon' sudah mendapatkan kabar dari Trigger soal keberadaan Bunto yang sudah meninggalkan tempat raid. Mereka pun tak mengambil pikir panjang dan meninggalkan tempat itu, meski gagal, uang job sudah masuk karena misi mereka menangkap hidup-hidup Bunto, meski gagal mereka sudah menerima misi sehingga uang muka sudah masuk ke rekening mereka.

Bahkan, beberapa dari tim True Demon merasa lega karena tak berhadapan dengan Bunto, yang pastinya merupakan praktisi yang kini tentu sudah melebihi rank Emas karena 10 tahun yang lalu sudah berada di puncak Emas.

Untuk raid ini sendiri dibutuhkan empat Aflif yang memang sudah direncanakan untuk mengepung Bunto. Setidaknya hal itu bisa membuat Bunto kewalahan. Mereka segera kembali dari Misi, kecuali dua tim Aflif, 'Mayapada dan Bumi Langit'

Perseteruan di antara Aflif memang sudah lumrah terjadi, bahkan pembunuhan di antara Aflif yang bersaing tak lagi dihiraukan. Itu urusan mereka. Yang kuat akan menjadi raja dan yang lemah akan disingkirkan.

Banyak yang sudah siap menggantikan dan mendaftar Aflif. Jika ada anggota atau tim Aflif sendiri yang musnah karena perselisihan, akan langsung dicoret dan dianggap tak pernah ada oleh aliansi Aflif.

* * *

KLANG! KLANG! KLANG!

Pertarungan terjadi demikian ganas. Perguruan Angin Timur harus mati-matian menghadapi dua kekuatan besar dari aliansi Aflif.

Pertarungan tak imbang, Bumi Langit dan Mayapada mengumpulkan penduduk desa dan menyeret mereka semua ke lapangan meski ada beberapa yang melarikan diri. Perguruan Angin Timur pun awalnya sudah menjelaskan kalau Bunto yang mereka cari tak ada di pulau itu, bahkan mendengar namanya pun mereka belum pernah.

Aflif Mayapada yang dipimpin oleh Ranggi masih belum puas akan jawaban para guru di Perguruan Angin Timur sehingga terjadi perselisihan, ditambah dengan Aflif Bumi Langit yang memang terkenal bengis.

Pertarungan tak imbang terjadi, para guru yang juga Aflif itu hanya berada di rank Perak sehingga tak mampu bertarung imbang dengan Mayapada yang terdiri dari 5 orang yang Ketuanya Ranggi berada di rank awal Emas sedangkan sisanya ada di rank Perak.

Sedangkan di Aflif Bumi Langit ada Nagin sebagai pemimpin berada di puncak Perak dan sisanya enam anggotanya berada di pertengahan rank perak.

Setiap tingkatan rank memiliki tiga tingkatan; Awal, tengah dan puncak.

Hanya sepuluh menit pertarungan itu terjadi, meski sempat ada perlawanan, perguruan Angin Timur takluk dengan cepat. Para guru perguruan mengaku menyerah dan mereka menderita luka-luka. Bahkan beberapa murid yang mereka ajari pun hanya sekali kibasan saja sudah terluka, termasuk Baron dan Bowo yang terpental dengan sekali kibasan tangan Nagin dan rekan-rekannya.

BUG!

Akhir pertarungan Nagin terjadi saat dia menendang Guru perguruan Angin Timur, dan menyebabkan sang Guru itu terpental beberapa meter ke belakang. Sang Guru jatuh di antara para penduduk dan murid-muridnya.

Ranggi mengeluarkan sebuah foto lebar tentang wajah Bunto. Dia memperlihatkan kepada penduduk dan juga perguruan Angin Timur, "Perhatikan baik-baik! Pernah kalian melihat orang di gambar ini!" Suaranya menggelegar sambil membentak.

Semua orang disana mulai ingat, tentu saja mereka sedikit tahu, namun namanya adalah ...

Simon yang merupakan pemimpin perguruan Angin Timur pun memberanikan diri menjawab, "Itu… itu adalah kakek Noran!"

Nagin segera mendekati Simon dan mencengkeram kerah baju itu, "Noran katamu! Dia adalah Bunto, buronan yang dicari Aflif selama 10 tahun! Katakan sekarang, dimana dia tinggal!" Nagin membentak marah.

"Ru… Rumahnya di tengah hutan sebelah barat."

Nagin melepaskan cengkeramannya itu kuat.

"Bagaimana ini? Apakah kita langsung kesana?" Nagin bertanya pada Ranggi.

"Sial! Kau pikir kau bisa sejajar dengan kami?" Ranggi menepuk pundak Ketua Aflif Bumi Langit itu dan menyalurkan energinya, Nagin sedikit menahan sakit. Di dalam hatinya, dia ingin membalas tapi kemampuannya tentu jauh berbeda.

Nagin paham, Tim Aflifnya hanyalah tim sapu bersih. Bahkan mungkin dikorbankan oleh Aflif lainnya karena mereka masih terlalu lemah.

"Aku mau bekerjasama dengan kalian, hanya untuk memanfaatkan kalian saja! Hahahahaha…, jangan pernah menganggap kita sejajar, Brengsek!"

Nagin pun tak berani melawan, ada rasa sakit di pundaknya hingga Ranggi melepaskannya.

"Tiga orang berjaga disini, yang lain kita akan segera ke rumah Bunto" Perintah Ranggi.

Belum sempat mereka bergerak, jam alat telekomunikasi mereka berbunyi. Pesan dari Aflif True Demon yang sejak awal memang sudah bergerak, pesan itu terdengar dari ketuanya, Cukra Mamba, "Raid telah gagal, Bunto sudah mengetahui raid ini."

Ranggi nampak sedikit kesal, dia memerintahkan pada penduduk desa untuk mengambil harta mereka semua kalau nyawa ingin selamat. Selain masih mendapatkan uang dari Asosiasi Aflif, mereka tak ingin sia-sia. Mereka merampas harta penduduk desa dan juga milik perguruan Angin Timur.

Semua bergerak mengumpulkan harta yang mereka miliki, nyawa lebih berharga tentunya, dan mereka juga semakin sadar bahwa Aflif tidak seperti yang mereka dengar sebagai pasukan yang melindungi, melainkan para penjahat yang bersembunyi dari topeng kebenaran.

Setelah harta terkumpul, Ranggi tersenyum. Ada baiknya Aflif True Demon sudah pergi, mereka bisa bersenang-senang. Ranggi pun melihat harta yang bertumpuk, dia mengambil hampir seluruhnya dan hanya menyisakan sedikit untuk Aflif Bumi Langit. Nagin dan keenam rekannya harus pasrah karena mereka lemah, mungkin hanya 1/10 bagian yang ditinggalkan untuk mereka.

Ranggi tersenyum, "Nagin! Aku masih berbelas kasih, itu bagianmu dan rekan-rekanmu, Hahahaha! Kita pergi dari sini!" Empat orang dari timnya mengikutinya sambil tertawa lirih dan meludah, mereka pergi meninggalkan Nagin dan rekan-rekannya.

Penduduk Desa ketakutan dan masih berkumpul, sedangkan murid dan Guru perguruan Angin Timur sudah terluka semua dan masih terduduk dan merawat luka sesamanya.

"Sial! Sungguh Sial!" Nagin berteriak tak karuan setelah Aflif Mayapada hilang dari pandangan dan melesat pergi. Nagin masih kesetanan sambil memegang bahunya yang terluka akibat energi Ranggi tadi, rasanya masih pegal dan ngilu.

Sementara, Kaja masih bersembunyi di pepohonan kecil rimbun di bawah pohon besar, sambil menyembunyikan keberadaan energinya. Seseorang pun masih mengawasinya dari jauh dan menunggu pertunjukkan yang menarik lainnya.